Yahya Sinwar Gantikan Ismail Haniyeh Jadi Bos Hamas, Husain Abdullah: Dia Sosok Paling Berpengaruh
Dosen HI Fisipol Unhas, Husain Abdullah mengatakan, Yahya Sinwar adalah sosok paling berpengaruh sebagai pimpinan militer Hamas.
TRIBUN-TIMUR.COM - Yahya Sinwar terpilih menggantikan Ismail Haniyeh sebagai pimpinan politik Hamas.
Yahya Sinwar diumumkan menjadi pemimpin politik baru Hamas pada Selasa (6/8/2024) waktu setempat.
Dosen HI Fisipol Unhas, Husain Abdullah mengatakan, Yahya Sinwar adalah sosok paling berpengaruh sebagai pimpinan militer Hamas.
"Dialah orang yang paling mengerti kenapa melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 lalu. Karena dia orang paling mengerti kenapa serangan dilakukan terhadap Israel, maka seharusnya Yahya Sinwar, tau bagaimana cara mengakhiri perang tersebut," ujar Husain Abdullah, Rabu (7/8/2024).
Sebagai pimpinan militer yang kini ditunjuk menjadi pemimpin politik Hamas, Yahya Sinwar memiliki posisi sangat strategis dan penting untuk memperbaiki hubungan dengan Fatah lalu bersama sama membicarakan jalan damai untuk penyelesaian konflik Palestina Israel.
Baca juga: Bertemu Mahmoud AlAloul di Doha, JK Bahas Kelanjutan Rekonsiliasi Al Fatah dan Hamas
Sebab Yahya masih memiliki pengaruh kuat dalam rantai komando militer Hamas, sekaligus kini sebagai pemimpin tertinggi politik Hamas.
Dengan kapasitas power yang dimiliki Yahya Sinwar tersebut, dapat dimanfaatkan untuk mengakhiri jalan kekerasan menuju jalan damai penyelesaian masalah Palestina dan Israel secara adil dan bermartabat.
Profil Yahya Sinwar
Yahya Sinwar lahir pada 1962 di kamp pengungsi warga Palestina di Kota Khan Younis, Gaza selatan. Keluarganya terpaksa mengungsi selama perang jelang pembentukan Israel.
Pada 1987, Hamas kemudian dibentuk. Yahya lalu bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an, dikutip dari The New York Times, Selasa.
Pendiri Hamas, Sheik Ahmed Yassin merekrut Yahya sebagai kepala unit keamanan internal bernama Munazzamat al Jihad w'al-Dawa atau Al Majd.
Dia bertugas menemukan dan menghukum orang-orang yang diduga melanggar hukum moralitas Islam atau bekerja sama dengan Israel.
Catatan pengadilan Israel menuliskan Yahya dipenjara pada 1988 karena membunuh empat orang Palestina yang dituduh murtad atau bekerja sama dengan Israel.
Catatan lain menunjukkan dia dijatuhi empat hukuman seumur hidup berturut-turut karena menculik dan membunuh dua tentara Israel pada 1989, dilansir dari Forbes, Selasa.
Saat dipenjara selama lebih dari dua dekade, Yahya kerap menerjemahkan ke bahasa Arab puluhan ribu halaman otobiografi berbahasa Ibrani tulisan mantan kepala badan keamanan Israel, Shin Bet.
Refleksi Hari Maritim Nasional: Menggugat Imajinasi Bangsa, dari Agraris Menuju Maritim |
![]() |
---|
Pengamat K3 Unhas: Bangunan Perkantoran Harus Lindungi Pekerja, Bukan Sekadar Administrasi |
![]() |
---|
Profil 7 Profesor Unhas Masuk 2 Persen Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia 2025 |
![]() |
---|
Pengamat Heran BBM Langka di Sulsel, Apa Dilakukan Pertamina? |
![]() |
---|
Lima Jam di Kedai Tujuh Belas, Leonard Eben Ezer Bocorkan Evaluasi Beasiswa Doktor Jaksa di Unhas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.