Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Road to JAFF 2023 Roadshow Makassar: Diskusi dan Nonton Film

Dalam rangka menyambut gelaran tersebut, Bioskop Online dan JAFF melaksanakan roadshow Road to JAFF18 di Makassar.

|
Penulis: Rudi Salam | Editor: Ansar
Tribun-Timur.com
Roadshow Road to JAFF18 di Rumata’ ArtSpace, Jl Bontonompo, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Minggu (12/11/2023). Kegiatan ini diisi dengan berbagai agenda, seperti diskusi hingga nonton film. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Festival film terbesar di Indonesia, Jogja-Netpac Asian Film Festival 2023 (JAFF18) bakal digelar di Yogyakarta, pada 25 November sampai 2 Desember 2023.

Dalam rangka menyambut gelaran tersebut, Bioskop Online dan JAFF melaksanakan roadshow Road to JAFF18 di Makassar.

Roadshow ini berlangsung di Rumata’ ArtSpace, Jl Bontonompo, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Minggu (12/11/2023).

Sebelumnya, roadshow sudah berlangsung di Medan pada 21 Oktober dan Palembang pada 28 Oktober, dan masih akan berlangsung di Semarang.

Di Kota Daeng (sebutan Makassar), roadshow diisi dengan film talkshow dengan tema Shaping The Local Narrative.

Talkshow ini menghadirkan pembicara Film Director and Festival Founder of JAFF Garin Nugroho, dan President of Digital Business Visinema (Bioskop Online & VCampus) Ajeng Parameswari.

Garin Nugroho dalam kesempatan itu menekankan pentingnya lokalitas dalam sebuah perfilman.

Menurutnya, semua ramuan lokal dalam film harus disertai pengetahuan dan keterampilan global.

“Dalam kelokalan, bukan hanya mengandung nilai seni, tetapi juga terdapat bilai sosial, politik, ekonomi dan sebagainya,” Garin.

Pria kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1961 tersebut mengaku bahwa dalam filmnya, rata-rata menggunakan bahasa daerah.

Hal itu dilakukan agar market atau pasarnya berbeda dengan orang lain.

Selain itu, film yang dibuat Garin Nugroho 60 persen tidak menggunakan skenario. 

“Di Indonesia, skenario tertulis. Di daerah banyak tidak baca skenario. Tapi tergantung di mana, waktu dan ide kita menciptakan (film),” katanya. 

Sutradara yang mulai dikenal luas setelah film bernama Cinta dalam Sepotong Roti tersebut menyebut, kelokalan menjadi menu utama dalam menciptakan film.

“(Kelokalan) mengandung materi yang tidak dipunyai orang lain, tapi bagaimana menghadirkan (film tema lokal) ke orang lain dengan baik,” sebut Garin Nugroho.

Sementara itu, President of Digital Business Visinema Ajeng Parameswari, mengatakan potensi lokalitas di film Indoensia sangat besar.

Pasalnya, Indonesia punya banyak pulau dan bahasa berbeda. 

“Hantu saja punya jenis banyak, apalagi kalau bahas cerita. Cerita harusnya menjadi sumber daya tidak terbatas di Indonesia. Kita mau nikah saja banyak tahapannya. Itu masing-masing bisa jadi cerita,” kata Ajeng.

Ia juga menyebut, lokalitas film menjadi sumber daya yang tidak terbatas. 

Ajeng mencontohkan film Ngeri Ngeri Sedap, yang menceritakan budaya Batak.

“Kekuatan film, story telling, tidak perlu melihat ini dari mana. Ini bisa dinikmati semua pihak. Kalau bicara potensinya luas biasa,” sebut Ajeng.

Screening Film

Road to JAFF 2023 di Makassar juga disi dengan screening film  Ininnawa: An Island Calling (Arfan Sabran, 2023).

Film Ininnawa: An Islan Calling merupakan pemenang Film Dokumenter Panjang Terbaik FFI 2022.

Tak sampai di situ, ada juga short film screening dan discussion beberapa film terbaik.

Seperti Gerbong 1,2, 3 (Garin Nugroho, 1985), Sonata Kampung Bata (Riri Riza, 1988), Kado (Aditya Ahmad, 2018), Lika Liku Laki (Khozy Rizal, 2021).

Kemudian ada film Wong Asu (Aco Tenri, 2022), Payung Dara (Reni Apriliana, 2023), dan Bising (Amar Haikal, 2023). (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved