Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ekonom Sebut Prabowo Presiden RI Paling Sial Gegara Jokowi, Utang Negara Jatuh Tempo di 2025

Pernyataan 'paling sial' itu disampaikan Faisal Basri lantaran Prabowo mendapatkan warisan utang negara dari Pemerintahan Jokowi sebesar Rp 800 Triliu

Editor: Ansar
Kompas.com
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) di sela peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 TNI. 

Menurut data Kementerian Keuangan, per 30 April 2024, total utang jatuh tempo pemerintah di tahun 2025 saat Prabowo mulai berkuasa akan mencapai Rp 800,33 triliun.

Utang ini berasal dari surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 705,5 triliun dan utang pinjaman Rp 100,19 triliun.

Karena mayoritas utang tersebut berbentuk SBN, mau tidak mau harus dibayar tepat waktu saat jatuh tempo.

Tidak ada ruang negosiasi untuk menunda pembayarannya.

Jika Pemerintahan Prabowo menghindari pembayaran utang ini, mereka harus siap jadi sasaran penghakiman pasar. 

"Sebanyak 70 persen lebih utang ini adalah SBN. SBN ini enggak ada negosiasi kompromi gitu.

Enggak bayar, ya kita hakimi. Kan ke pasar. Bukan kayak dulu."

"Jadi, harus siap kalau berhadapan dengan pasar.

Kalau nggak komit, ya dihakimi," ujar Direktur Pengembangan Big Data INDEF Eko Listiyanto di acara diskusi bertajuk Warisan Utang Untuk Pemerintah Mendatang, dikutip Jumat (5/7/2024).

Direktur INDEF Eisha M Rachbini memandang utang jatuh tempo ini harus menjadi sesuatu yang diwaspadai oleh Pemerintahan Prabowo.

Pasalnya, Prabowo memiliki sejumlah program unggulan yang memiliki anggaran jumbo.

Sebut saja makan bergizi gratis yang pada tahun depan telah dianggarkan di APBN 2025 sebesar Rp 71 triliun.

"Ini sebenarnya perlu kewaspadaan di tengah-tengah program pemerintah yang fantastis, jumbo, menjalankan pembiayaan terhadap program itu ditambah dengan utang jatuh tempo," ujar Eisha seperti dikutip dari Tribunnews.com di artikel berjudul Ekonom INDEF Ingatkan Pemerintahan Prabowo, Harus Siap Dihakimi Pasar Jika 'Ngemplang' Bayar Utang.

Dalam menyikapi ini, Pemerintahan Prabowo dinilai harus menggenjot pendapatan negara agar meningkat, jangan sampai malah menurun.

Jika kelak pendapatan negara tidak naik atau bahkan menurun, defisit fiskal tentu akan kena dampaknya, yakni menjadi semakin lebar.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved