Tahun Baru Hijriyah
Spirit Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1445 H, Menghadapi Gelombang Tsunami Irfomasi di Era Post-Mo
Momentum dan spirit tahun baru hijriyah 1 Muharram 1445, di tengah arus gelombang “tsunami’ informasi dan dampaknya pada kehidupan era post-modernisme
Momentum dan spirit tahun baru hijriyah 1 Muharram 1445 H, di tengah arus gelombang “tsunami’ informasi dan dampaknya pada kehidupan era post-modernisme yang sedang berjingkrak di jagad ini, dengan segala macam mekanisme kalkulasi hidup yang algoritmis dan individualis tersebut, seyogianya kaum akademisi dan dunia intelektual, khususnya yang bergelut dalam ilmu sosial, dituntut untuk dapat berkonstribusi memberikan solusi alternatif yang lebih manusiawi dan membumi.
Dalam tradisi intelektual muslim dikenal istilah Islamic Worldview atau cara pandang berdasarkan wahyu Allah Swt yang mencakup aspek batin dan aspek jasad secara menyeluruh atas realitas dan kebenaran. Sebuah cara pandang yang melingkupi aspek yang terlihat (fisik) maupun tak terlihat (metafisik) dan sudah terbukti mampu melahirkan peradaban dunia yang tidak ada tandingannya hingga akhir zaman.
Islam sebagai pandangan hidup sesungguhnya memiliki kerangka filosofi, ideologis, serta operasional yang mumpuni sebagai pedoman untuk tetap survive di tengah arus gelombang “sunami” informasi yang terjadi pada era postmodernisme saat ini.
Kerangka filosofi, ideologis, serta operasional itu termaktub pada lima surah dalam Alqur’an yang turun pada periode awal yang menuntun lansung Nabi Muhammad Saw bersama para sahabatnya mengkonstruksi peradaban Islam di Madinah.
Lima surah tersebut adalah, surah Al Alaq ayat ke-1 sampai ayat ke-5, surah Al Qalam ayat ke-1 sampai ke-7, surah Al Muzzammil ayat ke-1 sampai ke-10, surah Al Muddatsir ayat ke-1 sampai ke7, dan surah Al Fatihah ayat ke-1 sampai ke-7.
Dari kelima surah tersebut di atas, kita dapat mengelaborasi tentang makna dan eksistensi hidup dalam segala kondisi dan dimensi dengan basis teologis, epistemologi, dan aksiologis.
Surah Al-Alaq ayat ke-1 sampai ayat ke-5 yang turun pertama kali ini adalah ayat-ayat ideologis dan bahkan filosofis, karena substansi tema dan bahasan yang dikemukakan dalam ayat tersebut berkenaan dengan substansi terpenting dalam kehidupan manusia.
Al-Alaq turun tak hanya menjawab problem-problem kemanusiaan yang mendasar terjadi pada masyarakat Arab jahiliyah saat itu yang mengalami disorientasi kehidupan, tetapi juga meliputi jawaban sepanjang sejarah kehidupan, masa lalu, kini dan masa depan, karena orientasi kehidupan manusia secara prinsip sesungguhnya tak pernah berubah.
Ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Alaq itu berupa jawaban orientatif, dengan memberikan penjelasan substansial tentang Tuhan, eksistensi diri manusia itu sendiri dan alam semesta dengan segala kondisi yang melingkupinya, serta menunjukkan pola dan proses yang menjadi standar untuk mengetahuinya.
Persoalan umat manusia, individual maupun kolektif, jika diteliti secara mendalam, akar-akarnya berawal dari orientasi hidup manusia itu sendiri. Karena itu jawaban yang pertama dan yang paling utama diberikan oleh Alqur’an adalah untuk memecahkan problem orientasional ini.
Hidup manusia di dunia ini dihadapkan pada pilihan-pilihan langkah yang harus dibuatnya. Akan tetapi setiap langkah itu dengan sendirinya membawa konsekuensi-konsekuensi pada dirinya sendiri. Jika langkah-langkahnya keliru, maka ia harus menanggung akibat atas kekeliruan itu.
Jika kekeliruannya sangat mendasar, maka ia pun harus menanggung akibatnya yang sungguh sangat fatal, bukan saja dalam kehidupan di dunia ini tetapi bahkan di akhirat kelak.
Di sinilah persoalan besar yang dihadapi manusia modern di era post-mo ini sebagai makhluk yang bebas, yang harus bertanggung jawab penuh atas apa yang diperbuatnya. Di sinilah manusia sangat membutuhkan standar atau nilai yang otentik dan kekal sepanjang zaman.
Surah Al-Qalam ayat ke-1 sampai ke-7 menunjukkan bahwa perbedaan sistem nilai kehidupan yang dianut manusia adalah sesuatu yang niscaya ada dan terjadi. Nilai-nilai yang berbasis tauhid dengan nilai-nilai kehidupan yang berbasis pada “ilusi kosmik” atau materialisme.
Kedua tatanan nilai ini saling bertentangan, karena itu dalam mengklaim tindakan, prilaku dan sikap manusia, maka pasti terjadi pertentangan dan saling menegasikan. Tindakan yang terpuji dalam perspektif nilai-nilai Islam, dianggap sebagai sesuatu yang tercela, jika dilihat dari sudut pandang nilai-nilai materialistik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.