Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Pemimpin Baru? Sulapa Eppa’ Solusinya.

Perkataan dari Sun Tzu ini sebaiknya menjadi pegangan bagi kita untuk memilih pemimpin daerah nantinya.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Pemimpin Baru? Sulapa Eppa’ Solusinya.
IST
A Batara Gemilang, Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada

Oleh: A Batara Gemilang

Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada

TRIBUN-TIMUR.COM - “Seorang pemimpin memimpin dengan contoh, bukan dengan kekuatan”.

Perkataan dari Sun Tzu ini sebaiknya menjadi pegangan bagi kita untuk memilih pemimpin daerah nantinya.

Sebab, memilih pemimpin yang pantas bukanlah perkara sepele.

Ini menyangkut kebijakan yang akan dilahirkan oleh pemimpin tersebut dan pastinya sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita sehari-hari. 

Ibarat tubuh manusia, pemimpin adalah otak yang mengendalikan seluruh gerakan. Ke mana tubuh diarahkan, baik atau buruk, sepenuhnya bergantung pada arahan otak.

Begitu pula dengan pemimpin; ia adalah pengendali utama, penentu kesejahteraan atau kesengsaraan rakyatnya.

Kurang dari sebulan lagi pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan dilaksanakan, yaitu pada tanggal 27 November 2024.

Momentum ini menjadi penentu arah kepemimpinan ke depan dan wajah seperti apa yang akan dihadirkan di daerah kita nantinya.

Karena pada dasarnya, maju atau mundurnya daerah sepenuhnya mencerminkan kapasitas pemimpinnya. 

Hal ini membawa kita untuk untuk mempertanyakan kembali: pemimpin seperti apa yang kita harapkan?

Apakah pemimpin yang membawa rakyatnya sejahtera atau malah membawa malapetaka? Apakah sosok yang berjuang demi kepentingan rakyat atau yang hanya menjadikan jabatan sebagai sarana meraup keuntungan? 

Filosofi Sulapa Eppa’

Cara masyarakat berpikir akan menentukan cara mereka hidup (Hegel, 1956). Artinya, masyarakat dalam kehidupannya selalu didasari oleh prinsip yang mereka pegang teguh. 

Prinsip inilah yang menjadi kiblat dari nilai-nilai moralitas suatu masyarakat. Misalnya, masyarakat Jawa dikenal dengan konsep Manunggaling Kawula Gusti: mengatur hubungan antara manusia (Kawula) dan Tuhan (Gusti).

Ada masyarakat Bali dengan prinsip Tri Hita Karana yang mengajarkan keharmonisan antara Tuhan (Parahyangan), manusia, (Pawongan) serta lingkungannya (Palemahan).

Masyarakat Bugis-Makassar mengenal prinsip Sulapa Eppa’.

Menurut Prof. Mattulada, Sulapa Eppa’ menunjukkan bahwa alam semesta adalah kesatuan yang dilambangkan dengan “Sa” dalam huruf lontara yang memiliki empat sisi (Mattulada,1985).

Keempat sisi tersebut diwakili dengan empat elemen dasar; api, air, angin dan udara. Empat elemen ini saling menyatu untuk menciptakan keseimbangan dan keharmonisan.  

Secara mikrokosmos, keempat elemen yang menjadi dasar terciptanya alam semesta tercermin dalam sifat individu; api melambangkan keberanian (warani/barani), air melambangkan kejujuran (malempu’/lambusu’), angin menyimbolkan kecerdasan (macca/cara’de), dan tanah melambangkan ketegasan (magetteng).

Semua penyimbolan ini seyogyanya tersemat di dalam diri seorang manusia terutama kepada mereka yang hendak
menjadi pemimpin. 

Mari kita telusuri satu per satu makna elemen Sulapa Eppa’ sebagai pedoman dalam memilih pemimpin daerah yang tepat.

Pertama, api melambangkan keberanian (warani/barani). Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan yang benar dan bermanfaat untuk masyarakat.

Keberanian dalam memegang kebenaran sangat penting, terutama dalam menghadapi korupsi dan penyelewengan yang merugikan rakyat.

Pemimpin yang memiliki keberanian ini akan memimpin dengan sepenuh hati memperjuangkan kepentingan masyarakat.

Kedua, air melambangkan kejujuran (malempu’/lambusu’). Kejujuran adalah dasar dari integritas. Pemimpin yang jujur akan memastikan transparansi, baik dalam birokrasi maupun dalam laporan kegiatan dan keuangan.

Sebagai “penyambung lidah rakyat,” seorang pemimpin harus menjamin akuntabilitas dan keterbukaan, sehingga masyarakat bisa mempercayai pemerintah dan merasa terlibat dalam proses pengambilan keputusan.  

Ketiga, angin menyimbolkan kecerdasan (macca/cara’de). Kecerdasan tidak hanya soal intelektual, tetapi kemampuan untuk menciptakan kebijakan inovatif yang bermanfaat bagi rakyat.

Dengan banyaknya inovasi, diharapkan membawa hidup masyarakat lebih mudah dan pastinya sejahtera. Sebab menurut Steve Jobs, inovasi lah yang membedakan antara pemimpin dan pengikut.  

Terakhir, tanah menyimbolkan ketegasan (magetteng). 

Ketegasan seorang pemimpin tercermin dalam banyak ranah: memposisikan hukum tanpa pandang bulu dan menjunjung tinggi kesetaraan (equality) bagi semua orang (tidak tajam kebawah tumpul ke atas), mengusut tuntas kasus yang merugikan individu maupun masyarakat, dan lain-lain.

Dengan berpegang pada prinsip-prinsip Sulapa Eppa’, kita dapat memilih pemimpin yang bukan mencari jabatan semata, tetapi memiliki kualitas sebagai negarawan sejati.

Pilkada kali ini adalah momentum paling tepat untuk melahirkan pemimpin yang peka terhadap aspirasi-aspirasi masyarakat, lalu mengolahnya menjadi kebijakan inovatif.

Sebab telinga pemimpin harus bergeming dengan suara rakyat.

Oleh karena itu, pada hari pemungutan suara di Pilkada nanti, mari menggunakan hak suara kita sebagai bentuk tanggung jawab untuk memilih dan memilah pemimpin yang terbaik nantinya.

Dengan begitu, kita berperan aktif dalam menentukan wajah masa depan daerah kita.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Rusuh

 

Rakyat Terluka

 

Firasat Demokrasi

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved