Baterai Lampu Jalan di Sumpang Labbu Bisa Tahan 3 Hari Walau Tanpa Sinar Matahari
"Alhamdulillah, jam 10 malam, Sumpang Labbu sudah seperti jam 6 pagi," kata Hasanuddin Suaib, warga Lappariaja.
Penulis: thamsil_tualle | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, BONE -- Gelap gulita di sepanjang 3,5 km ruas jalan poros Sumpang Labbu, perbatasan kecamatan Bengo - Ulaweng, Kabupaten Bone, sejak Sabtu (6/4/2024) pukul 21.30 Wita malam, akhirnya disinari lampu modern tenaga surya.
Meski tak ada sinar matahari selama tiga hari, baterai penyimpanan panel itu bisa bertahan hingga tiga hari.
Penerangan jalan umum di ruas jalan nasional ini terealisir setelah hampir 80 tahun sejak dibangun masa kolonialis Belanda dan Romusha Jepang itu.
Jalur jalan pendakian, kelokan berbukit, hutan pedalaman km 88 poros Makassar-Watampone ini, akan dipasang 52 unit lampu panel bertenaga surya.
Hingga pukul 22.30 wita, tadi malam, 15 unit tiang lampu sudah terpasang dari arah Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, sekitar 33 km sebelum Kota Watampone.
"Alhamdulillah, jam 10 malam, Sumpang Labbu sudah seperti jam 6 pagi," kata Hasanuddin Suaib, warga Lappariaja, yang sekaligus ko-konsultan proyek bersejarah ini.
Baca juga: Alhamdulillah, Setelah 80 Tahun, 3,5 Km Jalan Gelap Sumpang Labbu Terang Benderang di Akhir Ramadan
Apa saja spesifikasi lampu jalan solar energy panel itu?
Berikut penjelasan Hasanuddin kepada Tribun, dia peroleh dari prinsipal sekaligus penyedia 52 unit panel lampu dari Jakarta.
"Meski misalnya di Sumpang Labbu mendung atau hujan terus menerus, beterainya masih bisa simpan energi yang cukup untuk tiga hari, tiga malam." ujar Hasanuddin.
Dia menyebut secara teknis daya lampu LED solar energy sebesar 60 Watt.
Batterainya berteknologi lithium 110 AH dengan cadangan 72 jam.
Lampu ligth emmiting diode (LED) berteknologi mutakhir.
Ini setara lampu mercury dengan 250 Watt/ Son 150 Watt.
Satu unit lampu LED ini bisa menghasilkan cahaya Lux di median jalan 27 min 27 LUX, atau radius jangkauan cahaya hingga 200 meter.
"Dari pengalaman, saya berani klaim ini PJU tenaga surya paling terang yang pernah saya lihat di Sulsel," ujar Hasanuddin.
Kapasitas Modul panel surya sekuran 1x1,5 meter ini 270 Watt Peak (Wp).
Modul surya 270 Wp adalah komponen utama dalam penyediaan energi surya.
Panel surya ini mengubah sinar matahari menjadi energi listrik dan ditampung dalam baterai lithuium, seperti yang digunakan di batterai smartphone dan mobil.
Sebanyak 52 panel WP, lampu LED, dan baterai penyimpanan ini terinstall dalam tiang listrik setinggi 9 meter.
Disebutkan ke-52 unit lampu itu sudah berstandar SNI jalan nasional, atau jadi rujukan proyek perhubungan san balai jalan.
Untuk pemeliharaan, akan ada petugas dari balai pelaksana jalan yang setiap 3 bulan membersihkan panel surya lampu ini.
"Untuk pemeliharaan dan keamanan akan libatkan kepala desa, aparat polisi dari polsek. Itu info yang kami terima di lapanngan sama Pak Kapolres (Bone) tadi."
Hasanuddin mengatakan, proyek penerangan jalan umum (PJU) di jalan poros nasional ini direncanakan sepanjang 3,5 km, di awal bulan Maret 2024 lalu.
Sekitar 1,7 km dari Desa Liliriawang dan 1,8 km setelah Gua Batu GoroE, di perbatasan Bengo - Ulaweng.
Menurutnya, proyek penerangan jalan ini adalah inisiatif Kapolda Sulsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi, bersama Balai Pelakasana Angkutan Darat Sulsel.
Mereke berkoodinasi dengan Besar Pelaksana Jalan Nasional Wilayah Sulsel, Pemprov Sulsel, Pemkab Bone dan jajaran Polres Bone.
"Kita pantas berterima kasih ke Puang Kapolda," ujar Hasanuddin.
Awalnya dijadwalkan 37 tiang listrik dan panel surya lampu ini akan selesai sebelum Lebaran Idul Fitri.
"Awalnya momennya bisa dipakai mudik. Tapi kendala pengamgkutan truk barang harus lewat Sidrap-Wajo-ke Bone, makanya molor."
Truk pengangkut tiang dan panel surya ini dilarang melintas di jalur Maros-Camba-Lappariaja, selama 2 pekan puncak mudik.
Sumpang Labbu adalah ikon infrastuktur jalan peninggalan kolonialisme Belanda, sebelum Kemerdekaan 1945.
Sumpang Labbu adalah bahasa Bugis yang berarti Gerbang Panjang.
Gua sepanjang 8,4 m dan lebar jalan 5 meter, dengan tinggi 4,5 m, jadi penanda utama.
Warga Bone juga mengenalnya dengan nama Batu GoroE.
"Kata kakek saya , Petta Sangka Pattiro, dinamai Batu GoroE, karena untuk membuat gua di jalan poros itu ada ratusan pria dari semua kampung di Bone, bekerja memahat (menggorok/memotong) batu itu sampai tembus pakai linggis sampai 2 bulan," ujar Nurlaeli Basir (54), guru kelahiran Watampone. (*)
Bone Juara I SSIC 2025, Usung Proyek Biothanol Berbasis Limbah Pertanian |
![]() |
---|
Polsek Bontocani Bone Gelar Lomba Motor Lambat, Edukasi Warga Keselamatan Berkendara |
![]() |
---|
Siswa di Bone Bakal Dapat Pemeriksaan Kesehatan Gratis |
![]() |
---|
Warga Amali Bone Keluhkan Minimnya Penerangan Lampu Jalan: Waktu Pilkada Semua Menyala |
![]() |
---|
Air Terjun Maccading, Surga Canyoning Baru di Bone |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.