Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dugaan Aliran Sesat di Bone

Bukan Hanya di Mattirowalie, Al-Mukarrama Ternyata Ada Juga di Carima Kahu

Puang nene atau Al-Mukarrama Al-Khaerat Mukminin Segitiga Emas Sunda Nusantara, ternyata bukan hanya ada di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng.

Penulis: Noval Kurniawan | Editor: Sukmawati Ibrahim
Youtube
Pengikut Al-Mukarrama sedang melakukan mangade' di Kabupaten Soppeng. 

TRIBUNBONE.COM, WATAMPONE - Puang nene atau Al-Mukarrama Al-Khaerat Mukminin Segitiga Emas Sunda Nusantara, ternyata bukan hanya ada di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Pengikut aliran Al-Mukarrama ternyata ada juga di Desa Carima Kecamatan Kahu Bone.

"Kelompok Al-Mukarrama ini katanya sudah ada sebelum pandemi. Saya sudah cerita dengan mereka (Al-Mukarrama), katanya ada juga pengikutnya di Carima Kahu," kata Camat Libureng Andi Syamsul Musrya ke Tribun Timur melalui sambungan telepon, Kamis (23/3/2023).

Kata Andi Syamsul Musrya, aktivitas dari Al-Mukarrama ini masih mirip dengan kebanyakan ummat muslim.

Pembedanya, jika pengikut Al-Mukarrama ini punya ritual atau ibadah di akhir tahun.

Ritual atau ibadah Al-Mukarrama itu disebut mangade'.

"Kalau kata Hasan ini, setiap akhir tahun, pengikutnya pasti akan pergi ke Soppeng untuk mangade' (Baca: pengungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa)," jelasnya.

Baca juga: Breaking News: Heboh, Aliran Puang Nene atau Al-Mukarrama di Bone Diduga Sesat

Alasan para pengikut Al-Mukarrama ke Soppeng untuk melakukan mangade', karena di situlah pemimpin aliran kelompok ini berada.

Kelompoknya dikenal dengan nama Walinono alias Puang Nene.

Selain itu, aktivitas lain dari pengikut Al-Mukarrama ini, ada pada kajian rutinnya setiap malam.

"Ada kajian rutin tiap malam. Katanya itu adalah tarekat yang diajarkan kepada anggotanya," ucapnya.

Kemudian ada juga pembayaran iuran setiap bulan yang dibebankan kepada pengikutnya.

"Nominalnya tidak ada, tergantung kemampuan," jelas Andi Syamsul Musrya.

Aktivitas selebihnya dari kegiatan Al-Mukarrama ini dikatakan mirip dengan ummat muslim pada umumnya.

"Mereka masih salat, termasuk salat Jumat. Pakaiannya pun masih mirip dengan kita," ujarnya.

Terkait sesat atau tidaknya aliran kelompok Al-Mukarrama ini masih menunggu keputusan dari Kementerian Agama.

Hingga kini, tindakan diambil oleh pemerintah setempat dan pihak berwajib baru sekadar mengamankan situasi agar tidak terjadi gejolak di tengah masyatakat. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved