Mau Jogging Sambil Wisata? Yuk ke Rumah Adat Attakae Wajo Sulsel
Lebih dari sekadar rumah adat tradisional, Attakae kini menjadi destinasi favorit bagi warga untuk berolahraga dan berwisata bersama keluarga.
Penulis: M. Jabal Qubais | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNWAJO.COM, SENGKANG - Cari tempat wisata yang asri, menyehatkan, dan sarat budaya di Sulawesi Selatan (Sulsel)?
Kawasan Rumah Adat Attakae di Kabupaten Wajo patut masuk dalam daftar kunjungan Anda!
Lebih dari sekadar rumah adat tradisional, Attakae kini menjadi destinasi favorit bagi warga untuk berolahraga dan berwisata bersama keluarga.
Pagi dan sore hari menjadi waktu favorit untuk mengunjungi Attakae.
Pantauan Tribun-Timur.com, Rabu (24/7/2024) pagi, warga terlihat jogging mengitari kawasan tersebut.
Bahkan, beberapa dari mereka menggelar senam bersama.
Suguhan pemandangan Danau Lampulung makin lengkap dengan kicauan burung.
Adapula warga yang sengaja membawa bekal dari rumah untuk bersantai bersama keluarga.
Bagi yang ingin bersantai, terdapat pendopo-pendopo khas kerajaan di tepi danau yang nyaman untuk piknik bersama keluarga.
Untuk tiket masuk ke kawasan ini terbilang murah, hanya Rp2.000 per orang.
Dengan itu Anda bisa menikmati fasilitas yang ada di sekitar kawasan Rumah Adat Attakae.
Di samping itu, juga disediakan fasilitas lainnya seperti pemanfaatan Rumah Adat, lapangan, sirkuit road race, dan kolam renang.
Namun dengan tarif yang berbeda-beda.
Mulai Rp200 ribu hingga Rp2,5 juta per hari.
Seorang pengunjung, Nunu mengaku hampir setiap sore ke kawasan ini.
"Bagus karena ada jogging track-nya. Apalagi kalau sore-sore sejuk di sini, pokoknya lengkap," ujarnya kepada Tribun-Timur.com, Rabu (24/7/2024)
Kawasan Rumah Adat Attakae terletak di Kelurahan Attakae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.
Kurang lebih 10 menit dari pusat kota atau berjarak 3,5 km dari Masjid Agung Ummul Quraa, Sengkang.
Kawasan Rumah Adat Atakkae memiliki luas lahan 1,107 hektare dengan total luas bangunan 1,616 m2 terdiri dari beberapa rumah-rumah adat tradisional yang berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Wajo.
Diketahui, di dalam kawasan terpadat sebuah rumah adat paling besar dan merupakan rumah adat utama.
Adalah rumah seorang raja bernama La Tenri Bali yang dibangun sekitar tahun 1990.
La Tenri Bali dipanggil Arung Matoa yang pernah berkuasa di Kerajaan Wajo kala itu.
Rumah adat ini memiliki desain rumah panggung seperti umumnya rumah adat Suku Bugis.
Tapi yang berbeda dan membuatnya unik adalah tiang dari rumah adat ini berjumlah 101 tiang dengan bentuk bulat, tidak seperti tiang rumah adat Bugis pada umumnya yaitu berbentuk persegi.(*)
Andi Muhammad Rekrut 49 Pengurus, Lampaui Jumlah Partai NasDem Sulsel |
![]() |
---|
Komisioner Bawaslu Wajo Mengundurkan Diri Setelah Dilapor Kasus Pelecehan Seksual |
![]() |
---|
Kemendagri Dorong Siskamling Aktif Lagi, Warga Bone Sambut Positif |
![]() |
---|
Festival Budaya Banua Lemo Luwu Jadi Ruang Belajar dan Perlawanan Anak Muda |
![]() |
---|
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin Dukung KPID Sulsel, Dorong Pengawasan Media Baru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.