Opini
Dua Potret Kota
Dasar ekonomi yang sudah terstruktur menempatkan Jepang sebagai salah satu negara dengan pendapatan layak dan sistem kerja tangguh.
Ya, biaya hidup terasa semakin berat di tengah-tengah pendapatan yang tidak berubah secara signifikan dalam 20-30 tahun terakhir ini, dua pukulan berat.
Sangat telak, terutama bagi para ibu rumah tangga yang paling merasakan dampaknya.
Untungnya, PM Kishida pada tahun 2022 segera bertindak cepat dengan meminta perusahaan-perusahaan Jepang untuk menaikkan gaji karyawan.
Upah rata-rata per jam di Jepang akhir-akhir ini mulai meningkat.
Keluarga saya pernah menonton film Jepang 'Manbiki Kazoku' yang dirilis dua tahun lalu.
Dikenal dengan judul 'Shoplifters' dalam versi bahasa Inggris, film ini dibintangi oleh aktor Lily Franky dan Sakura Ando.
Pada tahun 2018, film ini dinominasikan untuk Academy Award kategori Film Berbahasa Asing Terbaik, dan juga meraih penghargaan di Festival Film Cannes.
Kisah tentang keluarga miskin yang mencoba bertahan hidup di tengah modernitas, persaingan ketat, dan standar hidup tinggi di kota Tokyo.
Dengan berbagai cara, Osamu (diperankan oleh Lily) mengajari anggota keluarganya, termasuk anak laki-lakinya Shota, untuk mencuri barang kebutuhan sehari-hari di supermarket setelah dia berhenti sebagai buruh harian akibat luka kaki.
Mereka kemudian menemukan Yuri, seorang anak perempuan dari keluarga yang tidak harmonis, dan membawanya pulang serta mengajari untuk ikut mencuri.
Dari situ muncul berbagai masalah, termasuk status anggota keluarga mereka.
Masalah sehari-hari keluarga miskin yang berusaha bertahan hidup tergambar dengan jelas dalam film karya Hirokazu Kore-eda ini.
Film ini menggambarkan potret sisi kelam kemiskinan di antara sebagian kecil masyarakat, kontradiktif dengan citra dan profil masyarakat Jepang saat ini yang stabil secara ekonomi, aman, dan maju dalam budaya.
Potret kecil tentang kemiskinan ini bukan hanya terlihat dalam film 'Manbiki Kazoku'. Kadang-kadang kita melihat gelandangan berpakaian lusuh di sisi jalan, membawa dua karton atau selimut tebal lusuh.
Meskipun jumlah mereka tidak banyak, mereka jarang meminta-minta atau mencari simpati orang lain. Beberapa juga menginap di penginapan murah dengan tarif 200 ribu rupiah per malam.
Banyak dari mereka yang bekerja dengan upah per jam pada siang hari.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, tetapi multidimensi yang meliputi kurangnya pendapatan dan kemampuan dasar untuk hidup bermartabat.
Pengentasan kemiskinan adalah masalah bersama yang menjadi fokus dunia secara keseluruhan. (*)!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.