Demokrat Dilema, Gabung ke PDIP, Bentuk Koalisi Baru atau Gabung ke Prabowo, Hari Ini Rapat Internal
Kini DPP Partai Demokrat diagendakan menggelar konsolidasi internal setelah Anies Baswedan pilih Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar sebagai wakilnya.
TRIBUN-TIMUR.COM - Partai Demokrat kini sedang dilema setelah 'dibuang' Anies Baswedan dan Partai Nasdem sebagai calon wakil Presiden Koalisi Perubahan.
Ada tiga pilihan yang menanti Demokrat, gabung dengan PDI Perjuangan usuang Ganjar Pranowo, gabung ke Gerindra usung Prabowo Subianto atau mencari partai koalisi yang bisa mengusung sendiri.
Kini DPP Partai Demokrat diagendakan menggelar konsolidasi internal setelah Anies Baswedan pilih Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar sebagai wakilnya.
Di sisi lain, Ketua DPP PDIP, Puan Maharani menyampaikan, partainya membuka komunikasi dengan Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.
Sementara, pengamat politik juga menyebut, Demokrat lebih cocok bergabung dengan Gerindra usung Prabowo Subianto.
Sebelum mengambil keputusan, DPP Partai Demokrat menggelar konsolidasi internal hari ini Senin (4/9/2023).
Demokrat mengumpulkan seluruh Pengurus DPP Partai Demokrat di Kantor DPP Partai Demokrat.
"Saat ini kami sedang fokus konsolidasi internal. Ke depan akan ada beberapa pertemuan-pertemuan yang sedang diagendakan oleh Mas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Karena bagaimanapun beliau selaku Ketua Umum selalu berupaya dan selalu ingin mendengar seperti apa aspirasi rakyat dari setiap daerah, dari setiap pelosok penjuru Indonesia," kata Kepala Bakomstra Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra, Minggu (3/9/2023).
"Karena itu tentunya akan ada pertemuan. Pertama, akan ada pertemuan dengan para pengurus di tingkat pusat," imbuhnya.
Herzaky menambahkan, nanti berdasarkan aspirasi-aspirasi yang diserap, Partai Demokrat baru akan memutuskan langkah ke depan seperti apa.
"Saat itu mungkin ke depannya baru akan diputuskan berdasarkan harapan masyarakat pro perubahan, pro perbaikan yang telah meletakkan aspirasi dan harapannya kepada Demokrat selama ini," ujar Herzaky.
"Ini juga akan disampaikan melalui kader-kader kami di seluruh pelosok Indonesia.
Kita akan melangkah ke mana? Karena ini nasib bangsa dan negara yang sedang kita perjuangkan.
Tentu kita akan dalami betul setiap data dan fakta serta harapan dari rakyat untuk Indonesia yang lebih baik," ujarnya.
Demokrat Lebih Cocok Dukung Prabowo
Sementara itu Pengamat Politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin mengatakan, Demokrat harus melakukan kalkulasi secara matang dalam memilih koalisi agar tidak merasa dirugikan dan dikhianati lagi.
Namun menurut Ujang, Demokrat lebih cocok untuk gabung mendukung capres dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto.
Sebab partai berlambang bintang mercy itu belum bisa bersatu dengan PDI Perjuangan.
Terkait hal itu, ia menjelaskan mengenai hubungan yang tidak baik antara Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
"Saya sih melihat bahwa kalau yang lebih bagus, yang lebih cocok ya kelihatannya (Demokrat) ke Prabowo. Karena hubungan tidak baik, tidak bagus antara SBY dan Mega itu ya belum bisa ketemu antara Demokrat dengan PDIP," kata Ujang, saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (3/9/2023).
Ujang menuturkan, hubungan Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus anak dari SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Ketua DPP PDI Perjuangan sekaligus anak dari Megawati, Puan Maharani memang terjalin dengan baik.
Namun hubungan kurang bagus antara kedua orang tua mereka tetap akan berpengaruh terkait koalisi.
"Walaupun kita tahu bahwa Puan dan AHY sudah bagus, tapi kan ayahnya belum. Jadi saya melihat itu juga berpengaruh," kata Ujang.
Lebih lanjut, Ujang menegaskan, soal Demokrat lebih cocok mendukung Prabowo.
Dijelaskannya, karena masih sama-sama keluarga besar purnawirawan TNI.
"2019 lalu AHY tidak jadi cawapresnya Prabowo, walaupun kecewa tapi dalam titik tertentu dengan Prabowo masih ketemu karena masih keluarga besar ya.
Mereka sama-sama keluarga besar purnawirawan TNI. Pak Prabowo jenderal, SBY juga sama jenderal. Jadi masih satu atap satu rumah, jadi masih bisa ketemu," jelas Ujang.
Meski demikian, Pengamat Politik itu mengatakan, baiknya agar publik menunggu keputusan dari Partai Demokrat.
Partai Demokrat diketahui menyatakan mencabut dukungan untuk Anies Baswedan dan keluar dari Koalisi Perubahan seiring dengan bergabungnya PKB ke koalisi NasDem.
Koalisi NasDem-PKB telah mendeklarasikan duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Anies-Cak Imin sebagai pasangan Capres-Cawapres untuk Pilpres 2024.
Penyebab Prabowo Batal Berkunjung ke Makassar Usai Kantor DPRD Dibakar, Penjelasan Mensesneg |
![]() |
---|
Mengapa Kita Marah dan Terbakar? |
![]() |
---|
RUU Perampasan Aset Terkatung-katung Didorong Pemerintah Jokowi, Didemo Era Prabowo, DPR Siap Bahas |
![]() |
---|
Prabowo Deteksi Dalang dan Tujuan Perusuh Demo, Penyusup Sengaja Dibekali Petasan |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Sebut Cara Negara Tetapkan Makar, Upaya Gulingkan Pemerintah Sah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.