Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mitos atau Fakta, Penderita Diabetes Tidak Boleh Makan Nasi Putih?

Banyak orang yang tidak lagi mengonsumsi nasi putih dengan alasan kesehatan, seperti diabetes.

Editor: Hasriyani Latif
YouTube Tribun Timur
Dokter RS Primaya Hertasning Makassar, dr Pratiwi Quranita Meagaung memaparkan gejala awal diabetes dalam Podcast Ngobrol Sehat Tribun Timur, Rabu (28/8/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Nasi putih merupakan makanan pokok Sebagian besar masyarakat Indonesia.

Namun banyak orang yang tidak lagi mengonsumsi nasi putih dengan alasan kesehatan.

Salah satunya bagi yang menderita diabetes atau penyakit gula akan menghentikan konsumsi nasi putih.

Nasi putih memang termasuk makanan engan indeks glikemik tinggi.

Lantas, penderita diabetes tidak boleh makan nasi putih, apakah mitos atau fakta? 

Baca juga: Apa Saja Gejala Awal Diabetes? Jarang Disadari Bisa Terjadi di Usia Muda

Dokter RS Primaya Hertasning Makassar, dr Pratiwi Quranita Meagaung mengatakan penting mengatur nutrisi yang ketat bagi penderita diabetes.

Nasi putih memiliki kadar glukosa yang cukup tinggi.

Namun perlu digaris bawahi bahwa meski memiliki kadar glukosa tinggi, bukan berarti penderita diabetes dilarang makan nasi putih sama sekali.

"Glukasi tetap dibutuhkan sebagai sumber energi. Yang penting adalah mengontrol jumlahnya," kata dr Pratiwi dalam Podcast Ngobrol Sehat Tribun Timur, Rabu (28/8/2024) lalu.

Ia mencontohkan, nasi putih bisa dikurangi menjadi hanya seperempat porsi.

Sisanya diisi dengan sayuran serta protein tinggi seperti ikan. 

Selain itu, gula juga harus dibatasi, terutama gula yang memiliki kadar glukosa tinggi seperti gula pasir atau gula aren. 

Sebaiknya, gunakan gula dengan kalori rendah.

Gejala Awal Diabetes

Diabetes tak pandang bulu, menyerang berbagai kalangan, orang tua bahkan anak-anak.

dr Pratiwi mengatakan zaman sekarang, diabetes tidak hanya menjadi tren di usia 40 tahun ke atas. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak muda, bahkan yang berusia 20-an juga bisa mengalami peningkatan kadar gula darah.

Glukosa sebenarnya sangat penting bagi tubuh karena glukosa membantu dalam proses pemenuhan energi.

Namun, masalahnya muncul ketika terjadi penumpukan kadar gula darah yang terlalu berlebihan, sementara aktivitas fisik kita berkurang. 

"Hal ini dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai hiperglikemia, yaitu peningkatan kadar gula darah dalam tubuh," katanya.

Deteksi dini penting dilakukan, terutama bagi seseorang yang punya riwayat diabetes dalam keluarga.

Selain pemeriksaan laboratorium, ada beberapa gejala awal diabetes yang dialami seseorang. 

Gejala-gejala biasanya jarang disadari seseorang, seperti sering merasa lapar, cepat haus, dan sering buang air kecil. 

Pada wanita, khususnya yang pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg, juga perlu berhati-hati dan sebaiknya melakukan screening.

Selain itu, ada beberapa faktor risiko seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, riwayat genetik, dan penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu singkat. 

"Semua ini bisa menjadi alasan untuk mengecek gula darah," ujarnya.

dr Pratiwi menganjurkan pengecekan gula darah setiap tiga sampai enam bulan sekali.

"Jika ada kesempatan untuk medical check-up, terutama yang sekarang banyak ditawarkan oleh rumah sakit, termasuk di RS Primaya itu sangat dianjurkan," tuturnya.

Check-up tidak hanya penting untuk orang tua, tetapi juga untuk kita yang masih muda. 

Dengan deteksi dini, kita bisa mencegah komplikasi yang mungkin terjadi akibat diabetes.

(Tribun-Timur.com/hasriyani latif)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved