Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun UMKM

Abon Kuda Asal Jeneponto Sulsel Jadi Buruan, Tembus Pasar Eropa dan Timur Tengah

UMKM lokal Jeneponto, Jumiati, memperkenalkan inovasi baru dengan memproduksi abon berbahan dasar daging kuda pilihan.

Tribun Timur/Agung
Produk UMKM Jeka Abon milik Jumiati di Jl Poros Kayuloe Timur, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. 

TRIBUN-TIMUR.COM, JENEPONTO – Kuliner khas Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, identik dengan olahan daging kuda seperti gantala jarang, coto kuda, konro kuda, hingga pallubasa. 

Namun, salah satu pelaku UMKM lokal, Jumiati, memperkenalkan inovasi baru dengan memproduksi abon berbahan dasar daging kuda pilihan.

Ditemui di kediamannya di Jalan Poros Kayuloe Timur, Kecamatan Turatea, Jeneponto, Jumiati mengungkapkan bahwa dirinya mulai memproduksi abon kuda pada 2017. 

Alasannya sederhana, abon lebih praktis dan tahan lama, sehingga bisa dijadikan oleh-oleh khas Jeneponto yang dapat dikirim ke luar negeri.

“Kalau coto kuda atau gantala jarang tidak bisa dikirim karena cepat basi, sementara abon kuda bisa bertahan hingga enam bulan,” kata Jumiati, Selasa (1/10/2024).

Jumiati owner Jeka Abon di Jl Poros Kayu Loe Timur, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (1/10/2024).
Jumiati owner Jeka Abon di Jl Poros Kayu Loe Timur, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (1/10/2024). (DOK PRIBADI)

Proses pembuatan abon kuda melibatkan bahan-bahan seperti bawang merah, bawang putih, serai, jahe, lengkuas, gula pasir, kunyit, ketumbar, dan garam. 

Semua bumbu ini harus sesuai takarannya dengan jumlah daging yang digunakan. 

Sebagai contoh, untuk setiap satu kilogram daging kuda, dibutuhkan 150 gram gula pasir, empat sendok makan garam, dan sejumlah bumbu lainnya.

Setelah bumbu dipersiapkan, daging kuda berkualitas yang diperoleh dari Tempat Pemotongan Hewan (TPH) milik Pemkab Jeneponto direbus hingga matang. 

Setelah matang, daging diulek hingga halus.

Proses penghalusan ini kemudian dilanjutkan dengan penumisan bumbu yang sudah diblender. 

“Proses untuk satu kilogram daging biasanya memakan waktu dua sampai empat jam, mulai dari merebus hingga menggunakan spinner (alat penguras minyak),” jelas Jumiati.

Jumiati memproduksi sekitar 45 kilogram daging kuda per bulan untuk diolah menjadi abon. 

Setiap kilogram daging menghasilkan sekitar 6 bungkus abon ukuran 100 gram. 

Dengan harga jual Rp 65 ribu per 100 gram dan Rp 35 ribu untuk kemasan 50 gram, omzet bulanan Jumiati mencapai Rp 17.550.000.

Baca juga: Hasrina Bangun Falina Cookies Makassar saat Covid, Kini Raup Cuan Rp30 Juta Per Bulan

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved