Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Konflik Palestina Israel

Justin Bieber Dukung Israel, Dihujat Habis-habisan Usai Terciduk Pakai Keffiyeh Palestina

Baru-baru ini Justin Bieber difoto saat meninggalkan Chateau Marmont di Los Angeles pada akhir pekan dengan keffiyeh melilit kepalanya.

Editor: Alfian
ist
Penyanyi Justin Bieber difoto saat meninggalkan Chateau Marmont di Los Angeles pada akhir pekan dengan keffiyeh melilit kepalanya. Diketahui Keffiyeh merupakan simbol solidaritas dan perlawanan Palestina. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kerap menunjukan dukungannya kepada Israel, kini Justin Bieber mendapat hujatan lantaran terciduk mengenakan keffiyen Palestina.

Di dunia maya Justin Bieber mendapat cibiran bertubi-tubi dari netizen atas sikapnya tersebut.

Sebelumnya, Justin Bieber selama kerap menunjukkan dukungannya terhadap Israel

Namun baru-baru ini Justin Bieber difoto saat meninggalkan Chateau Marmont di Los Angeles pada akhir pekan dengan keffiyeh melilit kepalanya.

Diketahui Keffiyeh merupakan simbol solidaritas dan perlawanan Palestina.

Pengenaan Keffiyeh secara rutin ditampilkan secara mencolok pada unjuk rasa pro-Palestina, khususnya saat seruan untuk gencatan senjata di Gaza meningkat.

Penampilan Bieber baru-baru ini menuai kritik, terutama mengingat perang genosida yang sedang berlangsung di Gaza, yang telah mengakibatkan tewasnya sedikitnya 41.870 warga Palestina dan melukai lebih dari 97.166 lainnya.

Baca juga: Anak-anak dan Pengungsi Palestina Dibakar Hidup-hidup Tentara Israel, Tenda-tenda Pengungsian Dibom

Banyak pengguna media sosial mengecam Bieber atas unggahannya sebelumnya yang menyatakan dukungan terhadap Israel.

"Jangan pernah lupa ketika Justin Bieber mengunggah 'pray for Israel' dengan gambar Gaza yang sedang dihancurkan dan ketika orang-orang menegurnya, dia menghapus cerita tersebut dan mengunggah 'pray for Israel tanpa gambar," tulis seseorang.

Penyanyi Justin Bieber tampak mengenakan keffiyeh Palestina di kepalanya. Justin Bieber selama ini dikenal kerap menunjukkan dukungannya terhadap Israel

Sementara yang lain menyatakan kalau mengenakan keffiyeh tidak menunjukkan dukungannya terhadap Palestina, melainkan sekadar wujud ekspresi mode pakaian.

 Sementara yang lain hanya mempertanyakan apakah ia mengetahui simbolisme di baliknya.

"Setelah 'pray for Israel', dia perlu melakukan lebih dari sekadar mengenakan keffiyeh untuk menebusnya," tulis seorang pengguna media sosial.

"Jangan berkhayal. Orang itu tidak pernah berbicara mendukung Palestina. Dia sangat bodoh, jadi saya tidak akan terkejut jika dia mendukung Israel," tulis yang lain.

Tabloid Jerman Bild secara menohok menyindir Bieber mengenakan keffiyeh, dengan menampilkan sebuah artikel dengan judul "Apakah kamu benar-benar tahu apa yang kamu kenakan, Justin?".

Media Jerman itu mengklaim kalau  Keffiyeh adalah simbol anti-Semitisme.

Presiden AS Mengaku Zionis Tapi Sebut Sering Bantu Palestina

Secara terang-terangan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengaku sebagai seorang zionis.

Di satu sisi Joe Biden mengklaim jika dirinya adalah pihak yang paling banyak membantu Palestina.

Pernyataan Joe Biden ini tentu cukup ganjil dan menuai kontroversi.

Hal ini berawal ketika Joe Biden kembali dimintai pendapat mengenai konflik Israel dan Palestina yang tak kunjung meredam.

Pada momen itulah, Joe Biden mengaku sebagai seorang pendukung Zionisme alias gerakan pendirian negara bangsa Yahudi.

Tapi di satu sisi mengklaim dia telah “melakukan lebih banyak bagi masyarakat Palestina dibandingkan dengan siapa pun”.

 Joe Biden menyampaikan hal tersebut saat diwawancarai dalam acara 360 with Speedy. Hasil wawancara itu diterbitkan hari Senin lalu, (15/7/2024).

Dalam wawancara tersebut Biden ditanya apakah dia seorang Zionis. Dia pun mengiyakannya.

“Anda tidak perlu menjadi seorang Yahudi agar menjadi Zionis,” kata Biden dikutip dari The New Arab.

“Entah apakah Israel jadi tempat aman bagi orang Yahudi karena sejarah tentang bagaimana mereka dipersekusi.”

Biden sudah berulang kali mengaku sebagai Zionis.

Dia juga menegaskan dukungannya kepada Israel, terutama ketika menemui Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada bulan November 2023.

Tatkala ditanya tentang dukungannya kepada Israel, dia berujar semua Yahudi di seluruh dunia akan “berisiko” jika tidak ada negara Israel. Biden menyebut Israel harus menjadi negara yang kuat.

Biden kemudian disinggung tentang alasan AS menyetujui tambahan bantuan perang senilai $26 miliar kepada Israel.

Dia mengatakan yang disetujui adalah senjata “pertahanan”, bukan senjata untuk menyerang.

“Saya sudah menjelaskan bahwa mereka tidak bisa menggunakan senjata yang kita berikan kepada mereka untuk digunakan di area sipil,” ujar Biden.

Adapun AS saat ini menjadi penyedia senjata terbanyak bagi Israel. AS menggelontorkan bantuan militer sebesar $3,8 miliar per tahun kepada Israel.

Pada bulan Mei lalu Biden mengatakan Israel barangkali telah melanggar hukum internasional sehubungan dengan penggunaan senjata AS.

Sementara itu, kelompok HAM sudah menyebutkan puluhan serangan Israel yang menjadi bukti bahwa negara Zionis itu melanggar hukum perang.

Serangan itu menyasar konvoi kendaraan pengangkut bantuan, tenaga medis, wartawan, sekolah, dan pusat pengungsian.

Dalam wawancara itu Biden mengklaim bahwa tak seorang pun yang lebih banyak membantu Palestina daripada dia.

“Saya adalah orang paling banyak membantu masyarakat Palestina daripada siapa pun,” ucap suksesor Donald Trump itu.

Dia juga mengaku “sangat mendukung rakyat Palestina”.

“Saya adalah orang yang membuka semua aset. Saya adalah orang yang mematikan bahwa saya meminta Mesir untuk membuka perbatasan agar bantuan masuk, obat-obatan dan makanan.”

Di samping itu, dia juga mengaku sebagai orang yang bisa menyatukan semua negara-negara Arab agar setuju untuk membantu warga Palestina dengan makanan dan tempat berlindung.

Mesir telah sepakat dengan AS untuk mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza untuk sementara setelah Israel menguasai perbatasan Rafah.

Akan tetapi, kepungan Israel membuat hanya ada jauh lebih sedikit makanan yang memasuki Gaza dibandingkan dengan sebelum perang meletus.

AS sudah membuat dermaga apung senilai $320 juta sebagai rute pengiriman bantuan. Namun, dermaga itu terbukti gagal dan hampir tak berguna bagi warga Palestina.

Di sisi lain, AS masih terus menghentikan pendanaan untuk UNRWA, badan PBB yang menangani pengungsi Palestina dan menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Al Jazeera mengabarkan sebanyak 16 negara sempat menghentikan pendanaan untuk UNRWA pada bulan Januari lalu setelah Israel menuding badan itu terlibat dalam serangan Hamas.

Namun, saat ini 14 di antaranya sudah kembali mendanai.

AS menjadi donor terbesar UNRWA, tetapi parlemen AS melarang pengiriman dana apa pun kepada badan itu hingga 25 Maret 2025.

Sejarah Zionisme

Menurut Encyclopedia Britannica, Zionisme adalah gerakan nasionalis Yahudi yang bertujuan mendirikan dan mendukung negara bangsa Yahudi di Palestina.

Zionisme berasal dari kata Zion, yaitu nama salah satu bukit di Yerusalem kuno.

Awalnya, pada abad ke-16 dan ke-17 ada sejumlah "mesiah" yang mengimbau orang Yahudi untuk "kembali" ke Palestina.

Meski demikian, ada pula gerakan Yahudi yang mendukung orang Yahudi untuk berasimilasi saja dengan kebudayaan sekuler Barat. Gerakan itu dikenal dengan nama Haskala.

Yahudi di Eropa Timur memilih untuk tidak mengasimilasi diri. Mereka kemudian membentuk Hovevei Ziyyon atau "Kekasih Zion" untuk menorong adanya pemukiman petani dan perajin Yahudi di Palestina.

Seorang jurnalis Austria bernama Theodor Herzl pada akhir abad ke-19 menggagas politik Zionisme.

Pada 1897, dia menggelar Kongres Zionis pertama di Swiss yang menghasilkan pernyataan, "Zionisme bertujuan mendirikan rumah bagi orang Yahudi di Palestina, diamankan dengan hukum publik".

Sebelum Perang Dunia I, Zionisme hanya mewakili sejumlah minoritas Yahudi, terutama dari Rusia.

Gerakan itu membuat propaganda melalui para orator dan pamflet serta membuat surat kabarnya sendiri.

Kegagalan Revolusi Rusia 1905 dan gelombang pogrom (pembunuhan terorganisir) serta penindasan membuat banyak pemuda Yahudi Rusia pindah ke Palestina.

Setelah Perang Dunia I, dua tokoh Zionis bernama Chaim Weizmann dan Nahum Sokolow berperang penting dalam mendapatkan Deklarasi Balfour dari Inggris (1917).

Inggris berjanji mendukung pendirian negara Yahudi di Palestina.

Orang-orang Yahudi mulai mendirikan pemukiman di desa dan kota di Palestina. Pada 1933, jumlah penduduk Yahudi di Palestina mencapai 238.000 jiwa.

Aliran imigrasi orang Yahudi ke Palestina makin deras setelah kemunculan Adolf Hitler di Eropa.

Sementara itu, orang-orang Arab mulai khawatir Palestina kelak bisa menjadi negara Yahudi. Mereka menolak Zionisme.

Agar tetap mendapat dukungan dari orang Arab dalam Perang Dunia II, Inggris kemudian membatasi imigrasi orang Yahudi ke Palestina tahun 1939.

Pembatasan itu ditolak oleh kelompok bawah tanah Yahudi.

Mereka melakukan tindakan terorisme dan pembunuhan terhadap orang Inggris serta mengorganisir imigrasi ilegal Yahudi ke Palestina.

Pada 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua, yakni negara orang Arab dan negara orang Yahudi.

Negara Israel kemudian didirikan pada14 Mei 1948.

Namun, negara-negara Arab tidak menerimanya sehingga melakukan invasi, tetapi dikalahkan Israel.

Ketika perjanjian gencatan senjata ditandatangani, Israel menguasai wilayah lebih besar daripada yang seharusnya menurut rencana PBB.

Sekitar 800.000 orang Arab melarikan diri atau terusir dari area yang kemudian menjadi Israel.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved