Gara-gara Macet, Makassar Rugi Rp 1,7 Triliun Setahun
Kemacetan Makassar memiliki berbagai dampak, termasuk kerugian ekonomi yang cukup besar.
TRIBUN-TIMUR.COM - Kemacetan lalu lintas di Kota Makassar sudah menjadi pemandangan lumrah setiap hari.
Banyak sekali titik-titik kemacetan yang dijumpai, seperti Jl Perintis Kemerdekaan.
Siapa sangka, kemacetan ini menimbulkan kerugian hingga triliunan rupiah.
Urban Development Senior Program Lead-WRI Indonesia, Dimas N Fadhil mengatakan kemacetan Makassar memiliki berbagai dampak, termasuk kerugian ekonomi yang cukup besar.
Study Bank Dunia menunjukkan kemacetan Makassar sebabkan kerugian ekonomi sekitar Rp1,7 triliun per tahun.
Baca juga: Danny Pomanto Bareng 93 Wali Kota Dunia Diskusi Keberlanjutan Perkotaan di WCS Singapura
Ini jadi penghambat kemajuan kota yang bertekad menjadi kota dunia.
"Juga (berdampak) pada mobilitas warga, terutama pada jam-jam sibuk seperti saat pulang kerja atau sekolah," ujar Dimas dalam Podcast Bincang Kota Tribun Timur, Rabu (17/7/2024).
Riset yang dilakukan World Resources Institute (WRI) Indonesia lewat kajian Urban Community Resilience Assessment (UCRA), mencatat sejumlah hal di Makassar yang perlu dievaluasi.
Selain kemacetan, ketahanan terhadap bencana dan ekonomi perlu ditingkatkan.
Mobilitas berkelanjutan disebut solusi untuk atasi kemacetan parah serta meningkatkan ketahanan ekonomi dan bencana Makassar.
Sementara, Makassar City Coordinator-Vital Strategies Luna Vidya mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya mobilitas berkelanjutan.
Serta mengubah pola pikir untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Masyarakat bisa lebih sering berjalan kaki, terutama untuk perjalanan jarak pendek, demi mengurangi kemacetan dan emisi karbon.
Konsep yang ditawarkan seperti mendesain kawasan yang mendorong mobilitas rendah karbon.
Memperlebar pedestrian dan menyediakan serapan air hujan.
"Kesadaran akan pentingnya mobilitas berkelanjutan harus ditingkatkan agar bersama-sama kita dapat mewujudkan Makassar sebagai kota kelas dunia," jelasnya.
Riset Ketahanan Warga Pesisir
Tak hanya macet, sejak tahun 2023 WRI juga meriset berbagai aspek ketahanan masyarakat kota pesisir di Makassar.
Fokus riset terhadap ancaman seperti kenaikan muka air laut dan cuaca ekstrem.
Luna Vidya menuturkan dalam mengkaji, WRI bersama Vital Strategies dan ARUP mempertimbangkan berbagai faktor unik, seperti pulau-pulau dan penyeberangan sungai, serta merancang solusi yang relevan untuk Makassar.
Dijelaskan, pendekatan di Makassar berbeda karena fokus pada isu-isu spesifik yang terkait dengan kondisi pesisir dan pulau-pulau.
Beda dengan Surabaya, misalnya, tidak menghadapi tantangan mobilitas yang sama, seperti masalah pulau, sehingga pendekatannya lebih fokus pada aspek transportasi darat.
Hasil kajian dari konsorsium inilah yang bisa membantu Pemkot Makassar untuk berfikir secara strategis dan makro tentang mobilitas.
Termasuk mobilitas orang-orang pulau dan angkutan umum seperti pete-pete.
"Dari penelitian ini, kami menemukan bahwa mobilitas berkelanjutan menjadi salah satu aspek penting yang perlu ditingkatkan," katanya.
Lebih jauh Luna Vidya menjelaskan cara program ini beradaptasi adalah dengan mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman warga Makassar mengenai mobilitas, seperti sejarah penggunaan pete-pete dan becak.
"Dengan mendokumentasikan memori ini, kami berharap dapat menawarkan pandangan yang lebih komprehensif kepada pemerintah terkait kebijakan mobilitas di masa depan," jelasnya.
(Tribun-Timur.com/Hasriyani Latif)
Harga Emas 28 Agustus 2025 Kota Makassar |
![]() |
---|
Bupati Barru Andi Ina Naik Kapal Laut dengan Agus Arifin Numang dan Danny Pomanto ke Semarang |
![]() |
---|
Cerita Annar Sampetoding Sudah Tahu Bakal Dituntut 8 Tahun Bahkan Sebelum Sidang Digelar, Kok Bisa? |
![]() |
---|
Wali Kota Munafri Pimpin Rakor TPA, DLH Jadi Lead Sektor |
![]() |
---|
Pegadaian Siap Dukung Program RPL FEB Unismuh Lewat Magang dan Literasi Keuangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.