Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Timnas Indonesia Main Menyerang, Tapi Lini Pertahanan Mudah Ditembus

Indonesia gagal meraih poin di laga pertama Grup D Piala Asia 2023 Asnawi Mangkualam dkk kembali tak berdaya di hadapan Irak.

Editor: Ari Maryadi
Tribun Timur
Mantan Ketua Umum PSSI AM Nurdin Halid 

Oleh: AM Nurdin Halid Mantan Ketua Umum PSSI

TRIBUN-TIMUR.COM -- Indonesia gagal meraih poin di laga pertama Grup D Piala Asia 2023.

Asnawi Mangkualam dkk kembali tak berdaya di hadapan Irak.

Setelah November 2023 lalu dibantai 5-1, kali ini timnas kita digilas 3-1.

Jalan menuju babak 16 besar pun semakin terjal.

Karena selain mengalahkan Vietnam di laga kedua pada 19 Januari mendatang, kita harus bisa mencuri poin, minimal bermain imbang melawan Jepang, tim terkuat di Grup D.

Secara keseluruhan, permainan pasukan Shin Tae Yong mampu mengimbangi Irak.

Hampir sepanjang 90 menit pertandingan, terjadi 'jual beli' serangan.

Hanya saja lini pertahanan kita masih mudah ditembus barisan penyerang Irak.

Dari beberapa peluang emas, Irak mampu mencetak dua gol, meski gol kedua 'berbau' offside di pengujung babak pertama.

Marselino Ferdian sempat mencetak gol penyeimbang memanfaatkan umpan brilian Yacob Sayuri.

Berhasil menguasai bola sekitar harus tengah, bek kanan PSM Makassar itu dengan cepat menggiring bola, lalu memperdayai seorang bek Irak sebelum melepaskan umpan silang mendatar ke kotak pinalti Irak.

Marselino yang berlari cepat masuk kotak pinalti dengan cerdik mencocor bola ke gawang Irak.

Tertinggal 1-2 di babak pertama, Indonesia bermain lebih menyerang untuk menekan pertahanan Irak.

Juara Piala Asia 2007 itu dipaksa mengandalkan serangan balik.

Taktik lebih menyerang di babak kedua memang satu-satunya cara Indonesia untuk mencetak gol balasan demi meraih poin.

Namun serangan gencar Indonesia gagal menembus pertahanan Irak yang kokoh.

Beri Kepercayaan pada Pattyyama dan Sananta

Selain lini belakang belum padu menghadapi tekanan lawan, saya melihat, ada problem di ujung tombak timnas kita.

Pelatih STY terlalu mempercayai striker naturalisasi Michael Sturick yang tidak efektif sebagai eksekutor di ujung tombak.

Saya justru menilai Ramadan Sananta bisa lebih tajam dan dingin sebagai penyerang tengah.

Kelebihan Sananta yang berpostur tinggi dan besar antara lain: ia kuat dan berani dalam duel badan maupun duel udara, punya naluri gol tinggi dengan kepala maupun kedua kakinya yang sama-sama bagus.

Ia juga punya tendangan keras jarak jauh dari luar kotak pinalti.

Selain masalah di ujung tombak, saya juga melihat ada kelemahan di sisi kiri pertahanan Indonesia yang dijaga oleh Arhan Pratama dan dilapisi Elkan Baggot di belakangnya.

Banyak serangan berbahaya Irak justru lewat daerah Arhan.

Arhan memang bagus dan cepat saat mendukung serangan, namun lemah dalam duel maupun kecepatan satu lawan satu dengan penyerang sayap Irak.

Saya justru melihat bek naturalisasi Shyne Pattyama lebih cocok dan kokoh menghadapi lawan-lawan di Piala Asia yang berpostur tinggi, besar, dan cepat.

Saya tentu ingin sekali melihat STY memberi kepercayaan kepada Shane Patyama dan Ramadhan Sananta sebagai starter saat melawan Vietnam dan Jepang.

Ketik Sturick maupun Arhan tidak maksimal dalam 4 laga terakhir - melawan Libya dua kali, melawan Iran, dan Irak - mengapa STY keluarkan 'peluru' baru? Selain mengecoh pelatih Vietnam dan Jepang, Shane dan Sananta adalah pemain berkualitas sarat pengalaman yang sudah sangat teruji selama ini di level klub maupun timnas.

Apalagi STY dituntut untuk meraih poin dalam dua laga sisa Grup D sehingga harus memiliki beberapa taktik dan 'peluru cadangan' untuk mengubah situasi permainan dan memecah kebuntuan di lapangan.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved