Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Alumni Ramai-ramai Kritik Maklumat Rektor Unhas: Inilah Risiko Kalau Rektor Tak Berbasis Aktivis

Alumni Unhas Mulawarman mengatakan, apa yang dilakukan rektor bukan berbasis aktivis dan tak punya nyali.

|
Editor: Sudirman
Ist
Mulawarman dan Imam. Dua alumni Unhas mengkritik keputusan rektor Prof Jamaluddin Jompa. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) ramai-ramai mengkritik Maklumat Rektor Prof Jamaluddin Jompa (56) soal aksi "Keprihatinan Bangsa".

Prof Jamaluddin Jompa menyebut langka guru besar dan dosen soal aksi "Keprihatinan Bangsa" tidak mewakili Institusi.

Alumni Unhas Mulawarman mengatakan, apa yang dilakukan rektor bukan berbasis aktivis dan tak punya nyali.

"Inilah risiko kalau rektor bukan berbasis aktivis tak punya nyali. Dia lebih banyak di perpustakaan dan birokrasi kampus," ujarnya.

Mulawarman menilai apa dilakukan Prof Jamaluddin Jompa tak mencerminkan aksi seorang akademik.

"Maklumat itu adalah pengkhianatan intelektual. Mimbar bebas itu adalah kewajiban kampus, bukan malah dihalangi," ujar aktivis era 1980 dan jurnalis era reformasi itu, kepada Tribun, Sabtu (3/2/2024).

Mulawarman menyebut maklumat rektor sebagai bentuk penghalangan kebebasan berpendapat dan aksi Mimbar Bebas, yang dijamin dalam UUD 1945 dan UU Pendidikan Tinggi No 12 Tahun 2012.

"Mimbar bebas guru besar itu ada di Pasal 8 UU Pendidikan Tinggi. Rektor UGM, Rektor UI dan kampus lain tak terbitkan maklumat seperti di Unhas," ujarnya.

Pegiat unit penerbitan kampus Majalah identitas Unhas era 80-an menyebut aksi 15 dosen dan guru besar di pelataran Rektorat Unhas itu, bukan terkait politik nasional atau dukungan calon presiden.

Dia bahkan menyebut Prof Jompa sosok guru besar penakut.

Mulawarman justru memuji aksi Mimbar Bebas oleh Prof Dr Triyatni Martosenjoyo, Prof Dr Amran Razak.

Prof Dr Aidir Amin Daud MH, Prof Dr drg A Arsunan Arsin, Prof Tasrif Surungan, Dr Hasrullah dan dosen lain menjelaskan bahwa universitas itu bukan Menara Gading Ilmu saja.

Apa yang dilakukan guru besar adalah aksi affirmasi bahwa Unhas tidak terpisah dan berjarak jauh dengan realitas.

Dekat dengan perkembangan nasional yang sudah mengarah ke pelanggaran konstitusi dan etika bernegara.

Sementara alumni dan mantan Ketua BEM Universitas Hasanuddin, Imam menyayangkan sikap Rektor yang dinilai tidak mendukung perjuangan demokrasi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved