Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Amin Syam Meninggal

Mengenang HM Amin Syam: Dari Tongkat Komando ke Peran Keumatan

Amin Syam adalah peluru yang memiliki daya jangkau lebih jauh dari yang lain, daya pengaruh yang lebih terasa dari yang lain.

Editor: Hasriyani Latif
DOK TRIBUN TIMUR
Amin Syam mantan gubernur Sulsel periode 2003-2008. Amin Syam yang juga ketua DMI Sulsel meninggal dunia. 

Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin

TRIBUN-TIMUR.COM - Bijak dan Mengayomi. Itulah dua kata penting untuk menggambarkan kepribadian sosok Mayor Jenderal (Purn.) H.M. Amin Syam.

Tentu sebagai tokoh, Saya mengenal beliau sudah sangat lama, seiring saya memulai memahami makna sebuah ketokohan.

Sudah terdengar sejak  lama bahwa beliau adalah tentara kebanggaan Sulsel yang berpangkat perwira tinggi.

Namun saya mengenal dekat beliau setelah pensiun dari militer. Saya berinteraksi dengan beliau bukan lagi saat memegang tongkat komando di dunia ketentaraan, bahkan setelah beliau tidak lagi menjadi Gubernur Sulawesi Selatan.

Jadi coretan apresiasi saya lebih kepada pencermatan tentang karakter beliau dalam pautannya pada peran kemasyarakatan keummatan yang sangat menonjol.

Tokoh dengan "Pubic Emphaty"

Sebagai sesama asal, orang Bone, saya berusaha memanfaatkan kesempatan pertemuan untuk memperkenalkan diri kepada beliau.

Memperkenalkan diri adalah sesuatu yang mudah dan biasa. Yang agak susah adalah mendapatkan momen bagaimana perkenalan itu berkesan sehingga orang bisa mengingat perkenalan itu. 

Namun saya perkirakan beliau memulai mengingat saya sebagai pribadi, saat sempat membaca otobiografi saya, "Melawan Takdir."

Buku itu didapat dari cucu beliau yang bersekolah di Athirah. Informasi ini saya dapat langsung dari beliau dengan menceritakan sendiri kepada saya pada perbincangan di sebuah masjid.

Pada pertemuan  masyarakat Bone khususnya dalam acara keagamaan, beberapa kali saya diminta sebagai penceramah di mana beliau selalu hadir sebagai sesepuh dan pembina organisasi.

Dari kesempatan itu juga saya yakin beliau bisa mengingat minimal nama dan pekerjaan saya.

Dari proses yang sudah cukup panjang saya berinteraksi dengan beliau, terbentuk kesan mendalam tentang ketokohan khas yang beliau miliki.

Beliau adalah sosok panutan yang selalu memotivasi. Suatu waktu, saya menjadi khatib di Masjid Azalea, Masjid di perumahan beliau.

Setelah selesai shalat Jum'at, saya mendekat untuk menyapa khusus beliau. Saat saya berjabat tangan, yang pertama keluar dari mulut beliau: "khutbahnya luar biasa, menyentuh persoalan nyata umat." Saya pikir khutbah saya biasa-biasa.

Dan saya menganggap bahwa itu cara bijak beliau untuk mengapresiasi khutbah saya. Saat saya mendapat kesempatan untuk menyampaikan khutbah di masjid beliau, saya melakukan hal yang sama, datang menyapa beliau di bagian pinggir terdepan yang sepertinya sudah menjadi tempat favorit beliau.

Beliau mengatakan hal yang sama sambil memberi ulasan singkat terhadap khutbah yang saya sampaikan. 

Bahasa beliau mungkin hal biasa bagi orang lain, tapi  menjadi "sesuatu" bagi saya. Seorang tokoh besar seperti beliau yang menyampaikan apresiasi adalah hal yang menarik.

Secara umum, seorang yang ditakdirkan menjadi tokoh selalu menjadi pusat perhatian dan sering memiliki sedikit waktu untuk memperhatikan orang lain.

Itulah, begitu banyak tokoh yang tidak bisa bertahan lama dengan ketokohannya, karena terjebak pada pesona dirinya (self-centric) dan lupa untuk mempertahankan proses panjang dalam pembentukan modal sosial ketokohannya, yaitu public emphaty, kesediaan untuk memberi perhatian dan kepedulian kepada publik.

Itulah karakter Bapak Amin Syam. Kesediaannya untuk mengapresiasi diri saya adalah bagian dari empati publik yang beliau pertahankan dari dirinya.

Dan dengan cara itulah beliau tetap bisa  bertahan sebagai tokoh sentral yang disegani, bagi dari aspek peran sosial politik, maupun keagamaan.

Referensi Umat

Pada beberapa percakapan  orang yang dekat dengan beliau, beliau masih selalu didatangi untuk dimintai nasehat bagi orang-orang ikut maju pada kontestasi politik.

Beliau juga pernah bercerita tentang lamanya beliau duduk sebagai Ketua Umum Persatun Lawn Tennis Indonesia (PELTI) dan kata para pengurus bahwa mereka sangat nyaman dipimpin oleh seorang tokoh sekaliber beliau.

Namun peran sosoal kemasyarakatan beliau yang sangat menonjol adalah posisi beliau sebagai ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulsel.

Peran beliau di kepengurusan tersebut juga tidak terlepas dari ketokohan keagamaan beliau yang sejak masih menjadi birokrat dan politisi aktif, sudah melekat jiwa kesantriannya.

Ada "monday quote" yang pernah saya bagi di media sosial:  "Sisi paling menarik yang ingin saya temukan pada orang yang baru saya kenal, menemukan apa yang pertama yang ingin saya pelajari dari hidupnya."

Dari kutipan ini, saya ingin menyatakan bahwa secara nama, tentu saya sudah lama mengenal Bapak H.M. Amin Syam. Namun secara ketokohan dan karakter saya mengenal beliau belum terlalu lama.

Dari pengenalan karakter inilah saya ingin mengatakan bahwa Sosok H.M. Amin Syam memiliki karakter kuat. Dari kutipan saya di atas yang memotivasi bahwa setiap bercengkrama dengan beliau, selalu menelusuri lorong-lorong waktu yang begitu panjang yang telah beliau jalani.

Ibarat Peluru, Berkaliber Tinggi

Itulah, saya selalu takjub dengan pengalaman hidup beliau sebagai militer dan birokrat. Saat dies natalis UIN Alauddin yang ke 55, beliau hadir setengah jam lebih cepat dari waktu acara.

Saya jadinya memiliki waktu untuk bertanya banyak hal tentang kehidupan beliau, termasuk peran beliau sebagai tokoh yang dituakan dan sebagai referensi bagi mereka yang mengambil langkah penting, misalnya langkah politik.

Terakhir, saya bertemu beliau dengan kunjungan khusus saya ke rumahnya. Kunjungan ini menjadi wujud penghormatan saya kepada beliau, karena kebetulan resepsi pernikahan putera beliau tidak sempat saya hadiri, karena berada di luar daerah. 

Setiap saat pada momen pertemuan  dengan beliau, beliau selalu menyampaikan pesan-pesan penguatan yang membuat saya untuk bersikap optimis terhadap kehidupan.

Dengan ragam pengalaman hidupnya yang luas dan interaksinya dengan orang dari   latar belakang profesi yang beragam, beliau dengan mengalirnya menceritakan ibrah yang bisa di petik dari orang-orang yang beliau ceritakan.

Cara seperti itulah beliau hadir sebagai sesepuh dengan karakter khas yang selalu memotivasi untuk maju dan dengan ketulusan jiwa untuk selalu  mengayomi.

Itulah, dengan usianya yang sudah mulai lanjut, ketokohan beliau tidak menjadi pudar, dan kentribusi keumatan beliau semakin terasa. 

Selamat jalan Bapak H.M. Amin Syam, sosok berkaliber. Ibarat peluru, Bapak adalah peluru yang memiliki daya jangkau  lebih jauh dari yang lain, daya pengaruh yang lebih terasa dari yang lain, dan tentunya daya dobrak yang lebih berdampak dari yang lain.

Meskipun Puang Amin sudah pergi tapi jejak dan serpihan ledakan pengaruh dan kontrobusi hidup yang bapak sudah tancapkan, membekas kuat dalam memori masyarakat Sulsel.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved