Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Konflik Palestina Israel

60 Kerabat Ismail Haniyeh Pimpinan Hamas Dibunuh Tentara Zionis, Hujan Rudal Hantam Pemukiman Israel

Tercatat dari 60 orang yang dibunuh tentara Israel 3 diantaranya merupakan putra Ismail Haniyeh.

Editor: Alfian
Ist
Serangan rudal ke pemukiman Israel pasca terbunuhnya anak-anak dan cucu pimpinan Hamas Ismail Haniyeh. 

Ismail Haniyeh mengatakan, anak-anaknya yakni Hazem, Amir, dan Mohammed, serta beberapa cucunya sedang mengunjungi kerabat untuk Idul Fitri di kamp pengungsi Shati di Gaza utara ketika mobil mereka menjadi sasaran serangan udara Israel.

Sebanyak 60 kerabat Haniyeh tewas dalam perang enam bulan tersebut, termasuk 14 orang yang tewas setelah serangan udara Israel menghantam rumah keluarga di Kota Gaza pada Oktober 2023.

Pemimpin Hamas mengatakan, serangan itu tidak akan mengubah tuntutan kelompok tersebut untuk melakukan gencatan senjata permanen dan memulangkan warga Palestina yang terlantar dari rumah mereka, dalam negosiasi yang sedang berlangsung yang dimediasi oleh Doha dan Washington.

“Seluruh rakyat kami dan seluruh keluarga di Gaza telah membayar harga yang mahal dengan darah, dan saya adalah salah satu dari mereka,” tegas Haniyeh, Kamis (11/4/2024), dilansir The Guardian.

Pernyataan Israel

Diberitakan AP News, Ismail Haniyeh menuduh Israel bertindak dalam “semangat balas dendam dan pembunuhan.”

Militer Israel pun telah mengonfirmasi bahwa merekalah yang melakukan serangan itu pada hari Rabu.

Israel mengatakan, orang-orang tersebut melakukan aktivitas militan di Gaza tengah, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Militer Israel mengatakan Mohammed dan Hazem adalah agen militer Hamas, dan Amir adalah komandan sel.

Namun, Israel tidak berkomentar mengenai cucu-cucu yang dibunuh.

Serangan terhadap keluarga Haniyeh adalah pertumpahan darah terbaru dalam perang yang belum terlihat akan berakhir.

Putra-putra Ismail Haniyeh termasuk di antara tokoh-tokoh penting yang tewas dalam perang sejauh ini.

Kematian tersebut mengancam akan mengganggu perundingan gencatan senjata yang dimediasi secara internasional, yang tampaknya mulai memanas dalam beberapa hari terakhir meskipun kedua belah pihak masih berbeda pendapat mengenai isu-isu utama.

Pembunuhan ini juga terjadi ketika Israel berada di bawah tekanan yang semakin besar – yang semakin meningkat dari sekutu utamanya, Amerika Serikat – untuk mengubah taktik dalam perang tersebut, terutama ketika menyangkut bantuan kemanusiaan bagi orang-orang yang putus asa di Gaza.

Haniyeh mengatakan, Hamas tidak akan menyerah pada tekanan yang dilancarkan oleh serangan terhadap keluarganya.

“Musuh percaya bahwa dengan menargetkan keluarga para pemimpin, hal itu akan mendorong mereka untuk mengabaikan tuntutan rakyat kami,” ungkap Haniyeh kepada saluran satelit Al Jazeera.

“Siapa pun yang percaya bahwa menargetkan anak-anak saya akan mendorong Hamas mengubah posisinya adalah delusi," jelas Haniyeh.

Stasiun TV Al-Aqsa milik Hamas menayangkan cuplikan Haniyeh menerima berita kematian tersebut melalui telepon seorang ajudannya saat mengunjungi warga Palestina yang terluka yang telah diangkut ke rumah sakit di Qatar, tempat dia tinggal di pengasingan.

Haniyeh mengangguk, menunduk ke tanah, dan perlahan berjalan keluar ruangan.

Hamas mengatakan Hazem, Amir, dan Mohammed Haniyeh terbunuh di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza, tempat asal Ismail Haniyeh.

Kelompok militan tersebut mengatakan, tiga cucu perempuan dan seorang cucu Haniyeh juga tewas, tanpa mengungkapkan usia mereka.

TV Al-Aqsa mengatakan, saudara-saudara itu bepergian dengan anggota keluarga mereka dalam satu kendaraan yang menjadi sasaran drone Israel.

(oln/khbrn/*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved