Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Solar Langka

Penyebab Solar Langka di Maros Sulsel: Kuota Dibatasi Sopir Meradang

Antrean truk ini mengular hingga ke ruas jalan raya poros Maros-Makassar dan tak jarang menyebabkan kemacetan.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/NURUL FAKHRIYAH
Antrean panjang truk terjadi di SPBU Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (15/7/2024). 

TRIBUNMAROS.COM, MAROS - Kelangkaan solar terjadi lagi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Pantauan Tribun-Timur.com, Senin (15/72024), antrean panjang truk terjadi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kecamatan Mandai dan Balitjas.

Antrean truk ini mengular hingga ke ruas jalan raya poros Maros-Makassar dan tak jarang menyebabkan kemacetan.

Sopir truk Alam mengaku antrean mobil diakibatkan sulitnya mendapatkan solar subsidi, padahal harga masih normal.

"Ini sudah berbulan-bulan penampakan setiap hari, bahkan terkadang kita para sopir harus bermalam di parkiran SPBU demi bisa mendapatkan pasokan solar subsidi," tuturnya.

Baca juga: Tangki Modifikasi Diduga Pemicu Solar Langka di Parepare, Pemkot Buka Suara

Alam menyebut selain sulit, pembelian solar subsidi juga terbatas.

Hal ini pun membuat para sopir khususnya lintas provinsi merana.

"Bukan cuman susah dapatnya pak, pembeliannya juga terbatas, disaat seperti ini kita membutuhkan BBM cadangan, karena kelangkaan ini terjadi hampir di semua daerah, sementara harga tetap normal," ungkapnya.

Ia berharap kepada pemerintah untuk bisa menormalkan kembali pasokan solar subsidi ke SPBU di daerah.

"Kita sangat berharap ada upaya dari pemerintah agar kuotanya tak lagi dibatasi, karena ini sudah sangat merugikan bahkan berdampak pada penghasilan kami, yang tak seperti dulu lagi," keluhnya.

Sementara itu Pengelola SPBU Batangase, Rapi mengatakan kelangkaan terjadi sudah sebulan lebih.

"Kelangkaan ini sudah sebulan lebih terjadi, banyak truk setiap hari yang mengantre sejak kuota minyak solar ini dibatasi oleh pertamina," jelasnya.

Setiap SPBU di daerah hanya mendapatkan kuota 24 kilo liter per harinya, padahal sebelumnya hingga 32 kilo liter.

"Per harinya kita sisa dapat 24 kilo liter, dulu waktu normal tembus 32 kilo liter, itupun setiap hari habis," ujarnya.

Meski kuota yang didapatkan 24 kilo liter per hari, distribusi pengantaran ke SPBU dilakukan secara estafet.

"Kita dapat jatah 24 kilo liter, tapi pengirimannya kesini tidak langsung, kadang sampai tiga kali pengantaran dalam sehari," ujarnya.

Selaku pengelola SPBU, rapi pun berharap agar kuota minyak solar subsidi bisa kembali normal agar tak terjadi lagi penumpukan kendaraan hingga ke ruas jalan utama.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved