Politik RMS bagi Kaum Muda Sulsel
Dari 136 calon itu, sebanyak 110 orang usianya dari 25 tahun sampai 40 tahun sisanya berusia 43 sampai 50 tahun.
Oleh: Mulawarman
Jurnalis, Alumni Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Pekan-pekan terakhir ini, ada 138 calon kepala daerah di Sulsel jalani tes kesehatan di RS Wahidin Makassar, setelah pekan terakhir Agustus kemarin, mendaftar di KPU, resmi menjadi calon kepala daerah. Dari 136 calon itu, sebanyak 110 orang usianya dari 25 tahun sampai 40 tahun. Sisanya berusia 43 sampai 50 tahun. Hanya calon petahana Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf yang berusia 56 tahun. Sehingga bisa dikatakan, mayoritas calon kepala daerah di Pilkada serentak tahun 2024 di Sulsel, adalah anak muda atau generasi muda.
Tulisan ini, akan menjelaskan mengenai partisipasi anak-anak muda dalam politik demokrasi di Sulsel. Secara khusus peran Rusdi Masse Mapesessu (RMS) Ketua DPW Nasdem Sulsel dalam mendorong anak-anak muda di Sulsel aktif dan terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan politik.
Masa depan Sulsel ada di tangan anak muda. Begitu juga dengan masa depan politiknya. Hanya saja setiap partai dan pimpiman partai memiliki kebijakan sendiri dalam memperlakukan anak muda. Sebaliknya, RMS percaya bahwa dengan memberikan ruang gerak yang bebas bagi anak muda, maka kesempatan perbaikan dan prospek politik akan lebih baik. Untuk itulah, kita perlu melihat sejauhmana RMS dengan Nasdemnya mengawal partisipasi anak-anak muda pada rekrutmen, penempatan, hingga bentuk kebijakan/program.
Tulisan ini bertumpu pada konsep partisipasi anak muda di politik. Banyak studi yang menyebutkan rendahnya partisipasi anak muda dibandingkan generasi tua. Mulai dari studi Sugiharti (Anak Muda dan Kesenjangan Demokrasi, Unair 2018), Politik Anak Muda (Henry Jenkins, 2016) sampe riset Harian Kompas di bulan Mei, 2023 yang menyatakan kaum muda butuh keberpihakan elit politik. Hal ini disebabkan beberapq faktor, tapi penulis sebut tiga faktor saja, dari minimnya informasi mengenai proses politik, rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik dan apatisme politik anak-anak muda. Bagaimana RMS membawa Nasdem Suĺsel yang dipimpinnya untuk membangkitkan partisipasi itu, dan prospek bagi politik Nasdem mendatang dan Sulsel.
Anak Muda Sulsel dan Politik
Data BPS 2024 menyebutkan, jumlah penduduk Sulsel per Juni 2023 lalu, ada sekitar 9,36 juta jiwa, di antaranya 2,41 juta (25,78 persen) penduduk dengan usia 16-40 tahun. Rentang usia yang dikenal sebagai pemuda. Artinya ada 1 dari 4 penduduk Sulsel adalah pemuda. Jumlah ini sangat besar untuk mendukung kemajuan suatu bangsa.
Meski besar, pendidikannya masih perlu ditingkatkan. Mayoritas pendidikannya adalah lulus SMA (35,92 persen) dan SMP (32,48 % ). Tugas besar mengakselerasi pendidikan anak-anak muda Sulsel ke level yang lebih tinggi lagi, sehingga memiliki dampak lanjutan baik pada perbaikan ekonomi maupun politik. Secara khusus, di politik, tantangan menjadikan anak-anak muda Sulsel memiliki partisipasi politik dan mutu yang bagus.
Secara nasional, partisipasi pemuda yang ikut milih di Pemilu 2024 kemarin cukup tinggi yaitu 81 % . KPU sebut 55?ri total pemilih anak muda. Adapun partisipasi politik itu bukan hanya terkait ikut milih di Pemilu, tapi juga jadi peserta yang dipilih seperti jadi Caleg atau Calon eksekutif, jadi anggota partai, atau terlibat dalam kegiatan pemerintahan (Budiarjo, 2009).
Munculnya politisi atau Caleg muda di Sulsel bersamaan dengan naiknya jumlah penduduk anak muda. Fenomena bonus demografi berkaitan dengan itu.
Banyaknya penduduk muda bila tidak terwadahi akan jadi problem. Terlebih lagi bila dihadapkan dengan kesempatan yang terbatas. Maka anak-anak muda Sulsel akan hadapi resistensi dari sistem politik yang sudah mapan, terutama dari kalangan tua, yang relatif terganggu dengan kehadiran mereka.
Pemilu kemarin, ada 1138 caleg untuk memperebutkan 85 kursi DPRD Sulsel. Hanya 35 petahana yang lolos kembali. 50 di antaranya pendatang baru. Umumnya muda, bahkan 10 orang umurnya masih 20an tahun. 3 orang kelahiran tahun 2000an. Suaranya justru mengungguli petahana di Dapilnya.
Partai-partai besar dan lama di Sulsel saat ini mulai membuka kesempatan pada anak-anak muda. Namun, yang perlu dikritisi sikap itu bentuk kesungguhan politik memberi jalan, atau hanya politik memanfaatkan suara-suara anak muda. Pasalnya, ketika ada post-post strategis di partai atau pemerintahan, masih dikuasai oleh generasi tua. Affirmative action bagi anak muda tidak boleh hanya gimmick semata.
Bahkan meski memberi ruang anak muda, nyatanya mereka masih memiliki hubungan patronase atau bahkan dinasti dengan generasi tua itu. Apakah dia anak Bupati, Pejabat, atau orang yang punya hubungan bisnis. Sementara anak muda yang bukan anak pejabat, dan hanya seorang mantan aktivis, kantong tipis, tidak punya privilege di politik.
Pembuktian Kedua RMS
RMS dengan Nasdem Sulsel jadi fenomena menarik. Bukan hanya capaiannya dalam beberapa tahun terakhir ini, namun juga politik afirmasinya kepada anak-anak muda. Politik Nasdem yang tanpa mahar menjadi pintu masuk yang terbuka lebar khususnya bagi anak-anak muda dengan berbagai latar belakang apa saja, yang ingin mengabdi kepada bangsa dan negara.
Promo SUPER, Bawa Pulang Motor Honda dengan DP Rp1 Juta |
![]() |
---|
6 Hal Harus Diperhatikan Pelajar saat Naik Motor |
![]() |
---|
Berselisih dengan Istri Polisi, IRT Asal Gowa Jadi Tersangka di Polrestabes Makassar |
![]() |
---|
Andi Muhammad Rekrut 49 Pengurus, Lampaui Jumlah Partai NasDem Sulsel |
![]() |
---|
Apa Peran Jufri Rahman? KI Panggil Sekprov Sulsel Sengketa Toserba Pengayoman vs Disnakertrans |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.