Banjir Luwu
Guru Besar Unhas Bongkar Penyebab Banjir di Luwu-Palopo dan Solusi Jangka Panjang
Guru Besar Unhas, Adi Maulana, ungkap penyebab banjir rutin di Luwu-Palopo dan sarankan pembangunan sabo dam serta pendekatan mitigasi berbasis sungai
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU – Kabupaten Luwu dan Kota Palopo belakangan ini sering dilanda banjir bandang.
Salah satu penyebab utamanya adalah tingginya curah hujan di wilayah tersebut.
Banjir yang terjadi menyebabkan air Sungai Bua meluap hingga ke Desa Pabbareseng, Kecamatan Bua, Luwu pada Kamis (12/12/2024) sekitar pukul 19.30 WITA.
Akibatnya, puluhan rumah, ruas jalan desa, serta perkebunan warga terendam hingga ketinggian 30-50 cm.
Hal serupa juga terjadi di Kota Palopo, di mana empat kecamatan dilanda banjir akibat meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Latuppa.
"Ada empat kecamatan yang dilalui oleh DAS Latuppa, yaitu Mungkajang, Sendana, Wara, dan Wara Timur. Ketinggian air mencapai 30 cm," jelas Kepala Pelaksana BPBD Palopo, Burhan Nurdin.
Meluapnya air sungai di kedua kabupaten tersebut harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat.
Guru Besar Bidang Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin (Unhas), Adi Maulana, menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan banjir di Luwu dan Palopo.
Menurutnya, kondisi topografi Luwu dan Palopo mempermudah air sungai meluap hingga ke permukiman warga.
"Jadi sebenarnya Luwu dan Palopo agak kompleks. Pertama, kondisi topografi, di mana permukiman itu terletak di hilir. Jarak antara laut dan pegunungan cukup dekat. Inilah yang memengaruhi pola aliran sungai," jelas Adi Maulana saat diwawancarai, Sabtu (14/12/2024).
Selain itu, tingginya curah hujan dan aktivitas pembukaan lahan turut berperan dalam terjadinya banjir.
"Pembukaan lahan mengakibatkan banyak sedimen terbawa arus sungai. Sedimen inilah yang kemudian menumpuk di aliran sungai, menyebabkan pendangkalan dan penyempitan wilayah DAS," katanya.
Menurut Adi Maulana, ketika hujan deras turun, debit air sungai meningkat, sementara ruang saluran sungai yang semakin sempit menyebabkan terjadinya banjir.
"Ketika hujan turun, debit air meningkat, sementara saluran sungai semakin sempit karena sedimentasi dan pembukaan lahan di hulu," tambahnya.
Wakil Rektor IV Unhas ini menekankan perlunya komitmen dari semua pihak dalam menangani masalah banjir di wilayah tersebut. Pemerintah perlu membuat master plan penanganan banjir dari hulu hingga hilir.
5 Bendung Rusak di Luwu, Ribuan Hektare Sawah Terancam Gagal Tanam |
![]() |
---|
Banjir Rendam 55 Rumah Warga di Walenrang Timur Luwu |
![]() |
---|
Banjir Tutup Jalan Poros Makassar–Palopo di Larompong Selama 2 Jam |
![]() |
---|
5 Kali Cappie Luwu Terendam di Mei 2025, Jalan Rusak dan Sungai Makin Dangkal |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Banjir Rendam Larompong dan Larompong Selatan Luwu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.