Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Kartini Masa Kini, di Antara  Emansipasi dan 'Tungguma 5 Menit Jie'

Di sela jelang peringatan hari Kartini tahun ini, ada ironi oleh karena tersisa sebuah duka mendalam.

Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
Anshar Aminullah 

Anshar Aminullah
(Wk Ketua Dewan Pakar MPW Pemuda Pancasila Sulsel) 

 

TRIBUN-TIMUR.COM - Hari ini menjadi hari istimewa bagi para perempuan Indonesia. Sudah 145 tahun berlalu dari kelahiran seorang R.A. Kartini, dan hingga hari ini kelahirannya diperingati setiap tahun dalam rangka merefresh dan mereview kembali semangat para perempuan tanah air guna memberikan yang terbaik bagi negeri. 

Di sela jelang peringatan hari Kartini tahun ini, ada ironi oleh karena tersisa sebuah duka mendalam.

Adalah JU (35 Tahun), korban KDRT di jalan Kandea, Makassar yang harus rela kehilangan nyawanya di tangan suami yang dicintainya.

Peristiwa yang membuat pilu hati siapapun yang mendengarnya.

Tak hanya fitnah kabur dengan pria lain, dikubur secara tak layak yang diawali aksi keji menjadi serangkaian cerita dari  mendiang JU ini.


Kekerasan yang menimpa JU adalah satu dari ratusan bahkan ribuan kasus kekerasan di Indonesia yang mendera para wanita khususnya yang masih berstatus istri.

Peristiwa semacam ini seolah tak pernah ada habisnya. Dan cukup wajar, dari sekian banyak kasus perceraian, tak sedikit perempuanlah yang banyak melakukan gugatan. Dan alasan KDRT selalu menjadi pemicu utamanya, sedikit diantaranya kemapanan ekonomi seorang istri dibanding sang suami juga menjadi salah satu penyumbang stimuli untuk mengajukan gugatan di pengadilan agama. 

Pada ruang sosial, peran perempuan mungkin  telah terdiferensiasi. Namun ini tak boleh menjadi perdebatan berlarut-larut. 

Sebab kebebasan peran perempuan khususnya di perkotaan dalam berbagai segmen adalah sebuah diferensiasi yang dibawa oleh masyarakat modern yang tetap membutuhkan individu yang fleksibel dan rasional. 

Singkatnya , seiring dengan semakin tidak ramahnya kota terhadap kehidupan masyarakat, 
maka kepentingan diri sendiri menjadi semakin penting. Acapkali didapati satu rumah namun semuanya sibuk dengan dunia masing-masing. 

Eksistensi kemapanan kaum perempuan pun di media sosial banyak kita jumpai, sebagai ibu-ibu pebisnis produk kosmetik dan pakaian. Keberhasilan bisnis yang memapankannya terlihat ke publik berupa tumpukan duit banyak hasil jerih payahnya.

Namun pun demikian, banyak diantaranya tetap menjadi wanita yang tawadhu yang  artinya lebih sederhana dalam bersikap tanpa merendahkan diri sendiri. Juga sebagai wanita tawadhu, yang percaya diri dalam tindakannya tapi tetap tidak merasa dirinya lebih baik dari wanita lain walau sebenarnya memiliki banyak kelebihan. Dan kita berharap hanya sedikit diantaranya dengan kategori Tawadu berbeda alias "Tahu Warna Duit". 
 

Hebat di bidangnya

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved