Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pemadaman Listrik

Akhirnya PLN Ungkap Penyebab Pemadaman Listrik atau Mati Lampu 5-6 Jam di Sulsel, Kapan Berakhir?

Durasi pemadaman listrik atau mati lampu di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) makin meresahkan warga.

Editor: Sakinah Sudin
Dok Tribun Timur
Ilustrasi pemadaman listrik atau mati lampu. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Durasi pemadaman listrik atau mati lampu di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) makin meresahkan warga.

Pemadaman listrik bergilir di Sulsel sudah berlangsung sekitar 3 bulan.

Pemadaman listrik terjadi sejak awal September 2023 lalu.

Awalnya, pemadaman listrik hanya berlangsung selama 3-4 jam.

Namun akhir-akhir ini, pemadaman listrik makin parah dengan durasi 5-6 jam.

Bahkan Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto pun ikut geram atas hal tersebut.

Danny Pomanto, sapaanya, mengatakan durasi pemadaman 5- jam sudah sangat merugikan.

Baca juga: Geramnya Danny Pomanto ke PLN Gegara Mati Lampu hingga 6 Jam di Makassar: Sudah Sangat Merugikan

Dia menyebut, pemadaman listrik semakin parah, durasinya semakin bertambah dan bahkan kadang terjadi dua kali dalam sehari.

Terkait hal tersebut, PT PLN (Persero) buka suara.

Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sulselrabar, Ahmad Amirul Syarif mengatakan, PT PLN (Persero) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dengan menjaga pasokan listrik secara kontinyu di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel).

"Adapun Daya Mampu Pasok (DMP) kondisi Normal sistem Sulawesi Bagian Selatan mencapai 2.300 megawatt (MW) dengan kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 850 MW," katanya saat dihubungi, Jumat (24/11/23).

Adapun kata Ahmad, beban Puncak malam hari berada di kisaran 1.800 MW, atau tersedia Reserve Margin 21,7 persen.

"Ini sebenarnya cukup ideal sebelum terganggu akibat fenomena El Nino," ujarnya.

Menurutnya, musim Kering yang berkepanjangan tersebut telah berdampak terhadap berkurangnya debit air sehingga menyebabkan kemampuan PLTA turun sekitar 75 persen dari 850 Megawatt (MW) menjadi 200 MW.

Olehnya, guna menanggung beban keterbatasan daya tersebut, selama ini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menanggung beban yang cukup tinggi sehingga jatuh tempo untuk dilakukan pemeliharaan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved