Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilgub Sulsel

Kader Golkar Jadi Penonton, Pertama Kalinya Tak Usung Kader di Pilgub Sulsel

Di Pilgub Sulsel 2024 ini, Partai Golkar justru mengusung kader dari Partai NasDem, Fatmawati Rusdi yang berpasangan dengan petahana Andi Sudirman.

Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Headline koran Tribun Timur edisi, Jumat 9 Agustus 2024. 

TRIBUN-TIMUR.COM - DPP Partai Golkar membuat kejutan jelang Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) 2024.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Golkar tidak mengusung kader internalnya sebagai calon Gubernur atau Wakil Gubernur Sulsel.

Di Pilgub Sulsel 2024 ini, Partai Golkar justru mengusung kader dari Partai NasDem, Fatmawati Rusdi yang berpasangan dengan petahana Andi Sudirman Sulaiman.

Fatmawati diplot sebagai bakal calon Wakil Gubernur Sulsel.

Wakil Ketua Umum bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tandjung, di kantor DPP Golkar, Jakarta, pada Kamis (8/8/2024) sore mengatakan, sejarah baru bagi Golkar karena tidak mengusung kadernya sendiri di Pilgub Sulsel.

Padahal Golkar di bawah komando Airlangga Hartarto sempat memberikan surat tugas kepada lima kader untuk maju sebagai calon Gubernur Sulsel 2024.

Mereka adalah Waketum DPP Golkar AM Nurdin Halid, Ketua Golkar Sulsel Taufan Pawe.

Eks Ketua Golkar Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, dan Ketua Golkar Luwu Utara (Lutra) Indah Putri Indriani.

Baca juga: Golkar Usung Andi Sudirman di Pilgub Sulsel 2024, Taufan Pawe Perintahkan Kader Dukung Penuh

Partai Golkar untuk pertama kali tak mengusung kader di Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan atau Pilgub Sulsel 2024. Partai Golkar mengusung Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi. 
Partai Golkar untuk pertama kali tak mengusung kader di Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan atau Pilgub Sulsel 2024. Partai Golkar mengusung Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi.  (Dok Tribun)

Dari kelima kader yang mendapatkan surat tugas tersebut, hanya Nurdin Halid yang menyatakan tidak maju.

Sementara empat kader lainnya harus gigit jari setelah Airlangga Hartarto memilih untuk mendukung pasangan non-kader.

Dalam sejarah Pilgub Sulsel, Golkar dikenal konsisten mengusung kadernya sendiri.

Pertama Pilgub 2002, beringin rindang mencalonkan Ketua DPD I Mayor Jenderal Amin Syam.

Lalu kembali mengusung Amin Syam pada Pilgub Sulsel 2007.

Pada Pilgub Sulsel 2013, Golkar mengusung Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Sementara itu, Pilgub Sulsel 2018, Golkar mengusung Nurdin Halid.

Menurut Ahmad Doli, keputusan untuk mengusung pasangan Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi didasarkan pada hasil simulasi dan melihat tingkat elektabilitasnya.

"Hari ini (kemarin) kita umumkan 10 cagub-cawagub yang sudah kami simulasikan, sudah kami eksesais, dan sudah kami rapatkan semalam bersama Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto," jelasnya.

Dengan masuknya Golkar di gerbong koalisi, pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi telah mengantongi 7 partai politik.

Ketujuh parpol itu adalah, NasDem, Demokrat, Gerindra, PAN, Golkar, Hanura. PSI juga menyatakan dukungan meski partai ini tidak memiliki kursi di DPRD Sulsel.

"Alhamdulillah per hari ini sudah 7 partai telah membersamai kami," kata Fatmawati Rusdi kepada wartawan.

Dari total partai, empat merupakan partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) pengusung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 lalu.

Yaitu, Partai Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Demokrat.

"Gerindra, Nasdem, Golkar, PSI, Demokrat, PAN, Hanura. Intinya kami mendaftar ke semua partai, kemudian keputusannya tentu ada di partai politik," katanya.

Wabendum DPP Nasdem itu melanjutkan, Gerindra dan Nasdem sedari awal mendukung mereka.

Dia juga merasa bersyukur, sebab parpol pendukung Prabowo-Gibran mendukung penuh untuk maju bertarung demi membangun Sulsel.

"Alhamdulillah kita melihat Koalisi Indonesia Maju (KIM) sudah membersamai kita. Tentu ini bagian dari kekuatan dan semakin mematangkan langkah kita menatap Pilgub Sulsel," tandasnya.

Senada dengan Fatmawati, Andi Sudirman juga menyampaikan bahwa mereka tegak lurus dengan istana.

Baik itu kebijakan Presiden Jokowi, maupun presiden terpilih Prabowo Subianto.

"Intinya kami tegak lurus dengan bapak presiden (Jokowi) dan presiden terpilih (Prabowo)," tandas Andi Sudirman.

Danny Terima B1-KWK

Sementara itu, bakal calon Gubernur Sulsel Danny Pomanto menerima dokumen B1-KWK dari tiga partai politik pengusungnya.
Ketiga parpol itu adalah, PDIP, PPP, dan PKB.

"Saya dipanggil menerima B1KWK partai, tidak enak kalau sekarang saya kasih tahu," ucap Danny Pomanto, kemarin.

Danny membenarkan, parpol yang akan memberikan B1KWK mrupakan koalisi yang terbentuk.

Danny berharap partai koalisi ini tetap solid hingga pendaftaran di meja KPU.

Bagi Danny, tiga parpol sudah cukup untuk mengantarnya ke meja pendaftaran.

Kendati begitu, ia masih membuka peluang bagi parpol manapun yang ingin bergabung dalam koalisi ini.

"Sementara aman, saya kira politik tidak ada yang pasti. Tapi saya kira, tiga (parpol) cukup, empat ideal," kata Danny.

Dalam Pilgub Sulsel 2024, Danny Pomanto menggandeng Ketua PKB Sulsel Azhar Arsyad.

Rekomendasi dari PPP terkait pasangan Danny-Azhar telah diberikan beberapa waktu lalu.(erl/ami)

Danny: Keuangan Sulsel tidak Baik-baik Saja

Pasangan Danny Pomanto-Azhar Arsyad telah meluncurkan tagline DIA Save Sulsel, Danny-Azhar Baik untuk Sulsel.

Kata Danny, alasannya mengambil tagline tersebut karena prihatin akan kondisi di Sulawesi Selatan sekarang ini.

"Ini tinggal pilihan, mau selamatkan diri sendiri dengan kepentingan diri atau kepentingan banyak orang dengan kepentingan anak-anak kita masa depan," ucap Danny Pomanto di kediamannya Jl Amirullah, Selasa (6/8/2024).

Danny memaparkan, kondisi keuangan Sulsel tidak baik-baik saja, terjadi kebangkrutan, defisit anggaran, hingga menyisakan banyak utang.

Dari segi infrastruktur juga dinilai tidak maksimal, banyak jalan-jalan provinsi yang rusak sekian lama namun tak tersentuh.

"Buktinya dengan bangkrutnya Sulsel banyak sekali akibatnya. Infrastruktur ini rusak, coba lihat jalan-jalan kita, utang bertumpuk kan luar biasa itu, dan orang tidak sadar, dengan begitu tidak ada bisa intervensi pemerintah karena belanjanya tidak ada," papar Danny.

Danny melanjutkan, jargon Save Sulsel juga diambil sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib tradisi dan budaya Sulsel yang perlu diselamatkan.

Begitu juga dengan kesenian, Danny menilai ada pihak yang akan menghapus kegiatan kesenian seperti festival dan event-event kesenian lainnya.

"Kedua kita bangun kebersamaan dengan kekuatan adat istiadat tradisi budaya begitu kuat, masa mau dihilangkan dengan paham yang belum tentu benar. Artinya harus diselamatkan budaya kita," ujarnya.

"Ketiga kita ini berkesenian, banyak festival musik dan lain-lain, masa itu mesti berhenti," sambungnya.

Tak hanya itu, Danny juga punya kekhawatiran besar Sulsel akan dikuasai oleh oligarki. Hal seperti ini tentu akan membahayakan.

"Keempat, ini yang kita bahaya sekali kalau dikuasi oleh oligarki. Sulsel itu milik semua orang dan yang kelima adalah jangan membangun Sulsel ini miring ke kanan saja, yang lain dikasi ratusan miliar yang satu cuma satu digit, yang satu tiga digit, tidak adil. Apalagi bagian utara, Toraja, Luwu sama sekali tidak terlalu diperhatikan," ulasanya.

Jargon Save Sulsel dan Baik untuk Semua menjadi upayanya untuk menyelamatkan Sulsel dari bahaya-bahaya tersebut.

"Jadi kalau kita tidak menyelamatkan utang saja maka jangan harap bisa bangun Sulsel, jangan harap rakyat sejahtera. Kalau kita biarkan ini budaya mati jangan harap ada kebanggaan di Sulsel, kalau kita biarkan kita tidak berkesenian jangan harap orang datangi Sulsel, kalau oligarki yang kuasa jangan harap kalian diperhatikan," tegas Wali Kota Makassar dua periode ini.

Jika mendapat kesempatan memimpin Sulsel, maka Danny-Azhar berkomitmen untuk membenahi semuanya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved