Opini
Melampaui Kota Pintar
Meski demikian korupsi, pengangguran, dan kemacetan masih menjadi “pekerjaan rumah” saat ini.
Di dunia saat ini, Seoul merupakan salah satu kota yang memproklamirkan dirinya sebagai sharing city (kota berbagi) suatu penerapan pengelolaan kota yang melampuai konsep smart city.
Melalui buku Sharing Cities: A Case for Truly Smart and Sustainable Cities, McLaren dan Agyeman (2015) mendefinisikan sharing city sebagai kota yang mempraktikkan “paradigma berbagi” sebagai moralitas utama warga kota.
Dalam praktik sehari-hari, sharing city mengedepankan kolaborasi lintas sektoral antara komunitas, organisasi, dan pemerintah
daerah dalam mengupayakan kota beserta isinya sebagai milik bersama dengan saling berbagi sumber daya, barang, aktivitas, tenaga kerja, ruang, barang, dan jasa.
Sebagai contoh, komitmen Seoul menghidupkan sharing city dengan berani memfasilitasi peminjaman perpustakaan di gedung-gedung apartemen.
Pada jam tertentu, banyak gedung-gedung menyediakan parkir terbuka, menyediakan gedung-gedung publik di jam-jam kosong
untuk kegiatan berbasis warga.
Salah empat yang tidak kalah menarik adalah bekerja sama dengan platform startup, pemerintah kota Seoul memanfaatkan rumah-rumah yang sudah tua dan tidak terpakai menjadi tempat tinggal bersama, memungkinkan berbagi barang yang
tidak terpakai, layanan berbagi mobil, sampai menciptakan platform untuk berbagi makanan.
Berbeda dari kota-kota sharing city lain seperti San Fransisco atau Kopenhagen, Seoul mendasarkan kota berbagi-nya pada akar kebudayaan bernama “jeong” yang menjadi tabiat sosial budaya warga Seoul.
Jeong adalah konsep kebaikan yang istimewa bagi warga Seoul mendorong setiap orang perlu menunjukkan perhatian kepada lingkungannya.
Jeong secara spesifik digunakan untuk menggambarkan tindakan memberi (hadiah) kecil dan dilakukan kepada siapa tanpa melihat latar belakang untuk menciptakan lingkungan yang intim.
Syahdan, sharing city merupakan pendekatan urbanisme mengedepankan kehidupan kolektif warga kota yang lebih empatik saling berbagi sumber daya.
Makassar dalam hal ini perlu mengambil inspirasi dari kota-kota sharing city. Jika Seoul memiliki “jeong”, Makassar
punya “sombere” untuk diterjemahkan ke dalam program kota berbagi.
Itu artinya, kota yang benar-benar cerdas haruslah kota yang saling berbagi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.