Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Dua Potret Kota

Dasar ekonomi yang sudah terstruktur menempatkan Jepang sebagai salah satu negara dengan pendapatan layak dan sistem kerja tangguh. 

DOK TRIBUN TIMUR
Kolumnis tetap Kilas Tokyo Tribun Timur, Muh Zulkifli Mochtar 

Dua Potret Kota


Oleh: Muh Zulkifli Mochtar


TRIBUN-TIMUR.COM - Dasar ekonomi yang sudah terstruktur menempatkan Jepang sebagai salah satu negara dengan pendapatan layak dan sistem kerja tangguh. 

Namun, di balik itu, usaha keras warga untuk mencari pendapatan dan kehidupan layak tidaklah mudah, dan memiliki banyak kisah menarik.

Apa yang berubah di Jepang akhir-akhir ini? Salah satunya adalah penurunan nilai Yen dan kenaikan harga barang. 

Jumlah barang belanjaan mingguan istri pun berkurang. Lauk favorit saya semakin jarang terlihat di meja. 

Buah-buahan kesukaan saya juga semakin jarang terlihat. 

"Berat dari segi anggaran," kata istri. 

Beberapa tahun lalu, jika kami membeli roti, snack, atau puding di convenience store, harga sekitar 100 yen setara dengan 10.300 rupiah. 

Belakangan ini tidak lagi. Banyak snack kesukaan anak-anak yang harga nya naik.

 Lembaran uang 1000 yen sekarang hanya cukup untuk membeli beberapa barang saja.

Harga barang di Jepang memang cenderung stabil selama beberapa dekade. 

Harga makan siang pada tahun 2022 tidak terlalu berbeda dengan 20 tahun yang lalu, berkisar antara 800-1000 yen.

 "Cost of living: The shock of rising prices in Japan," demikian judul sebuah artikel di BBC bulan Juni tahun lalu. 

"While many parts of Asia grew richer, Japan's wealth stagnated," kira-kira demikian isi artikel tersebut. Sementara di negara-negara Asia lain kekayaannya meningkat, Jepang terus mengalami stagnasi.


Ya, biaya hidup terasa semakin berat di tengah-tengah pendapatan yang tidak berubah secara signifikan dalam 20-30 tahun terakhir ini, dua pukulan berat. 

Sangat telak, terutama bagi para ibu rumah tangga yang paling merasakan dampaknya. 

Untungnya, PM Kishida pada tahun 2022 segera bertindak cepat dengan meminta perusahaan-perusahaan Jepang untuk menaikkan gaji karyawan. 

Upah rata-rata per jam di Jepang akhir-akhir ini mulai meningkat.

Keluarga saya pernah menonton film Jepang 'Manbiki Kazoku' yang dirilis dua tahun lalu.

Dikenal dengan judul 'Shoplifters' dalam versi bahasa Inggris, film ini dibintangi oleh aktor Lily Franky dan Sakura Ando. 

Pada tahun 2018, film ini dinominasikan untuk Academy Award kategori Film Berbahasa Asing Terbaik, dan juga meraih penghargaan di Festival Film Cannes. 

Kisah tentang keluarga miskin yang mencoba bertahan hidup di tengah modernitas, persaingan ketat, dan standar hidup tinggi di kota Tokyo.

Dengan berbagai cara, Osamu (diperankan oleh Lily) mengajari anggota keluarganya, termasuk anak laki-lakinya Shota, untuk mencuri barang kebutuhan sehari-hari di supermarket setelah dia berhenti sebagai buruh harian akibat luka kaki. 

Mereka kemudian menemukan Yuri, seorang anak perempuan dari keluarga yang tidak harmonis, dan membawanya pulang serta mengajari untuk ikut mencuri. 

Dari situ muncul berbagai masalah, termasuk status anggota keluarga mereka.

Masalah sehari-hari keluarga miskin yang berusaha bertahan hidup tergambar dengan jelas dalam film karya Hirokazu Kore-eda ini. 

Film ini menggambarkan potret sisi kelam kemiskinan di antara sebagian kecil masyarakat, kontradiktif dengan citra dan profil masyarakat Jepang saat ini yang stabil secara ekonomi, aman, dan maju dalam budaya.

Potret kecil tentang kemiskinan ini bukan hanya terlihat dalam film 'Manbiki Kazoku'. Kadang-kadang kita melihat gelandangan berpakaian lusuh di sisi jalan, membawa dua karton atau selimut tebal lusuh. 

Meskipun jumlah mereka tidak banyak, mereka jarang meminta-minta atau mencari simpati orang lain. Beberapa juga menginap di penginapan murah dengan tarif 200 ribu rupiah per malam. 

Banyak dari mereka yang bekerja dengan upah per jam pada siang hari.


Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, tetapi multidimensi yang meliputi kurangnya pendapatan dan kemampuan dasar untuk hidup bermartabat. 

Pengentasan kemiskinan adalah masalah bersama yang menjadi fokus dunia secara keseluruhan. (*)!

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved