Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Menakar Peluang Calon Alternatif Pilkada Gubernur Sulsel

Kurang dari 185 hari Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) akan ditentukan kurang lebih 26.375 TPS.

Tribun Timur
Opini: Menakar Peluang Calon Alternatif Pilkada Gubernur Sulsel 

Menakar Peluang Calon Alternatif Pilkada Gubernur Sulsel

Oleh: Saparuddin Santa
Direktur Eksekutif Visi Indonesia Consulting

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - “Kadang-kadang saya bertanya-tanya apakah dunia ini dijalankan oleh orang-orang pintar yang mempermainkan kita, atau oleh orang-orang bodoh yang sungguh-sungguh” –Mark Twain.

Kurang dari 185 hari Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) akan ditentukan kurang lebih 26.375 TPS.

Nama-nama pun sudah mulai ramai diperbincangkan media daring dan menjadi obrolan harian di hampir seluruh warung kopi di Sulawesi Selatan.

Berbagai analisa dan simulasi pasangan calon semakin mengerucut ke beberapa figur.

Dari sejumlah figur yang menjadi perbincangan paling intens, setidaknya beredar dan menjadi ulasan hangat di perbincangkan.

Posisi calon gubernur (Cagub), masih menempatkan nama-nama populer di tengah masyarakat sulsel, sebutlah misalnya Andi Sudirman Sulaiman (AAS), Rusdi Masse Mappasessu (RMS), Muhammad Ramdhan Pomanto atau biasa disapa DP, Ilham Arief Sirajuddin (IAS), Taufan Pawe (TP), Andi Nurdin Halid (NH), Andi Iwan Darmawan Aras. Dan ada juga nama Komjen Fadil Imran.

Lalu di posisi Calon Wakil Gubernur (Cawagub) ada nama- nama seperti Indah Putri Indriani (IDP), Fatmawati Rusdi, Adnan Purichta Ichsan, dan Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki.

Nama-nama lain, tentu tidak tertutup peluang untuk maju menjadi kontestan.

Sampai partai-partai peserta Pilkada secara resmi mengusung dan mendaftarkan nama calon akan mewakili partai menjadi kontestan secara resmi di KPU 27-29 Agustus 2024.

Sebutlah misalnya ada nama seperti Annar Salahuddin Sampetoding juga sudah mengambil formulir di beberapa partai politik untuk ikut berkompetisi di Pilkada Gubernur.

Sampai batas akhir hari pendaftaran, tidak satupun publik bisa mengklaim bahwa inilah calon yang akan menjadi penerus kepemimpinan di Sulawesi Selatan.

Tentu di level partai politik, khususnya Dewan Pimpinan Pusat (DPP), nama-nama calon sudah mengerucut ke nama-nama tertentu, tetapi finalnya akan terlihat saat hari pendaftaran di buka oleh KPU.

Sebagai masyarakat biasa, kita hanya bisa menerka dan berharap calon partai politik adalah calon benar-benar bisa membawa masyarakat Sulawesi Selatan ke arah lebih baik dan lebih sejahtera.

Ada beberapa catatan hendak penulis sampaikan, yang boleh jadi semacam harapan dari sebahagian besar warga Sulsel.

Salah satu diantaranya adalah masalah pendidikan dan ketersediaan lapangan kerja bagi generasi muda.

Mahalnya biaya pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, dan terbatasnya lapangan pekerjaan bisa menjadi poin utama untuk dijadikan program bagi calon yang akan maju.

Menemukan solusi jangka panjang untuk dua poin persoalan ini, menurut hemat penulis akan menjadi tawaran program yang bisa meningkatkan tingkat keterpilihan, atau elektabilitas bagi calon data KPU.

Berdasarkan klasifikasi usia, dari 6.159.375 DPT Sulsel, sejumlah 30,72 persen atau setara dengan 2.049.357 DPT adalah pemilih Millennial, berdasarkan kelahiran 1981-1996).

Bagi kalangan muda, dan para orang tua, beban pendidikan dan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi anak-anaknya, menjadi harapan besar untuk diselesaikan.

Para calon sudah mulai bisa memikirkan dan memberikan jalan keluar untuk persoalan ini.

Persoalan lain yang perlu mendapat perhatian yaitu, masalah pertanian.

Mahalnya harga pupuk dan minimnya ketersediaan pupuk bersubsidi dari pemerintah, serta ketidakstabilan harga saat panen, menjadi masalah yang bertahun-tahun tidak pernah ada pemimpin di Sulsel yang bisa menyelesaikannya secara sistematis dan struktural.

Tentu di uar dua persoalan tersebut, masih banyak persoalan menjadi beban sekaligus harapan dari masyarakat Sulsel untuk diselesaikan oleh para calon yang akan mereka pilih pada 27 November 2024 nanti.

Dalam situasi seperti ini, tentu penting untuk seluruh masyarakat Sulsel untuk bisa membaca dan menakar calon yang akan memperjuangkan nasib mereka sebagai warga Sulsel.

Dari sejumlah figur muncul, saya yakin bahwa warga Sulsel sudah memiliki catatan dan pengalaman masing-masing terkait track record dari para bakal calon yang akan ikut berkompetisi di Pilkada Sulsel.

Oleh karena nama-nama beredar, bukanlah orang-orang baru di mata masyarakat, mereka adalah orang-orang yang sudah pernah, paling tidak, mengalami bersama masa kepemimpinan para kandidat, baik sebagai pemimpin eksekutif maupun sebagai anggota legislatif, ataupun pemimpin di organisasi kepolisian dan kemiliteran.

Atau, jika perlu, masyarakat masih cukup punya waktu untuk menawarkan nama-nama alternatif dari sekian nama yang disebutkan diatas.

Tentu secara formal, masyarakat tidak punya wadah untuk menawarkan ke KPU, sebab ini adalah ranah partai politik.

Tetapi menawarkan calon alternatif, bukanlah juga hal tabu untuk di diskusikan dan bahkan diperdebatkan melalui forum-forum diskusi dan analisis media.

Tujuannya satu, kita sebagai masyarakat Sulsel, harus memiliki paradigma yang sama, bahwa lima tahun adalah waktu yang cukup untuk memperbaiki masa depan kita sebagai warga Sulsel.

Jika kita memiliki pemimpin memiliki kapasitas yang benar-benar berniat dan memiliki tujuan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan warga Sulawesi Selatan.

Caranya bisa beragam. Bisa dengan menawarkan nama-nama calon ke partai politik, dan meminta ke partai politik untuk membuka forum diskusi kepemimpinan ideal untuk Sulsel,

Bisa juga dengan mengajukan forum untuk para kandidat yang akan maju bertarung menawarkan dan mendiskusikan program yang akan mereka tawarkan untuk pemilih.

Tentu ini butuh ikhtiar bersama, baik dari kalangan partai politik, akademisi, dan tokoh-tokoh non partisan yang betul-betul ingin melihat Sulawesi Selatan lebih baik dan lebih maju dan sejahtera.

KPU pun bisa “berinisiatif”, bekerjasama dengan kampus-kampus, untuk membuka forum debat ilmiah, tentang visi misi dan program para kandidat.

Inisiatif lain, bisa dimunculkan melalui forum lintas organisasi pemuda dan keagamaan, mengundang para bakal calon untuk memaparkan Visi Misi dan Program para kandidat.

Terakhir yang tidak kalah penting adalah, peran media.

Sebisa mungkin, sebagai bagian dari instrumen demokrasi yang paling independen (seharusnya) mampu menjadi bagian utama lahirnya kepemimpinan ideal bagi Sulawesi Selatan.

Media bisa mengambil peran sentral untuk bisa setiap waktu mempublikasikan, bukan hanya track record dan kapasitas para calon.

Tetapi juga isi pikiran dan komitmen apa akan diperjuangkan para calon pemimpin Sulsel yang bisa membawa masyarakat ke arah masa depan lebih baik.

Publikasi secara jujur dan edukatif, adalah bagian dari moral dan tanggung jawab dari media massa.

Kita butuh partisipasi orang-orang cerdas Sulawesi Selatan untuk mengetahui yang terbaik dari semua pilihan tersedia.

Supaya kita tidak bertanya-tanya seperti ungkapan seorang penulis terkenal berkebangsaan Amerika, Samuel Langhorne Clemens, atau lebih dikenal dengan nama pena- Mark Twain- di atas “Kadang-kadang saya bertanya-tanya apakah dunia ini dijalankan oleh orang-orang pintar mempermainkan kita, atau oleh orang-orang bodoh yang sungguh-sungguh”.

Opini Tribun Timur edisi Kamis (30/5/2024).(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved