Mahasiswa Berprestasi
Kisah Alfin Dwi Anak Pemulung Lolos Beasiswa S2 UGM, Kini Dinobatkan Pemuda Berprestasi Kemenpora RI
Mahasiswa Magister Hukum Kenegaraan, Fakultas Hukum UGM ini mengaku dirinya tidak menyangka ia bisa mendapatkan penghargaan dari Kemenpora ini.
TRIBUN-TIMUR.COM - Keterbatasan ekonomi tak membuat Alfin Dwi Novemyanto lantas mengubur keinginannya melanjutkan pendidikan setinggi mungkin.
Pemuda berusia 24 tahun itu dibesarkan oleh ibunya yang beperan sebagai orangtua tunggal.
Sehari-hari, ibu Alfin Dwi Novemyanto bekerja sebagai pemulung.
Namun berkat kegigihan sang ibu, kini Alfin Dwi selangkah demi selangkah bisa mewujudkan mimpinya.
Bahkan kini Alfin Dwi Novemyanto dinobatkan sebagai salah satu pemuda berprestasi dan inspiratif dari Kemenpora RI.
Berikut kisah Alfin Dwi Novemyanto:
Alfin Dwi Novemyanto, 24 tahun, tak henti-hentinya menyeka air matanya, mengingat momen saat menerima penghargaan yang diberikan Kemenpora RI sebagai Pemuda Berprestasi dan Inspiratif tahun 2024 ini.
Dilansir dari laman resmi UGM, penghargaan ini diserahkan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda Republik Indonesia ke-96 yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pada 28 Oktober lalu.
Mahasiswa Magister Hukum Kenegaraan, Fakultas Hukum UGM ini mengaku dirinya tidak menyangka ia bisa mendapatkan penghargaan dari Kemenpora ini.
Mengingat perjalanannya bisa ke sampai ke titik ini penuh liku perjuangan.
Alfin, demikian ia akrab disapa, bercerita jika ia dibesarkan oleh ibunya yang berperan sebagai orang tua tunggal.
Untuk memenuhi kebutuhan ia dan 2 saudaranya, ibunya bekerja sebagai pemulung.
Namun di tengah kondisi ekonomi yang sulit, Alfin tidak melepaskan mimpinya untuk dapat menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Ibuku adalah seorang pemulung dan single parent, jadi aku di sini ingin mengangkat derajat ibuku,” ungkap Alfin, Selasa (5/11).
Anak kedua dari tiga bersaudara ini mengaku lahir dan besar di Sragen dan keluarganya saat ini menetap di kota Karanganyar, Jawa Tengah.
Baca juga: Daftar Lengkap Almamater Menteri Kabinet Merah Putih: Univeritas Indononesia, ITB dan UGM Terbanyak
Meski keluarganya menggantungkan penghasilan dari pengumpul barang bekas, Ibunya tetap selalu gigih menyekolah ketiga anaknya.
Alasan keterbatasan biaya ekonomi keluarga, usai lulus SMA tahun 2018, Alfin memutuskan untuk kuliah di Universita Terbuka (UT) dengan alasan ia bisa kuliah sambil bekerja.
Beruntung, Alfin berhasil melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah berkat beasiswa Bidikmisi (sekarang KIP-K).
Diterima kuliah dengan biaya gratis ini, ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut selama kuliah.
Selama duduk di bangku kuliah, Alfin aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan mengikuti berbagai perlombaan.
Pada tahun 2021, Alfin berhasil meraih penghargaan Mahasiswa Berprestasi Terbaik Universitas Terbuka (UT) Surakarta.
Ia juga berhasil melaju sebagai finalis di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-33 tahun 2020.
Atas beragam pencapaian akademik dan kemahasiswaan, Alfin menerima beasiswa dari universitas berupa beasiswa IKA UT dan ICE Institute.
Salah satu beasiswa yang dicapainya adalah Tidak hanya berprestasi, Alfin merupakan sosok mahasiswa yang menginspirasi banyak orang.
Kegigihan Alfin dalam menuntut ilmu tidak berhenti di pendidikan sarjana. Setelah menyelesaikan kuliah S1 pada tahun 2023, Alvin mencoba peruntungan mendaftar beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Dari sana, Alfin berhasil meraih impiannya untuk melanjutkan studi magister.
“Bersyukur, saya bisa menempuh kuliah di Fakultas Hukum UGM,” katanya sumringah.
Seluruh pencapaian Alfin tentu saja tidak lepas dari doa sang ibu yang senantiasa mengiringi. Bagi Alfin, sosok ibu merupakan inspirasi terbesarnya dalam meraih prestasi.
Semangat dan tekad Alfin serta apa yang ia capai sekarang ini telah menginspirasi banyak orang untuk tetap berkarya dan mengejar mimpi.
Baginya, keterbatasan ekonomi tidak seharusnya menjadi penghalang bagi anak muda yang ingin bersekolah setinggi-tingginya.
“Jangan bunuh mimpimu karena faktor ekonomi karena siapapun bisa menjadi apapun. Semakin tinggi mimpi yang kamu punya, semakin tinggi pencapaian yang akan kamu dapat,” pesannya.
Anak Buruh Tani Jadi Calon Ahli Nuklir UGM
Ayahnya hanya seorang buruh tani lulusan SMP, tapi kini Arnia Fatmawati Mirsanda (17) punya kesempatan memperbaiki perekonomian keluargnya.
Meski masih terbilang cukup jauh perjalannya, namun saat ini Arnia Fatmawati Mirsanda digadang-gadang sebagai calon ahli nuklir jebolan Universitas Gadjah Mada atau UGM Yogyakarta.
Dilansir dari situs resmi UGM, Arnia Fatmawati Mirsanda (17) terlihat bahagia saat selesai mengikuti rangkaian pembukaan PIONIR Gadjah Mada di hari pertama di lapangan Pancasila, Senin (29/7/2024).
Mengenakan jas almamater, Nia, biasa ia dipanggil, tampak bangga menceritakan kegiatannya di hari pertama sebagai mahasiswa baru Program Studi Teknik Nuklir, Fakultas Teknik UGM.
Nia menjadi salah satu dari 10.678 mahasiswa baru yang diterima di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2024 dan wajib mengikuti kegiatan PIONIR sebelum kegiatan perkuliahan dimulai.
PIONIR Gadjah Mada merupakan kegiatan pembelajaran, pengenalan, penggalian potensi, dan orientasi untuk mendidik calon pemimpin muda yang memiliki visi seiring dengan nilai-nilai ke-UGM-an, dan akan berlangsung hingga 3 Agustus nanti.
Nia merupakan anak buruh tani yang tinggal di Desa Lhang, Kecamatan Setia, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Ayahnya, Arman (45), hanyalah tamatan SMP yang bekerja sebagai buruh tani harian lepas yang menggarap lahan sawah orang lain.
Sedangkan ibunya, Muasiah (43), adalah Ibu Rumah Tangga yang terkadang membantu suaminya jika ada panggilan kerja.
“Penghasilan tiap bulan tidak menentu, terkadang 700ribu, bisa sampai satu juta kalau sedang banyak yang butuh tenaga buruh,” ujar Arman.
Untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, terkadang Arman juga bekerja sebagai buruh bangunan jika sedang tidak pergi ke ladang. Dari pekerjaan tidak tetap inilah, Arman memenuhi kebutuhan sekolah bagi kedua anaknya.
Beruntung bagi Arman, Nia anak sulungnya memiliki prestasi akademik dan non-akademik yang baik di sekolah.
Selain pernah menjabat sebagai Ketua OSIS, Nia juga pernah terpilih menjadi Duta Pelajar Kamtibmas se-Kabupaten Aceh Barat Daya, serta menjuarai Lomba Desain Poster FLS2N tingkat Kabupaten.
“Tadinya saya tidak yakin kalau Nia bisa kuliah di UGM. Selain keterbatasan ekonomi, saya tidak bisa membayangkan kalau dia merantau ke Pulau Jawa sendirian. Kami tidak punya sanak saudara dan kenalan di Jogja,” ungkap Arman.
Kini, dengan adanya kepastian beasiswa, Arman pun mulai melunak.
Dia mendoakan Arnia bisa menjalani kuliah dengan baik dan lulus tepat waktu.
Ia pun mengikuti kegiatan Temu Orang Tua Mahasiswa Baru Program Sarjana dan Sarjana Terapan Tahun Akademik 2024/2025 di Grha Sabha Pramana pada Senin (29/7/2024) kemarin.
“Ternyata ada banyak mahasiswa baru yang dapat beasiswa seperti Nia. Terima kasih UGM sudah memberikan kesempatan ke anak-anak tidak mampu ini untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” ucapnya penuh syukur.
Sama seperti mahasiswa penerima Uang Kuliah Tunggal Pendidikan Unggul bersubsidi 100 persen (UKT 0) lainnya, Nia, lulusan SMA Negeri 1 Aceh Barat Daya ini akan dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah.
Nia diterima di Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Nuklir melalui jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP).
“Masih tidak menyangka bisa diterima di UGM, apalagi SMA saya dulu bukan termasuk jajaran top 1000 sekolah terbaik di Indonesia,” ucapnya riang.
Memiliki keinginan untuk merubah nasib keluarga, pilihannya ke UGM tidaklah mudah karena harus melalui perdebatan dengan sang ayah tercinta.
“Karena ayah tidak mau saya putus kuliah di tengah jalan, ayah lebih memilih saya kuliah di Aceh saja,” dia bercerita.
Beasiswa yang ia peroleh semakin mengobarkan semangatnya untuk lulus kuliah tepat waktu, meskipun kuliah di Teknik Nuklir terhitung anti-mainstream bagi sebagian orang awam.
“Banyak yang berpikir kalau nuklir itu tidak baik, padahal penggunaan teknologi nuklir itu luas sekali, mulai dari pembangkit daya, radiasi dalam dunia industri, hingga radiologi klinik untuk diagnosa medis,” tutur Nia.
Keinginannya untuk memperdalam ilmu nuklir dikarenakan hobi membaca yang ia tekuni semenjak sekolah dasar dan ia mulai terpapar dengan banyak informasi terkait nuklir semenjak SMA.
Dia pun berdoa agar bisa bekerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) atau industri lain yang terkait dengan teknik nuklir untuk memajukan teknologi nuklir di Indonesia.(*)
Cerita Asfirah, Mahasiswi UNM yang Selesaikan S1 Dalam Waktu 3 Tahun |
![]() |
---|
Herianto, Mahasiswa Disabilitas UKI Paulus yang Jadi Lulusan Terbaik, Ternyata Aktif Berorganisasi |
![]() |
---|
Ingat Muliana Mursalim? Kini Lulusan Berprestasi FH Unhas Itu Lolos S2 di UGM |
![]() |
---|
Kenalkan Ibnu, Mahasiswa Berprestasi UMI, Pernah Juara 1 Lomba Debat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.