Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

45 Keluarga Asal Jawa Transmigrasi ke Sidrap dan Luwu Timur Sulsel

Untuk tahap awal, sebanyak total 45 keluarga akan ikut program transmigrasi ke Sulsel dan akan ditempatkan di Sidrap dan Luwu Timur.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/FAQIH IMTIYAAZ
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi Selatan, Jayadi Nas. 

Wilayahnya sendiri sudah dibagi untuk warga lokal dan pendatang.

Dirinya pun berharap masyarakat saling menghormati dan menjaga kerukunan sebagai warga negara Indonesia.

Menko AHY Lepas Transmigran dari Jateng dan DIY

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), melepas 135 transmigran dari 36 kepala keluarga asal Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di halaman Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kantor Gubernur Jateng, Kamis (6/12/2024). 

Selain itu, di Waktu bersamaan, ada 65 transmigran asal Jawa Timur dilepas secara virtual. 

Menko AHY dan Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanegara, didampingi Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno; dan Kepala Disnakestrans Jateng, Ahmad Aziz, melepas transmigran yang telah menaiki bus dengan pengibaran bendera.

Dari jumlah itu, sebanyak 16 kepala keluarga asal Jateng akan ditempatkan di empat wilayah di Kalimantan dan Sulawesi. Ada yang ke Lamandau (Kalimantan Tengah), Luwu Timur (Sulawesi Selatan), Kabupaten Poso (Sulawesi Tengah), dan Kabupaten Sidrap (Sulawesi Selatan).

Salah satunya adalah Endaryanto (40), warga Desa Jatirejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. 

Dia bersama istri dan dua anak balitanya akan berpindah ke Mahalona, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. 

Ia bersedia ikut program transmigrasi karena merasa sulit mencari pekerjaan di daerahnya. 

"Karena memang di desa saya sulit mencari pekerjaan, kalau di sana (Sulsel) kan peluangnya banyak," ungkap Endaryanto saat pelepasan peserta transmigrasi di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kamis (5/12/2024) sore, dikutip dari Kompas.com. 

Selama ini, ia bekerja sebagai buruh pembuat gula aren di kampungnya. Namun penghasilan yang pas-pasan membuatnya memilih mengadu nasib dengan program itu. 

"Saya pembuat gula merah aren. Itu buruh sama orang tua, kita bagi hasil," ujarnya. 

Selain karena sulit mendapat pekerjaan, Endaryanto juga tergiur karena peserta transmigrasi mendapatkan fasilitas untuk menunjang keberlangsungan hidupnya dan keluarganya.

Pasalnya, pemerintah menjanjikan jatah hidup berupa sembako selama satu tahun di lokasi tujuan transmigrasi

Juga diberikan tempat tinggal, lahan seluas 2 hektare, dan akses pendidikan bagi peserta yang memiliki anak.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved