Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ramadhan 2024

Imam Besar Masjid Istiqlal Asal Wajo: Puasa Menyatu dengan Tuhan

Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Prof Nasaruddin Umar menyampaikan bulan suci Ramadan mempertemukan umat Islam setelah penantian dua bulan lamanya.

Editor: Muh Hasim Arfah
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Umat muslim melaksanakan Salat Tarawih berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (11/3/2024). Pemerintah resmi menetapkan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada Selasa 12 Maret 2024. 

TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA – Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Prof Nasaruddin Umar menyampaikan bulan suci Ramadan mempertemukan umat Islam setelah penantian dua bulan lamanya.

Allahumma Balighna Ramadan lantunan doa memasuki bulan Ramadan itu selalu dibacakan selama dua bulan hingga mencapai mabrur.

“Disebut bulan suci Ramadan, karena artinya menghapuskan atau membakar hangus dosa-dosa yang telah pernah dilakukan diluar bulan Ramadan,” kata Prof Nasaruddin di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (11/3/2024).

Menurutnya, umat Islam pada malam ini dipertumakan untuk berjemaah menunaikan salat tarawih hingga kemenangan tiba pada Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah.

Bulan suci Ramadan juga menjadi keinginan umat manusia terdahulu untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.

“Tetapi mereka sudah tidak bisa lagi karena kehidupan setelah kematian,” ucapnya.

Prof Nasaruddin menambahkan bahwa puasa bisa diartikan sebagai Al Imsak atau membuat jarak. 

Mengacu kepada kitab-kirab kuning dengan dasar Alquran dan hadist memiliki tingkatan.

 “Puasa Syariah bermakna kita menaham lapar, haus dan menahan tidak berhubugan intim suami istri. Jadi ayatnya banyak dan hadistnya juga banyak,” tuturnya.

Model puasa ini biasa dilakukan masyarakat awam hanya sekadar menaham lapar dan tidak merokok.

Adapun jenis puasa thariqah atau puasa yang sedang jalan proses untuk menyatu dengan tuhannya.

“Orang yang menjalani puasa thariqah bukan hanya menahan lapar dan menahan hubungan intim suami istri tetapi dia juga membatasi mulutnya untuk berbicara,” ucap Prof Nasaruddin.

Bicara mengenai puasa thariqah harus membatasi bicara tetapi tidak untuk membaca ayat suci Al Quran.

“Selama ini kita selalu ngobrol ngalor-ngidul saling membuka aib orang lain sekarang kita puasa telinga kita apabila ada orang yang membicarakan aib,” tuturnya.

Selain itu, menjalani puasa thariqah juga harus menahan pikiran dari pikiran-pikiran kotor.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved