Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

296 Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan Makassar, Kasus Seksual Didominasi Anak SMP

Kemudian sembilan diantaranya menjadi korban trafiking, anak yang jadi korban kekerasan seksual 81 orang.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/SITI AMINAH
Kasatreskrim Polrestabes Makassar, DPPPA Makassar melakukan diskusi bersama awak media di Ruang Rapat Sekretaris Daerah Kota Makassar, Gedung Tower Lantai 9 Balaikota, Jumat (28/7/2023). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kasus kekerasan anak dan perempuan di Kota Makassar masih tinggi.

Tiap tahunnya, kekerasan ini mengalami peningkatan dengan jenis kekerasan yang bervariasi.

Mulai dari kekerasan psikis, fisik, seksual, trafiking, dan masih banyak lagi. 

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar mencatat, selama periode Januari-Juli, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mencapai 296 kasus.

Mirisnya, 28 diantaranya justru anak menjadi pelaku kekerasan. 

Kemudian sembilan diantaranya menjadi korban trafiking, anak yang jadi korban kekerasan seksual 81 orang.

Sementara kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan sebanyak 88 kasus. 

Kepala UPT Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kota Makassar, Muslimin menyampaikan, beberapa faktor penyebab tingginya angka kekerasan tersebut ialah ketersediaan layanan pengaduan yang semakin mudah diakses membuat banyak yang berani melaporkan kasus yang menimpa dirinya.

Menurutnya berdasarkan data, angka kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kota Makassar tertinggi dibanding kabupaten/kota lain di Sulsel.

"Data Makassar tinggi, 30 persen data Sulsel diisi oleh Makassar," ucapnya dalam berdiskusi bersama wartawawan di Ruang Rapat Sekretaris Daerah Kota Makassar, Gedung Tower Lantai 9 Balaikota, Jumat (28/7/2023).

Faktor lainnya yakni serapan informasi yang diperoleh dari media sosial dan internet yang memicu seseorang berbuat kejahatan. 

Misalnya saja, pada tahun-tahun sebelumnya, kasus open BO ditemukan banyak terjadi di kalangan SMA, namun sekarang ini justru didominasi oleh anak SMP.

"Gara-gara akses informasi yang terbendung dari ponsel, tindakan anak-anak kadang melampaui usianya," paparnya.

Kami melakukan tracking kasus, jika tahun 2021 kasus open BO lebih banyak melibatkan anak SMA, pada tahun 2022 sangat mirip karena yang kami temukan lebih banyak melibatkan anak SMP," sambungnya.

Sementara itu, Polrestabes Makassar juga telah menangani 254 kasus kekerasan anak dan perempuan selama enam bulan terakhir. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved