Kemarau Diprediksi Sampai November 2023, Pemprov Sulsel Minta Pemkab Manfaatkan BTT Bikin Sumur Bor
Laporan BMKG IV Makassar bahwa wilayah Sulsel diprakirakan memasuki musim hujan pada November-Desember 2023.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Periode musim kemarau di Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun 2023 diperkirakan terus melanda sampai November 2023.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar, belum terdapat wilayah yang memasuki musim hujan di Sulsel.
BMKG Wilayah IV Makassar memprediksi seluruh daerah di Sulsel cerah berawan pada Sabtu (7/10/2023).
Pj Sekretaris Daerah Sulsel Andi Muhammad Arsjad menyebut pihaknya sudah menerima laporan dari BMKG IV Makassar bahwa wilayah Sulsel diprakirakan memasuki musim hujan pada November-Desember 2023.
Kemudian periode puncak musim hujan pada Januari dan April 2024.
"Laporan BMKG, pada Oktober 2023 ini, curah hujan diprakirakan antara 0 - 400 mm," kata Muh Arsjad dalam keterangannya, Jumat (6/10/2023).
"Daerah dengan intensitas curah hujan sangat tinggi terjadi di wilayah Luwu Utara dan sebagian kecil Pangkep," sambungnya.
Meski secara umum kemarau panjang akan berlangsung lebih lama lagi, Arsjad mengimbau agar masyarakat tidak panik.
Pemprov Sulsel mengupayakan penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
TMC diupayakan untuk mengatasi kekeringan ekstrem sebagai dampak El Nino yang melanda Sulsel.
"Pelaksanaan TMC ini sementara dikoordinasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana," jelasnya.
Arsjad mengungkapkan, selain TMC pembuatan sumur bor juga terus didorong.
Baca juga: Habitatnya Terganggu Akibat Kemarau, Satpol PP Ingatkan Warga Waspada Ular Masuk Rumah
Pemprov Sulsel menginstruksikan pemerintah Kab/kota bergerak membuka sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air.
"Masyarakat tidak perlu panik, pemerintah sedang mengupayakan berbagai langkah untuk menghadapi kekeringan ekstrem saat ini," ujarnya.
Arsjad pun meminta Pemkab memanfaatkan bantuan Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk kegiatan tanggap darurat.
Termasuk penggunaan BTT untuk pembuatan sumur-sumur bor.
Tujuannya air bersih tersalurkan ke masyarakat sekaligus mencegah gagal panen untuk tanaman.
Selain itu, BTT juga bisa dialokasikan untuk mengatasi kekurangan pasokan makanan pokok di daerah tertentu.
Sejumlah daerah sudah mengalokasikan, diantaranya Luwu Utara sebesar Rp10 miliar.
"Kalau BTT totalnya sekitar Rp10 miliar," tegas Indah Putri Indriani di Kantor Gubernur Sulsel beberapa waktu lalu.
Baca juga: Kemarau Panjang, PLN Ingin Modifikasi Cuaca dengan Hujan Buatan Atasi Krisis Listrik
Indah Putri ingin cadangan pangan daerah cukup hingga periode musim hujan yang akan datang.
"Kalau terkait kekeringan salah satu solusinya kan pompanisasi. Perlu kita pahami bahwa untuk beberapa daerah pompanisasi mungkin menyelesaikan spot tertentu, tapi tidak untuk wilayah tertentu," katanya.
Sementara itu, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan membeberkan BTT di wilayahnya diperuntukkan pembuatan sumur bor di beberapa titik.
Pihaknya bersama TNI mulai memetakan titik sumur bor.
"Kalau kita sih pertama di Bajeng, Bontonompo, daerah tinggi seperti Manuju dan Pattalassang," ungkapnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.