Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Citizen Reporter

Perjuangan Aziza Menjadi PKD, Tak Malu Meski Dipanggil Kurcaci

Dalam beberapa hari ke depan, kotak suara itu akan dihitung oleh Panitia Penyelenggara Kecamatan (PPK).

Editor: Sudirman
Ist
Pengawas Desa dan Kelurahan (PKD) Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Azizah 

Ia mungil dari perempuan lainnya. Bahkan ia pernah diteriaki kurcaci

"Pernah ketemu warga Dusun, teriak-teriak kurcaci," ujar Cica dengan mata nanar.

Menjadi pengawas pemilu, terkadang membawa pilu.

Panggilan itu tak mematahkan Azizah, kala itu ia sedang mengawasi proses pencoklitan tahun lalu.

Tugasnya berat, karena harus keliling kampung memastikan warga yang berhak memilih.

"Saya tidak respon bagaimana karena merasa dianggap bercanda. waktu temani pantarlih coklit, sementara naik tangga baru ketemu bapak-bapak, hey.. kurcaci. dibalas dengan senyum tanpa suara," tutur Alumnus Jurusan Akuntansi Unismuh itu.

Bukannya, malu, Azizah malah meladeni pembukaan obrolan kurang ajar itu.

Momen itu ia manfaatkan memberi sosialisasi pemilihan umum pada warga tersebut.

Melawan Stigma

Awal menjadi pengawas, Aziza dihadapkan pada stigma negatif padanya.

Perempuan, mungil, anak muda, tiga hal itu adalah momok yang dihadapinya.

Sedari kecil, Azizah tak menganggap dirinya beda dari yang lain, mentalnya bagai ditempa sekeras baja.

Hal itu membuatnya berani tampil di ruang publik. Bahkan ia sampai ikut perguruan tapak suci, satu perguruan silat berbasis metafisis.

Mental dan silat itu, membuat Azizah melampaui diri yang semestinya, ia tak menjadi perempuan cengeng seperti Cinderella kala disiksa ibu tiri.

Ia memilih menjadi Cut Nyak Dien, yaitu perempuan tegar, melawan, dan berani mengambil posisi pada ranah publik.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved