Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pemilu 2024

Kata Guru Besar Unhas Soal Golkar Bukan Lagi Jawara di Sulsel

Bahkan, di DPRD Sulsel, partai besutan Airlangga Hartarto ini harus merelakan kursi ketua mereka hilang pada Pemilu 2024.

Dok Tribun
Hasil perolehan kursi tiap partai politik hasil pemilihan umum (Pemilu 2024). PDIP menumbang Partai Golkar dengan perolehan 11 kursi. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengamat Politik Unhas Prof Sukri Tamma menilai pergeseran dominasi Golkar di Sulsel karena kualitas dari figur caleg partai itu sendiri.

Partai Golkar saat ini perlahan terkikis di lembaga legislatif setelah mampu berjaya di Sulsel sejak era reformasi.

Partai dengan logo pohon beringin ini diketahui tak mampu mempertahankan dominasinya di beberapa DPRD kabupaten/kota yang ada di Sulsel.

Bahkan, di DPRD Sulsel, partai besutan Airlangga Hartarto ini harus merelakan kursi ketua mereka hilang pada Pemilu 2024.

Padahal sebelumnya Golkar menjadi partai pemenang dan berhasil mendapatkan kursi ketua DPRD Sulsel.

Prof Sukri mengatakan, meskipun partai Golkar tidak kekurangan figur politisi yang berpengalaman, kenyataannya figur-figur baru dari partai lain juga bisa ikut bersaing.

“Kalau dari sisi Golkar saya rasa mereka cukup lengah, sudah merasa cukup besar,” katanya, Jumat (8/3/2024).

Baca juga: Hamka B Kady Jawara Dapil Sulsel 1, Fatmawati Rusdi Runner Up, Demokrat Terpental

Apalagi, kata Prof Sukri beberapa pertahanan dari Golkar kemungkinan merasakan sudah ada basis untuk mencari suara terbaik.

Baca juga: Deng Ical, Fatmawati Rusdi Masse, Meity Rahmatia dan 5 Petahana Dapil Sulsel 1 Lolos ke Senayan

“Beberapa incumbent kan merasa bahwa mereka adalah vote getter terbaik pencari suara,” ujarnya.

Beberapa faktor lain, kata Prof Sukri seperti ada wacana dualisme dalam internal Golkar khususnya di Sulsel.

“Mungkin wacana itu juga membuat mesin-mesin politiknya tidak berjalan maksimal,” katanya.

Sehingga, kata Prof Sukri, meskipun hal itu tidak berimbas pada Pileg 2024, namun cukup menjadi hal janggal dalam menyatukan gerakan.

“Mungkin tidak terlalu berimbas langsung tapi mungkin ada juga pengaruhnya dengan dualisme, di dalam Golkar itu kan seolah-olah tidak terlalu kompak begitu,” katanya.

“Saya melihat itu membuat mereka tidak bekerja maksimal sehingga tidak menjadi sebuah mesin politik yang utuh,” jelasnya.

Bukan Lagi Jawara Sulsel

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved