Opini
Oposisi dalam Bingkai Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Sekaligus mengungguli kedua rival politiknya Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Editor:
Sudirman
Rentang waktu menuju Pemilu 2029 bisa dimanfaatkan oleh partai oposisi untuk fokus menyiapkan figur alternative konstestasi pilpres, tanpa terbebani dinamika dan evaluasi terhadap kinerja kabinet dan pemerintahan.
Terlebih untuk partai-partai baru yang memiliki modal social figure, yang sangat kritis dan lebih kental dengan gaya politisi oposan. Oposisi dahulu berkuasa kemudian.
Tak perlu berebut menjadi bagian dari koalisi karena tergiur dengan “kue” kekuasaan.
Dari sisi etika demokrasi, politik oposisi dapat disebut sebagai kegiatan parlementarian yang tidak kalah terhormatnya, dalam tangga demokrasi dia mampu menempati ukuran tertinggi sebab mampu mencegah adanya ancaman mayoritarianisme.(*)
Halaman 4 dari 4
Berita Terkait: #Opini
Pesantren sebagai Katalis Peradaban, Catatan dari MQK Internasional I |
![]() |
---|
Paradigma SW: Perspektif Sosiologi Pengetahuan Menyambut Munas IV Hidayatullah |
![]() |
---|
Dari Merdeka ke Peradaban Dunia: Santri Sebagai Benteng Moral Bangsa |
![]() |
---|
Makassar dan Kewajiban untuk Memanusiakan Kota |
![]() |
---|
Ketika Pusat Menguat, Daerah Melemah: Wajah Baru Efisiensi Fiskal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.