Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilpres 2024

Empat Alasan Sosiologis Muhadjir Effendy Layak Jadi Calon Wakil Presiden

Hadi Saputra MSi menyampaikan alasan sehingga Menteri PMK, Muhadjir Effendy layak jadi calon wakil presiden pada Pilpres 2024 mendatang.

Editor: Muh Hasim Arfah
tribun timur/muhammad abdiwan
Menteri Koordinator Pengembangan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Prof Muhadjir Effendy menemui mursyid Tarekat Khalwatiyah, Abdul Rahim Assegaf Puang Makka di Baji Bicara, Makassar, Sulsel, Jumat (25/8/2023) 

TRIBUN-TIMUR.COM-Sosiolog Universitas Muhammadiyah Makassar, Hadi Saputra MSi menyampaikan alasan sehingga Menteri Koordinator Pengembangan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Prof Muhadjir Effendy bisa menjadi calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang. 

Ia menyampaikan analisis mendalam dari berbagai latar belakang. 

Berikut ulasan dari Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel ini: 

1. Pengalaman Birokrasi

Muhadjir Effendy bukanlah pendatang baru dalam birokrasi pemerintahan.

Dengan pengalaman memimpin hingga level menteri dan, pada periode kedua, bertindak sebagai koordinator untuk beberapa kementerian, ia telah menunjukkan kapasitasnya dalam mengelola dan memimpin di tingkat eksekutif.

Dalam masyarakat yang memiliki birokrasi kompleks seperti Indonesia, memiliki pemimpin dengan pengalaman birokrasi yang mendalam memudahkan komunikasi dan koordinasi antar-lembaga.

Hal ini meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan publik.

Seorang pemimpin dengan pemahaman yang baik tentang cara kerja sistem tersebut dapat meminimalkan hambatan sosial dan birokratik, serta mempercepat proses pengambilan keputusan.


2. Latar Belakang Akademik

Sebagai seorang akademisi dengan karier yang mencakup dari posisi dosen hingga rektor, serta meraih jabatan guru besar, Muhajir memiliki kedalaman intelektual.

Ini menunjukkan bahwa dia mampu memberikan perspektif dan solusi terhadap isu-isu kompleks yang dihadapi bangsa.

Masyarakat modern menempatkan nilai tinggi pada pendidikan dan keahlian.

Seorang pemimpin dengan latar belakang akademik yang kuat dapat mempromosikan nilai-nilai pendidikan, penelitian, dan inovasi dalam masyarakat.

Hal ini memicu pertumbuhan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan pengetahuan dalam pembangunan nasional.


3. Penerimaan Luas

Muhajir dikenal memiliki jaringan yang luas dan diterima di berbagai kalangan.

Baik di antara umat Islam atau di antara pemeluk agama lain, ia dikenal sebagai sosok yang inklusif, yang penting dalam menjembatani perbedaan dan membangun kohesi sosial.

Dalam negara yang majemuk seperti Indonesia, sosok pemimpin yang dapat diterima lintas agama dan etnik memiliki kekuatan untuk memperkuat integrasi nasional.

Sosiologi telah menunjukkan bahwa pemimpin yang inklusif dan dapat menjembatani perbedaan etnik dan agama dapat menurunkan ketegangan sosial dan meningkatkan kohesi sosial, yang penting untuk stabilitas dan perkembangan sebuah negara.

4. Latar Belakang Muhammadiyah

Sebagai salah satu ketua di pimpinan pusat Muhammadiyah, organisasi Islam modernis terbesar di Indonesia, Muhajir memiliki akses ke basis massa yang besar.

Jika berpasangan dengan calon presiden, potensi dukungan dari anggota dan simpatisan Muhammadiyah dapat menjadi keuntungan strategis bagi pasangan tersebut.

Organisasi seperti Muhammadiyah memainkan peran penting dalam struktur sosial Indonesia, tidak hanya sebagai organisasi keagamaan tetapi juga sebagai agen perubahan sosial.

Seorang pemimpin dengan keterkaitan kuat pada organisasi ini dapat memobilisasi dukungan, sumber daya, dan jaringan yang ada untuk mendukung kebijakan dan inisiatif yang progresif.

Selain itu, dengan dukungan dari organisasi semacam itu, pemimpin tersebut memiliki peluang lebih besar untuk membangun konsensus sosial dalam menerapkan kebijakan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved