Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Membuka Kotak Pandora: Dilema Integrasi ChatGPT dalam Pendidikan Tinggi

Kecerdasan buatan (AI) adalah salah satu teknologi baru yang telah masuk ke dunia akademik.

Editor: Sudirman
Ist
Noor Komari Pratiwi, Mahasiswa doktoral Pendidikan Bahasa dan Sastra UNESA 

Mahasiswa dapat menjadi terlalu bergantung pada ChatGPT untuk mencari jawaban. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka dalam pemecahan masalah dan pemikiran kritis.

Meningkatnya interaksi dengan mesin kecerdasan buatan ini juga bisa mengakibatkan kurangnya interaksi sosial dalam proses pembelajaran, yang bisa berdampak pada kemampuan berbicara manusia.

Selain itu, ketidakakuratan jawaban yang dihasilkan oleh ChatGPT dapat menjadi masalah.

Meskipun model ini memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menghasilkan jawaban, ada kemungkinan jawaban yang diberikan tidak selalu benar atau relevan, yang dapat menyebabkan kebingungan atau kesalahpahaman pada mahasiswa.

Tidak hanya itu, ada juga kekhawatiran etika seputar penggunaan ChatGPT dalam pembelajaran.

Hal ini mencakup keamanan data dan potensi penyalahgunaan teknologi yang dapat merusak integritas akademik, seperti plagiarisme.

Meskipun demikian, dengan pertimbangan yang cermat terhadap manfaat dan tantangan yang terkait, penggunaan ChatGPT dalam pendidikan tinggi dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkaya pengalaman pembelajaran mahasiswa.

Mahasiswa harus mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi dan tahu bagaimana memanfaatkannya untuk kepentingan akademik mereka.

Di sisi lain, lembaga pendidikan tinggi perlu menyeimbangkan penggunaan ChatGPT dalam pembelajaran untuk memaksimalkan keuntungan dan mengatasi tantangan.

Kita memerlukan pengajar yang adaptif dengan gempuran kecanggihan teknologi ini.

Dosen dapat menggunakan strategi yang holistik untuk memantau penggunaan ChatGPT pada mahasiswa.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dosen harus mengajarkan tentang etika penggunaan ChatGPT.

Bahwa mahasiswa harus mencari sumber informasi yang valid, termasuk pentingnya mengutip sumber rujukan dengan benar, dan menghindari menyalin tulisan tanpa memberikan atribut.

Kemudian, dosen harus membuat rubrik penilaian yang jelas sesuai dengan etika dan standar.

Langkah ini penting untuk menjaga integritas akademik. Rubrik penilaian mencakup orisinalitas dan ketajaman analisis.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved