Ternyata Danny Pomanto Terjun Politik karena Pesan Bijak Ali bin Abi Thalib dan Erdogan

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Peran pemuda dalam pemilu punya pengaruh besar.

Pemuda memiliki posisi strategis dalam Pemilu 2024 terutama dalam menciptakan atmosfer kontestasi yang demokratis.

Kecendrungan generasi milenial dalam melihat sosok pemimpin dan juga calon wakil rakyat dipengaruhi oleh pola atau cara komunikasi figur tersebut.

Wali Kota Makassar Danny Pomanto menceritakan bagaimana kekuatan komunikasi bisa menarik perhatian para milenial.

Hal itu diceritakan Danny saat menjadi narasumber  "Talkshow Tribun Series: Milenial di Pemilu 2024, Penggembira atau Penentu?"

Talkshow ini akan berlangsung di Liquid Cafe, Hotel Claro, Jl Andi Pangerang Pettarani, Makassar, Sulsel, Selasa (25/7/2023).

Danny menjelaskan, saat rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), ia bersama Wali Kota Bogor Bima Arya memberi ruang diskusi dan ekspresi untuk milenail lewat Youth City Changers (YCC)

Disitu, hampir 300 pemuda dari seluruh Indonesia, ditambah dengan ribuan pemuda dari Kota Makassar hadir.

Tampil didepan para pemuda, Danny menyampaikan, ia pernah menjadi orang yang tidak senang dengan politik, bahkan alergi politik.

Akan tetapi ada dua quotes alias kata-kata bijak yang merubah pola pikirnya untuk terjun di dunia politik 

Ialah quotes dari Ali bin Abi Thalib, bahwa kezaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang jahat tapi karena diamnya orang baik.

Pernyataan tersebut dikuatkan lagi dengan quotes dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan "Jika orang baik tidak terjun ke dunia politik, maka para penjahatlah yang akan mengisinya".

"Akhirnya saya buat quote sendiri dengan pengalaman saya 'Hanya dengan jalan politiklah kita bisa menjaga rakyat," sebutnya.

"Waktu saya sampaikan itu mereka antusias. Sekarang ini cara komunikasi kita mesti dengan komunikasi yang bijak, mereka lebih tertarik dengan quotes," sambungnya.

Karena itu, tugas Bawaslu dan KPU kata Danny mengajak para Milenial untuk terlibat dalam Pemilu.

Paling tidak terlibat untuk ikut menjadi pemilih dalam kontestasi politik mendatang.

"Jaman kami, ibarat pemilih itu seperti benda padat, kita cukup idealis pilih ini tidak bergeser lah (pilihan), masuk ke milenial ibarat benda cair, lebih cair dan dinamis, saya lihat gen z sudah masuk ke benda gas, lebih gampang menguap, bisa tidak terlihat, inilah pekerjaan kita semua (meningkatkan partisipasi:red)," pungkasnya. (*)