Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Literasi Ulama: Haul ke-10 AGH Muh Harisah AS

Sabtu, 20 Mei 2023 ini, genap 10 tahun wafatnya Allahuyarham Anregurutta Haji (AGH) Muhammad Harisah bin Abduh Shafa (1947-2013)..

Tribun Timur
Firdaus Muhammad. 

Oleh: Firdaus Muhammad
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - Sabtu, 20 Mei 2023 ini, genap 10 tahun wafatnya Allahuyarham Anregurutta Haji (AGH) Muhammad Harisah bin Abduh Shafa (1947-2013).

Keluarga Besar Pesantren An-Nahdlah Makassar menggelar acara haul ke-10 AGH Muh Harisah AS Bin Abduh Shafa pada Sabtu, 22 Mei 2023 di Gedung Balai Manunggal.

Acara itu digelar secara akbar dirangkaikan dengan temu alumni. Sejumlah ulama diagendakan hadir yakni; AGH Dr.

Baharuddin HS, Mustasyar PBNU, Ketua MUI Makassar, dan AGH Prof Najamuddin Abd Shafa, Ketua MUI Sulsel, keduanya merupakan adik kandung AGH Muh Harisah AS.

Selain itu turut hadir AGH Sayyid Abd Rahim Puang Makka dan turut mengundang, AGH Afifuddin Harisah selaku pimpinan Pesantren An-Nahdlah yang juga putra tertua AGH Muh Harisah AS.

Selain itu, turut hadir alumni diantaranya Ust Nur Maulana dan Ust Syamsuddin atau Ustas Syam.

Haul digelar untuk mengenang nilai-nilai keteladanan beliau. Diantaranya, AGH Muh Harisah memiliki kepedulian soal literasi.

Beliau berwasiat, “Menulislah, karena menulis itu pekerjaan ulama”, dan “Menulislah atau Engkau ditulis”, demikian pesan beliau.

AGH Muhammad Harisah bin Abduh Shafa Pendiri Pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar, sekaligus pimpinan hingga wafat. Beliau dilahirkan di Bone 1947.

Beliau sosok ulama kharismatik tidak mengumbar perkataan atau bersikap reaktif melainkan memikirkan mendalam tentang sesuatu kemudian berbicara seperlunya, namun yang disampaikannya berupa jawaban, hikmah, atau nasehat yang solutif.

Ikhtiarnya mendirikan pesantren di pusat perkotaan bukan tanpa alasan.

Pesantren An-Nahdlah didirikan beliau sebagai benteng aswaja, menyelamatkan generasi muda dengan menanamkan nilai-nilai keagamaan.

Beliau istiqamah memelihara tradisi pesantren berupa pengajian kitab kuning di tengah dinamika perkotaan Makassar sebagai kota metropolis.

Pesantren ini secara sosiologis menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sebab santri berbaur, tanpa pagar atau pembatas.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved