Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Profil Tanri Abeng Menteri Era Soeharto Jadi Komisaris Utama Perseroda Sulsel

Dulu jadi Menteri BUMN di era Presiden Soeharto, kini Tanri Abeng pulang kampung jadi Komisaris Utama Perseroda (BUMD) Provinsi Sulsel.

Editor: Ari Maryadi
Humas Pemprov Sulsel
Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin bersalaman Tanri Abeng dalam Forum Pertemuan Antara Pengusaha, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Pemerintah Daerah se Sulsel Tahun 2024, di Hotel Four Points, Kota Makassar, Rabu, 10 Desember 2023. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Tanri Abeng pulang kampung ke Sulawesi Selatan.

Pebisnis nasional itu ditunjuk jadi Komisaris Utama Perseroda (BUMD) Provinsi Sulsel.

Tanri Abeng adalah mantan menteri era Orde Baru.

Ia dipercaya Presiden Soeharto menjabat Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Indonesia ke-1 pada 16 Maret 1998 sampai 21 Mei 1998.

Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin menunjuk Tanri Abeng membangkitkan ekonomi Sulsel.

Sejumlah pekerjaan rumah atau PR dititipkan kepada Tanri Abeng.

Tanri Abeng menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroda (BUMD) Provinsi Sulsel.

Tanri Abeng adalah Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama di Indonesia pada era Presiden Soeharto.

Ia bertekad menjadikan Perseroda Sulsel sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terbaik sekaligus contoh bagi perusahaan daerah yang ada di Indonesia.

"Walaupun belum banyak yang hadir pada acara ini, tapi berita akan direvitalisasinya BUMD Sulsel, mudah-mudahan menjadi model BUMD di seluruh Indonesia," ungkap Tanri Abeng, pada malam ramah tamah Pemprov Sulsel dengan BUMD dan seluruh pengusaha di Sulsel, di Aula Tudang Sipulung, Rujab Gubernur Sulsel Makassar, Selasa malam, 9 Januari 2024.

Menurut Tanri Abeng, pembangunan negara harus dimulai dari daerah seperti Provinsi Sulsel ini.

Apalagi pembangunan itu ada keterlibatan aktor-aktor ekonomi dan pengusaha.

"Saya yakin bahwa pembangunan negara dan bangsa itu harus terjadi di daerah. Dan karena saya meyakini bahwa pembangunan itu bersumber dari pelaku ekonomi," kata Tanri Abeng, yang disambut tepuk tangan dari seluruh hadirin.

Sebagai solusi pembangunan, kata Tanri Abeng, harus dibangun dan dikelola dengan baik dulu BUMD di Provinsi Sulsel.

Pengelolaan BUMD di Sulsel harus menjadi model bagi daerah lain.

"Maka kita harus bangun Badan Usaha Milik Daerah di seluruh Indonesia dan kita buat modelnya di Sulawesi Selatan ini," pungkasnya.

Hadir dalam acara tersebut Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, pengusaha dan calon mitra bisnis Perseroda Sulsel baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 

Pj Gubernur Sulsel Beri PR Tanri Abeng

Pj Gubernur Sulsel Bahtiar memikirkan arah ekonomi baru.

Konsepnya kini bukan lagi membagi antara Indonesia bagian barat dengan timur.

Tetapi memikirkan potensi ekonomi antara lintang utara dan lintang selatan.

Pj Gubernur Bahtiar mendorong Sulsel menjadi pengendali ekonomi lintang utara

"Konsep baru saya dorong Sulsel jadi pengendali dan pusat ekonomi lintang utara. Jadi yang dibangun bukan barat ke timur, tapi selatan ke utara," kata Bahtiar dalam Forum Diskusi Pemda, Pengusaha dan BUMD se-Sulsel di Hotel Four Points by Sheraton, Rabu (10/1/2024).

Mimpi Bahtiar ini bukan tanpa alasan. Potensi perekonomian di lintang utara melimpah.

Produksi Nikel di Indonesia tersebar di tanah Sulawesi, Maluku dan Papua.

Namun hal ini tidak didukung dengan peta perekonomian di lintang utara.

Kawasan perairan di atas Sulawesi Utara dan Maluku sangat sepi.

"Hari ini kalau terbang atau kapal bagian sini (atas Sultra - Maluku) sepi. Kapal takut lewat karena kemungkinan ada perompak," jelas Pj Gubernur Bahtiar

"Padahal nikel uratnya di Sorowako, mutar ke Banggai, Maluku sampai Fak-fak. Pusat sesarnya di danau matano. Ini potensi besar sekali," sambungnya.

Salah satu penyebabnya, terkait kelola manajemen pemerintah daerah (Pemda).

Pengelolaan potensi ekonomi ini disebutnya harus serius di tata dengan skema bisni

"Ini ekonomi besar sayangnya dikelola manajemen pemda. Tidak bisa dikelola ini dengan manajemen pemda mengandalkan Bappeda, PTSP, karena (hasilnya) begitu begitu saja. Ini harus dikelola tata bisnis. Itulah disebut Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)," lanjutnya.

Potensi ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) Tenri Abeng dalam memimpin Komite Ekonomi Sulawesi Selatan (KESS).

Potensi alam ditantang Bahtiar bisa dimaksimalkan dengan pengelolaan bisnis.

Lebih lanjut ditopang melalui skema peta perdagangan efisien.

Profil Tanri Abeng

Dikutip dari Wikipedia, Tanri Abeng (lahir 7 Maret 1942) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan.

Tanri Abeng dilahirkan di sebuah desa di Pulau Selayar, Celebes.

Pada usia 10 tahun kedua orangtuanya meninggal dan ia dikirim untuk tinggal dengan kerabat di Makassar.

Setelah menyelesaikan pendidikan SLA di Makassar, ia sempat berangkat ke Amerika Serikat dalam program American Field Service (AFS) Exchange program.

Selanjutnya ketika ia pulang kembali ke Makassar, ia melanjutkan sekolahnya di Universitas Hasanuddin sampai tingkat 5, pendidikannya dilanjutkan ke Graduate School of Business Administration, University at Buffalo, New York, Amerika Serikat hingga mendapatkan gelar MBA.

Kemudian ia mengikuti program management training Union carbide Amerika serikat.

Setelah selesai, ia ditempatkan di Jakarta sebagai Manager Keuangan perusahaan tersebut (1969-1979).

Kariernya terus menanjak sampai akhirnya ia menjadi Direktur PT Union-Carbide Indonesia.

Selain itu, ia juga menjadi Direktur Agrocarb Indonesia, Direktur Karmi Arafura Fisheries (1971-1976) dan pada tahun 1977-1979, ia merangkap sebagai manager pemasaran Union Carbide Singapura.

Tahun 1979, ia pindah ke perusahaan produsen bir Belanda, Heineken, PT Perusahaan Bir Indonesia (Indonesian Beer Company). meskipun ia tidak bisa berbahasa Belanda dan tidak minum bir, Ia menjadi CEO perusahaan tersebut setelah wawancara selama 15 menit.

Selanjutnya ia mengubah nama PT Perusahaan Bir Indonesia ke Multi Bintang Indonesia. Pada tahun 1982, itu mencatat laba sebesar Rp. 4 miliar, naik dari hampir Rp. 500 juta dibandingkan ketika ia bergabung.

Pada tahun 1991 Tanri Abeng mundur sebagai CEO Multi Bintang dan pindah ke Bakrie & Brothers, perusahaan milik Aburizal Bakrie.

Tanri Abeng menjadi CEO Bakrie & Brothers, tetapi ia juga merangkap sebagai ketua non-eksekutif Multi Bintang Indonesia, posisi ini tetap dipertahankan hingga Maret 1998.

Ketika ia memulai di Bakrie, perusahaan ini memiliki lebih dari 60 anak perusahaan yang beroperasi di beragam industri.

Salah satu langkah pertama Tanri Abeng untuk merestrukturisasi perusahaan adalah dengan memfokuskan perusahaan pada tiga industri utama - telekomunikasi, dukungan infrastruktur dan perkebunan - serta investasi dan aliansi strategis di bidang pertambangan, petrokimia dan konstruksi.

Dengan beberapa reformasi, kinerja Bakrie & Brothers membaik, ketika Tanri Abeng bergabung dengan perusahaan penjualan tahunan sekitar US $ 50 juta. Pada akhir tahun 1996 penjualan ditutup menjadi US$ 700 juta.

Saat itu ia sempat dijuluki sebagai ‘Manajer Rp1 Miliar’ lantaran ia mendapat bayaran sebesar itu saat memimpin perusahaan milik Aburizal Bakrie tersebut.

Selain sebagai Presiden Direktur di Bakrie & brothers, ia juga merangkap jabatan sebagai Direktur di Asia Pacific Brewery, Singapura (1981-1991), Direktur Bata Indonesia (1993-1998), Ketua B.A.T Indonesia (1995-1998) dan Mitratel Indonesia (1994-1998).

Ia juga aktif di pemerintahan dan organisasi non-pemerintah seperti Dewan Pendidikan Nasional (1993 - 1998), Dewan Riset Nasional (1990 - 1998), Badan Promosi Pariwisata (1990 - 1996), Yayasan Perlindungan Lingkungan (1993 - 1998), Asosiasi Indonesia-Belanda, Indonesia-British Council dan Asia-Australia Institute.

Dia juga merupakan Komisaris dari Bursa Efek Jakarta antara tahun 1992 dan 1995.

Karir Politik

Pada Tahun 1991 ia memasuki dunia politik, ia mewakili Golkar duduk di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Selanjutnya tahun 1998 ia ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan dilanjutkan dengan jabatan yang sama di Kabinet Reformasi Pembangunan pimpinan Presiden Habibie.

Tahun 2004, ia menjadi Komisaris Utama PT. Telkom Indonesia. Pada tahun 2010, Tanri Abeng menyelesaikan pendidikan Doktor dalam Ilmu Multidisiplin dari UGM.

Setelah lebih dari empat dekade, malang melintang di perusahaan multinasional dan pemerintahan, tahun 2011, ia mendirikan Universitas Tanri Abeng, yang berlokasi di Ulujami, Pesanggahan, Jakarta Selatan.

Menurut penuturannya, pendanaan untuk membangun kampus ini ia peroleh dari hasil menjual hotel Hotel Aryaduta yang ia miliki dari hasil bermitra dengan James Riady (pemilik Lippo Group) pada 1995 di Makassar.

Pada awal tahun 2012, ia menjabat sebagai CEO OSO Group, menggantikan Oesman Sapta Odang (founder).

OSO Group bergerak dibidang pertambangan, perkebunan, transportasi, property dan hotel.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved