Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Intip Keindahan Desa Wisata Dolli Bungaeja, Wisata Andalan Warga Tukamasea Maros

Pasalnya jika mengunjungi tempat ini, Wisata akan dimanjakan dengan pemandangan eksotis hamparan sawah dan pegunungan karst.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
Wisata Dolli Bungaeja, Desa Tukamasea, Kecamatan Bantimurung, Maros, dewasa ini menjadi primadona di kalangan wisatawan.   

Ia pun berharap sesuai arti dari Kamase-ToKamase Kamase yang dalam bahasa Bugis yang berarti Kasih, daerah ini dapat dikasihi oleh tuhan yang maha Esa karena keuletannya bekerja keras untuk merubah kondisi kehidupannya yang sangat sederhana dan serba kekurangan. 

Maka mulailah daerah ini dikenal dengan nama To-kamase atau orang yang dikasihi sang pencipta.

Sejumlah adat istiadat pun dapat ditemukan di Desa Tukamasea ini, seperti Mattoana Tao Riolo.

Mattoana Tao Riolo ini dilakukan sekelompok masyarakat yang menonjolkan karakter orang-orang terdahulu. Seperti penggunaan 

payung, orang-orang terdahulu meyakini bahwa kalangan yang menggunakan payung berasal dari kalangan bangsawan.

Ada pula penggunaan arajang atau alat yang terbuat dari bahan dasar besi yang dahulu orang-orang percayai bahwa alat ini  digunakan oleh para pejuang. 

Tradisi ini sebagai bagian dari rangkaian prosesi pernikahan dan dilakukan saat malam hari.

Kemudian ada pula Mappano Salo. Tradisi ini  dalam bentuk ritual yang dilakukan oleh masyarakat bugis dengan menggunakan walasuji.

Ritual ini dapat ditemukan di Desa Tukamasea. Masyarakat percaya bahwa mappano salo adalah cara untuk menghormati leluhur dengan menurunkan sesajian berupa sokko, manu (ayam), tello (telur). 

Namun kini warga yang masih merawat tradisi Mappano Salo, sudah mulai berkurang.

Kemudian, Mangope Bine/ Mattampu bine  atau proses perendaman bibit padi selama sehari semalam. 

Setelah Mattampi Bine, biasanya akn dilanjutkan dengan tradisi Ma’doja Bine atau berjaga atau begadang di malam hari untuk menunggui rendaman padi sebelum disemai dikeesokan harinya.

Namun, sama seperti tradisi Mappano Salo, Mattampi Bine pun sudah jarang dilakukan oleh warga setempat.

Tak sampai disitu, adat yang masih bertahan hingga kini yakni Ma’baja atau prosesi membersihkan kuburan dari tumbuhan liar yang mengganggu. 

Terakhir Mannampu Ase lolo atau perayaan hasil tani dengan acara besar-besaran yang dilakukan oleh sekelompok Wanita dan pria yang melakukan gerakan menumbuk padi menggunakan lesung (palungeng) dan 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved