Jenderal Prabowo vs Lalat Politik
Bahkan ada lalat yang katanya professor, mantan menteri pula, tapi otak dan kelakuannya tetap kelas lalat, senantiasa mencari keburukan orang.
Citizen Report
Oleh: Andi Isdar Yusuf
Pemerhati Penerbangan dan Simpatisan Prabowo Asal Makassar Tinggal dari Menteng Jakarta
TRIBUN-TIMUR.COM - Setelah mereka gagal paham tentang alusista pesawat tempur, mirage 2000-5, Jenderal Prabowo membuktikan, di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, dibelilah RAFALE untuk mengawal pertahanan Udara Indonesia.
Tidak berhenti pada kegagalan paham atas alusista, bahkan terhadap anggaran pemerintah di bidang pertahanan tetap saja mereka menyerang, bak lalat lalat di musim hujan, yang senantiasa mencari keburukan.
Secara kebetulan, bersamaan musim hujan telah tiba, dengan musim kampanye untuk menghadapi hajatan politik pilpres. Ternyata dimusim hujan itu, lalat lalat selalu hadir disekitar kita, bahkan mereka hidupnya secara bergerombol terbang dari tempat sampah ke sampah lainnya, dari septi tank ke septi tank lainnya.
Baru penulis ketahui, rupanya lalat itu ada beberapa jenis klasifikasi nya, ada yang warna hitam dan warna hijau, dimana hidupnya suka bergerombol, beberapa orang suka sebel ketika dihampiri lalat, sampai- sampai mengumpat lalat memang ga ada sekolahnya ga ada otaknya, suka nya memang sama kotoran dan sampah.
Diujung meja dari salah satu cafe dibilangan lokasi SCBD, seorang yang sedang asyik memutar you tube Ary Ginanjar “Mata lalat dan mata lebah”, orang itu kesal karena serbuan lalat lalat dimeja nya, baru saja penganan kopi dan kue-kue diletakkan, serbuan lalat tiba tiba menyambarnya, saking kesalnya dia sempat mengumpat, walaupun loe lalat ngaku-ngaku sekolah dan tidak jelas alumninaya, kelakuan kamu tetap lalat hanya suka sampah.
Bahkan ada lalat yang katanya professor, mantan menteri pula, tapi otak dan kelakuannya tetap kelas lalat, senantiasa mencari keburukan orang, selain itu lalat-lalat buzzer politik bagai jamur tumbuh dan hadir musim hujan begitu pula hadir pada hajatan pesta pilpres.
Begitula pandangan penulis terhadap situasi di musim hujan ini yang secara bersamaan musim kampanye, menghadapi pilpres. Bagaimana pun segerombolan lalat lalat politik menyerbu Jenderal Prabowo, kata beliau senyumin aja kalau perlu di jogetin aja.
Paling parah, adalah lalat hijau, dia berbentuk tubuh agak besar dari lalat lainnya, di bagian kepalanya sedikit bertanduk atau kadang-kadang tanduknya dikeluarkan, kalau pada manusia itu, bak kopiah hitam, lalat ini suka dengan identitas hijau berkopiah. Wilayah terbangnya masuk meransek ke pelosok pelosok pesantren, hanya sekali sekali bersuara saat dia terbang, mungkin karena usia nya sudah sepuh, bahkan dijuluki oleh lalat-lalat junior si lalat Hijau adalah ketua, atau ketua dewan mungkin ketua dewan lalat.
Si lalat hijau ini, dari tingkat pengalaman dan pendidikannya beda dengan lalat hitam.
Dia memilih terbang ketempat tempat bersih, masuk dan menemui santri- santri. Bahkan pernah meransek dan menguasai Istana.
Karena sepuh dan sudah menjadi ketua Dewan, banyak menyarankan sebaiknya menjadi bapak yang baik, (memilih jadi mata lebah) berdiam saja karena ajal atau umur sudah sepuh, kalau terbang ke tempat tempat baik saja tidak perlu mengeluarkan suara, yang cenderung menyerang. Oleh Jenderal Prabowo, kata beliau lalat politik di diamkan aja.
Tampak pada acara debat capres, beliau walau diserang personal memilih diam, tapi oleh lawan atau si lalat lalat politik, disimpulkan bagi lalat Hijau prabowo suka marah-marah, padahal lalat hijau ini sudah tua dan sepuh karena kurang melihat, dia hanya mendapat info miring dari lalat hitam yang suka teriak- teriak, disebutnya oleh si lalat Hijau kalau, prabowo marah diacara debat. Padahal Nusron Wahid sudah menyampaikan, serangan personal yang ditujukan pada prabowo, saat debat oleh beliau tetap diam saja.
Makanya, sudah sepuh, mata dan telinga dijaga ke hal-hal yang baik aja. Sebaiknya bapak bangsa tidak ikut ikut jadi lalat politik. Biar terbangnya ke tempat yang indah indah aja “semoga khuznul khotimah”.
Begitulah tanyagan video Ary Ginanjar tentang Mata lalat dan mata lebah pada Laman You Tubenya, meskipun manusia senantiasa mendapat pertolongan ( meskipun Jenderal prabowo pernah memberi dan mengangkat kedudukan si dia, maka dia senantiasa mencari keburukan).
Potongan video Ary Ginanjar, berakhir dengan kalimat, sekarang. Tanyakan pada diri anda sendiri, apakah kita termasuk mata lalat atau mata lebah.(*)
Penanganan Pascakericuhan Aksi Unjuk Rasa 29 Agustus di Makassar |
![]() |
---|
Munafri: Mari Buktikan Warga Makassar Bisa Jaga Kotanya! |
![]() |
---|
Wali Kota Munafri Jenguk Korban Insiden DPRD di RS Grestelina, Biaya Ditanggung Pemkot |
![]() |
---|
Korban Non-ASN Insiden DPRD Diusulkan Masuk Formasi PPPK |
![]() |
---|
Duka DPRD Makassar! 3 Tewas, Sekretariat Minta Maaf dan Pastikan Layanan Jalan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.