Opini
Tahun Pemilu dan Ego Pribadi
Dalam konteks pemilu, pergeseran persepsi terhadap warna dan penampilan telah menjadi fenomena yang semakin signifikan.
Oleh: Aswan
Mahasiswa
SAAT ini kita sudah memasuki tahun pemilu.
Salahsatu tanda-tanda tahun pemilu adalah banyaknya spanduk yang terpasang di berbagai pekarangan masyarakat, baik di pohon-pohon maupun di pinggir jalan dengan berbagai calon-calon pemimpin yang berbeda-beda.
Di tahun pemilu ini warna tidak netral lagi. Peci dan sendal sekalipun akan dianggap gambaran keberpihakan anda pada sosok tertentu.
Dalam konteks pemilu, pergeseran persepsi terhadap warna dan penampilan telah menjadi fenomena yang semakin signifikan.
Seiring berjalannya waktu, terlihat bahwa netralitas warna tidak lagi dianggap sebagai aspek utama dalam proses politik.
Warna dan penampilan kini dapat diartikan sebagai simbolisme atau bahkan strategi visual yang dimanfaatkan oleh kandidat untuk membangun identitas dan memenangkan dukungan publik.
Tanda-tanda pemilu yang sudah hadir di masyarakat, keterlibatan politik yang meningkat, peningkatan aktivitas politik terlihat dari adanya pertemuan-pertemuan kelompok.
Seminar politik, dan diskusi terbuka yang melibatkan masyarakat, pejabat, tokoh agama, tokoh intelektual, bahkan mahasiswa sekalipun.
Dalam pembahasan isu-isu politik dan program-program calon.
Selain itu, masyarakat akan mulai melihat peningkatan intensitas iklan kampanye di berbagai media, termasuk televisi, radio, dan media sosial.
Calon-calon akan aktif mempromosikan diri mereka untuk mendapatkan dukungan dan pemahaman masyarakat terkait visi dan misi mereka.
Peningkatan diskusi publik juga menjadi tanda pemilu yang semakin dekat.
Masyarakat akan lebih sering membicarakan calon-calon, platform politik, dan isu-isu terkini yang berkaitan dengan pemilu.
Media massa dan platform digital akan menjadi saluran penting untuk berbagi informasi dan pendapat terkait pemilihan.
Selain itu, kehadiran calon-calon di berbagai acara atau forum publik merupakan tanda penting.
Partisipasi mereka dalam debat politik, pertemuan warga, atau kunjungan ke berbagai wilayah untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dapat menjadi indikator kuat bahwa proses pemilu sedang berlangsung.
Lontaran kata-kata atau tulisan yang keluar dari mulut banyak orang.
Lebih-lebih yang keluar dari tokoh tertentu, dihubung hubungkan dengan dukung mendukung, bahkan yang kita saksikan sekarang banyaknya terpasang spanduk para calon-calon pemimpin yang berbeda-beda disetiap tempat.
Kritikan orang pada sosok tertentu (sekalipun benar) pasti dicurigai beragenda politis.
Banyak dari kalangan masyarakat yang lebih mementingkan ego pribadi dengan merusak spanduk-spanduk yang bukan menjadi bagian dari dukungan mereka, sehingga menimbulkan banyak konflik dan permusuhan.
Di tahun pemilu ini eskalasi konflik akan meningkat seiring banyaknya spanduk yang terpasang secara ilegal atau tanpa izin yang kemungkinan besar merusak pemandangan diberbagai tempat.
Terlepas dari pada hal itu, konflik yang kemudian hadir adalah bertengkar urusan sembako, yang ikut mewarnai pertengkaran antarpendukung calon atau partai.
Pertengkaran anak dan orangtua bukan mustahil akan sering terjadi.
Hati-hati! Tahun Pemilu bagaikan api yang menyala-nyala.
Perdebatan akan terus berlanjut di tahun pemilu ini, sampainya pemerintah sudah menetapkan siapa-siapa yang akan duduk sebagai pemimpin.
Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa permusuhan dan ego pribadi akan makin menjadi-jadi diakibatkan karna ada yang menang dan ada yang kalah.
Begitu juga konflik yang akan hadir dalam lingkup keluarga terkhusus bagi orang-orang yang berbeda pilihan dan pandangan.
Anda akan menyaksikan itu dan realita dalam
Masyarakat pun berbicara bahwa ada yang sampai bertengkar bahkan sampai mengancam nyawa sekalipun, diakibatkan dari dendam-dendam yang selama ini dipendam.
Jumlah orang bermusuhan serta ego pribadi yang makin menjadi-jadi akan cukup fenomental di tahun pemilu ini, karna setelah tahun pemilu ini berlalu tentu sebagian besar orang-orang akan menyesali ego mereka masing-masing.
Bisa-bisa ini sangat merugikan dalam kehidupan kita, karna adanya permusuhan dari perbedaan itu, sampainya hadir berbagai macam masalah maka tentu interaksi akan menjadi sangat berbeda diakibatkan karna kecanggungan itu.
Tahun politik meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan banyak orang. Pemilik rumah atau toko di pinggir jalan sering dilanda kecemasan.
Takut-takut terjadi kerusuhan dan perusakan oleh peserta pawai partai politik yang kurang “beradab”.
Pemilik toko di pinggir jalan lebih banyak khawatir dijarah orang, sehingga buka tutup kadang sering terjadi.
Pemilik kendaraan bermotor dilanda kecemasan berlalu lintas.
Para petugas keamanan juga dihantui rasa kekhawatiran, karena diperkirakan tingkat gangguan keamanan dan pelanggaran lalulintas akan naik jumlahnya.
Di tahun pemilu ini para penegak hukum cukup kesulitan dalam bertindak. Sebab, Tindakan hukumnya akan dituding bermotif politis.
Maka Solusi utamanya adalah kesadaran dari diri kita masing-masing, bahwa awal maupun ujung intinya yang lebih kita utamakan adalah kesejahteraan dan kedamaian Masyarakat.
Jangan hanya mementingkan tujuan jangka pendek anda yang sifatnya sementara, sehingga bisa membuat kehidupan sosial kita jauh dari kedamaian.
Karna tujuan jangka panjang jauh lebih penting yang mampu memberikan harapan bersama demi tercapainya Bhinneka Tunggal Ika.(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.