Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Tahun Baru, Pemilu, dan Kesantunan Berbahasa

Berbagai bentuk perayaan dengan nuansa suka cita seperti berkumpul dengan keluarga atau kerabat.

Editor: Sudirman
Ist
Abdul Rahman, Dosen STAI DDI Maros 

Oleh: Abdul Rahman

Dosen STAI DDI Maros

TIDAK lama lagi kita akan memasuki pergantian tahun dan sekitar sebulan lebih kita akan pemilihan umum.

Momentum perayaan tahun baru dan pemilu sangat diberi perhatian oleh negara dengan keamanan ekstra.

Hal ini karena berpengaruh terhadap stabilitas keamanan dan masa depan negara.

Tahun baru di Indonesia memiliki nuansa tersendiri.

Berbagai bentuk perayaan dengan nuansa suka cita seperti berkumpul dengan keluarga atau kerabat.

Biasanya dikemas dengan menikmati hiburan dan makan bersama sebagai bentuk pengejawantahan kebahagiaan.

Sebagian di antara kita lazimnya disertai dengan merefleksikan wujud rasa syukur dan intropeksi diri.

Memasuki akhir tahun tentunya patut menjadi bahan refleksi karena memiliki substansi ‘perjalanan waktu’ yang kita telah lewati minimal masa setahun sebelumnya.

Tentunya momentum ini memiliki harapan agar orientasi kehidupan menjadi lebih baik.

Baik secara pribadi, relasi kepada sesama makhluk hingga penghambaan diri Kepada Tuhan.

Sehubungan dengan menjelangnya tahun baru. Seyogyanya mengajak kita agar mampu berkontemplasi, baik secara personal maupun secara kolektif.

Jangan sampai malah melahirkan disorientasi yang tidak sesuai ekspektasi bersama, apalagi hal-hal praktis yang kontraproduktif dengan euforia perayaan yang berlebihan dan tidak positif.

Dalam waktu yang beriringan pada momentum saat ini, sebagaimana hemat penulis, setidaknya terdapat dua hal yang mewarnai ruang publik dan ruang maya.

Terkadang menuai polemik atau diskursus. Pertama, terkait konteks pro kontra "Palestina-Israel”.

Kedua, terkait pemilu, 14 Februari 2024.

Kedua hal di atas biasanya menarik perhatian banyak orang.

Tapi jika tidak cermat akan melahirkan segregasi sosial yang bisa menambah krusial persoalan.

Oleh karena itu, patutlah kita melakukan upaya preventif dan protektisi dini dengan bersikap proporsional dan menjunjung
etika sebagaimana mestinya.

Hal ini penting untuk menyikapi dan mengantisipasi munculnya berbagai polemik karena disebabkan ekspresi yang berlebihan seperti lahirnya ujaran kebencian, rasa ketidakpercayaan, dan sebagainya.

Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila

Menjelang tahun baru dan pemilu patutlah kita mengingat kembali dan mengejawantahkan nilai-nilai Pancasila.

Memahami Pancasila adalah upaya untuk memahami realitas kehidupan berbangsa dan bernegara yang beragam.

Bahwa pada pada prinsipnya perbedaan adalah sebuah keniscayaan dan harus diterima.

Perbedaan suku, agama, ras, dan golongan.

Begitupun dalam konteks demokrasi yang biasanya berbeda sikap atau persfektif sosial politik.

Pancasila adalah konsensus berbangsa dan bernegara yang mengandung nilai-nilai luhur untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama. Sebuah kesepakatan dari refresentasi banyak golongan.

Sebagai ideology negara, Pancasila sakral karena mengandung hal-hal prinsip yang telah dipikirkan secara mendalam oleh para pendiri bangsa.

Kelima sila memiliki nilai-nilai yang semestinya terpatri dalam jiwa setiap anak bangsa agar menghargai antar sesama.

Tidak harus saling menihilkan dan merasa superior karena berbeda.

Apalagi seolah-olah memonopoli kebenaran mutlak dengan memaksakan kehendak.

Milikilah sikap legowo, inklusif dan menjunjung tinggi perdamaian.

Tentunya agar tercipta rasa aman dan ketenteraman bersama.

Bangunlah cara pandang positif, tetap tenang dan tidak mudah reaktif.

Tiadalah guna berkonflik berkepanjangan.

Ingatlah nasehat pepatah “Menang jadi arang, kalah jadi abu”.

Pentingnya Kesantunan Berbahasa

Bahasa merupakan salah satu instrumen yang memiliki peran vital dalam membangun sebuah peradaban.

Selain memiliki nilai-nil;ai filosofis, bahasa memiliki fungsi yang berdampak secara psikologis dan sosiologis.

Menjawab berbagai problematika apabila dilandasi dengan sikap tenang dan penuh kebijaksanaan.

Bahasa tidak boleh dikesampingkan. Akan tetapi menjadi marwah dan menjaga keluhuran bagi insan yang tidak menafikkannya.

Bahasa tumbuh seiringan dengan khazanah kebudayaan bangsa yang mengitegrasikan berbagai bahasa lokal sebagai satu corak identitas bahasa nasional.

Dalam konteks menjawab berbagai problem isu-isu mutakhir, khususnya menjelang tahun baru dan pemilu.

Bahasa seyogyanya digunakan penutur (pembicara, netizen) dengan cara yang etis dan penuh kesantunan.

Agar indah dan nyaman di telinga si pendengar atau si pembaca.

Karenanya bahasa tidak semestinya digunakan dengan kasar dan tendensius yang kadang memancing suasana menjadi tambah riuh.

Menurut Nadar (2013: 251) mengatakan bahwa kesopanan berbahasa dapat disebut kesantunan berbahasa yang dipakai penutur untuk mengurangi rasa tidak senang, tidak berkenan hati, atau sakit hati akibat tuturan yang diucapkan penutur.

Belajar dari pendapat di atas, maka sudah sepatutnya kita menggunakan bahasa dengan tepat guna sebab kesantunan berbahasa memiliki peran penting dalam mewujudkan ketentraman bermasyarakat.

Hemat penulis, kesantunan berbahasa sangat urgen dalam menyikapi berbagai persoalan khususnya menjelang tahun baru apalagi pemilu.

Siapapun kita agar memiliki tanggung jawab moril demi terlaksananya penyelenggaraan negara dengan aman dan tertib.

Menghargai Otoritas Lembaga Negara

Tulisan ini ingin mengajak agar kita belajar menahan diri. Tidak membesar-besarkan perbedaan apalagi tidak menghargai keyakinan dan pilihan orang lain.

Jangan sampai bersikap dengan sewenang-wenang dengan mengenyampingkan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Selain itu, patutlah kita menghargai otoritas lembaga negara.

Pemerintah, TNI dan Polri sebagai garda terdepan memiliki otoritas menjaga ketertiban dan keamanan demi kelancaran tahun baru dan pemilu.

Dalam konteks kepemiluan. marilah kita menghargai kerja-kerja Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan membangun mitra bersama mewujudkan pemilu yang damai, adil, berintegritas serta bermartabat.

Mari kita mulai dari saat ini, mulai dari kita sendiri, keluarga, kerabat, organisasi dan instansi dimanapun kita berada.

Kita berdoa, berikhtiar, dan senantiasa berharap semoga pergantian tahun baru dan proses pemilihan umum berlangsung dengan damai, aman dan lancar.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved