Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kunjungi Sulsel, Eks Ketua HMI Arif Rosyid Telusuri Warisan Intelektual Islam di Lasinrang Pinrang

Arif Rosyid Hasan mengawali kunjungan ke Gorontalo pada Selasa (23/7/2024).

Editor: Sudirman
Ist
Eks Ketua Umum PB HMI Arif Rosyid Hasan. Arif berkunjung ke Kabupaten Pinrang. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Arif Rosyid Hasan mengunjungi tiga provinsi dalam beberapa hari terakhir ini.

Tiga provinsi yaitu Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat.

Arif Rosyid Hasan mengawali kunjungan ke Gorontalo pada Selasa (23/7/2024).

Selama berada di Gorontalo, Arif Rosyid Hasan mengisi Latihan Kepemimpinan (LK II) HMI Cabang Gorontalo.

"Sejak pensiun sebagai Ketua Umum PB HMI pada 2016 silam, saya memang sudah bertekad untuk terus berperan aktif dalam pengkaderan, dan berkontribusi bagi himpunan," ujarnya.

Setelah ke Gorontalo, Arif kemudian melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi Selatan.

Ia tiba di Makassar pada Kamis (25/7/2024).

Arif langsung bergeser ke Pangkep bersua dengan pemuda bicara tentang teknologi bersama Fanta Robotik.

Setelah dari Pangkep, ia singgah di DDI Mangkoso di Kabupaten Barru.

"Saya bersilaturrahim dengan Pimpinan Pondok Pesantren DDI Mangkoso Anre Gurutta Kiai Faried Wadjedy dan Ustad Syafarudin. Selain silaturahim, kami juga meminta Pak KIai untuk memimpin doa, mendoakan kami, dan mendoakan Indonesia," ujarnya

Tak hanya itu, ia juga menyempatkan ziarah ke Makam Anregurutta Ambo Dalle.

Setelah Kabupaten Barru, ia melanjutkan perjalanannya ke Kabupaten Pinrang.

Di Pinrang, ia mengunjungi daerah Jumpue, kampung keluarga dari garis keturunan Ibu.

"Saya sempat diceritakan silsilah keluarga. Singkatnya, garis keturunan ibu saya berasal dari Syekh Muhammad bin Abdullah Affandi. Keluarga ibu saya juga masih memiliki hubungan keluarga dengan istri Alm. K.H. Ali Yafie, yakni Puang Isa," ujarnya.

Syekh Muhammad adalah ulama dari Yaman, yang lahir di Izmir, daerah Turki. 

Ia juga mendapatkan jurnal yang menulis tentang Syekh Muhammad.

Jurnal ini ditulis Wardah Hamid pada 2019, berjudul ‘Jejak dan Kiprah Ulama Pinrang Abad XX’.

Pada jurnal itu pula ditulis, Syekh Muhammad menikah dengan perempuan pribumi dan mempunyai keturunan.

Sang penulis juga membahas, bagaimana tradisi pengajian intelektual melalui ‘mangngaji tudang’ dilaksanakan di wilayah Bugis, Makassar, dan Mandar.

Perjalanan ini memberi pengalaman yang emosional bagi saya.

Apalagi, ziarah ini saya laksanakan belum lama sejak saya pulang dari Mekkah untuk berhaji.

Bayangkan, sejak tahun 1609M di Lasinrang, Pinrang, berlangsung ikhtiar mulia untuk berdakwah dan mempersiapkan generasi-generasi emas umat Islam.

Dari proses dakwah ini pula, terbentuk kekayaan kultural dan intelektual, untuk membangun anak-cucu Muslim yang bertakwa dan istiqomah.

"Benarlah ungkapan bahwa kita harus menghargai sejarah. Dengan menelusuri asal-usul, kita dapat lebih menghargai leluhur, dan mendapat dorongan untuk menorehkan sejarah baru pula, untuk anak cucu kita nantinya," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved