Headline Tribun Timur
Eks KPK: Jamaah Pemberantas Korupsi Semakin Berkurang
Mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhammad Syarif mengibaratkan Prof Marwan menjadi shaf salat subuh.
TRIBUN-TIMUR.COM - Prof Dr Marwan Mas MH memilih jalan sunyi sebagai dosen dan aktivis anti korupsi.
Mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhammad Syarif mengibaratkan Prof Marwan menjadi shaf salat subuh.
Mereka hanya paling banyak dua shaf bukan salat Jumat.
Pernyataan menjadi salah satu kutipan dalam Dialog Forum Dosen “Mengenang Almarhum Prof Dr Marwan Mas MH” di Redaksi Tribun Timur, Jl Cendrawasih No 430, Kota Makassar, Senin (6/3/2023) sore.
Prof Marwan meninggal dunia di RS Ibnu Sina, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Minggu (5/3) dini hari.
Mantan perwira Polri ini dikebumikan di kampung halamanya, Bulukumba.
Anggota Forum Dosen Tribun Timur dan aktivis anti korupsi menghadiri takziah Prof Marwan Mas. Mereka banyak mengulas kisah-kisah Guru Besar Universitas Bosowa itu di forum yang berlangsung kurang lebih 3 jam.
Para pembicara jauh mengingat sosok sederhana dan integritas Prof Marwan.
Mereka berbicara soal keteguhan Prof Marwan di jalan anti korupsi dan persahabatan tak lekang oleh waktu.
Sebanyak tiga mantan komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hadir langsung dan daring untuk mengenang sosok dosen dan aktivis anti korupsi dari Kabupaten Bulukumba ini.
Mantan Ketua KPK, Abraham Samad dan dua wakil ketua KPK Laode Muhammad Syarif dan Bambang Widjojanto hadir langsung menyampaikan testimoni dan kenangannya menjadi aktivitas anti korupsi.
Testimoni Aktivis
Sahabat sekaligus aktivis anti korupsi, Djusman AR menyebut Prof Marwan Mas akademisi, polisi sekaligus anti korupsi.
Prof Marwan Mas aktif menggalakkan anti korupsi.
Komentar tajamnya selalu melayang ke pejabat yang terjerat kasus korupsi.
"Saya menjamin komitmennya kegiatan anti korupsi luar biasa. Saya banyak pengalaman bersama beliau,” katanya.
Djusman AR menceritakan Prof Marwan Mas telah 3 kali masuk Rumah Sakit (RS)
"Setahu saya ini ketiga kalinya keluar masuk RS. Masuk ketiganya ini, 17 hari tidak pernah sadar," ujar Djusman AR.
Beberapa jam sebelum berpulang, Djusman sempat menjenguk sahabatnya ini.
"Saya ingat semalam sempat menjenguk 7.30 Wita, kemudian pulang 5 jam di rumah. Tiba-tiba ada telepon diminta ke RS karena kondisi beliau gawat. Saat itu masih sempat dipompa jantungnya, kemudian tepat meninggal 00.20 Wita," katanya.
Sementara itu, Dosen Universitas Hasanuddin, Dr Aswar Hasan MSi turut mengenang kepergian pakar hukum Unibos ini.
Aswar Hasan pun melihat Prof Marwan sebagai polisi berintegritas.
"Sebagai polisi, dia punya jiwa investigasi tidak pernah lelah. Dan harus tuntas untuk menuntaskan amanah kasus," ujarnya.
Aswar mengenang Prof Marwan sebagai aktivis sejak muda.
Suara-suara membela rakyat kerap terdengar dari mulutnya.
"Kemudian ketika dia sebagai aktivis, memiliki wawasan kebangsaan dalam perspektif politik kenegaraan," katanya.
Aswar Hasan pun menceritakan upaya Prof Marwan Mas untuk memperbaiki negeri.
"Suatu waktu ketika pencatatan untuk calon legislatif beliau berbicara ke saya, dia bilang Pak Azwar saya mau masuk jadi calon. Negara ini harus dirubah dari dalam, terlalu banyak kerusakan di dalam negara ini.saya bilang ya baguslah, kebetulan saya deklarator," ujar Aswar Hasan
"Namun ketika selesai pemilihan dia mengeluh, dia bilang susah ini pak Azwar kita harus pragmatis dan itu kerjaan yang tidak bisa dilakukan," lanjutnya
Aswar Hasan pun menilai Prof Marwan ini sebagai sosok aktivis yang jalan di jalanan sepi.
Sebab, ia getol bergerak menyuarakan anti korupsi.
"Prof Marwan ini setia hingga akhir hayat, dia memilih jalan hidup sebagai aktivis anti korupsi meskipun itu jalan sepi yang kerap dijauhi orang namun seorang marwan tetap memilihnya," kata Aswar Hasan.
Sebagai akademisi, Prof Marwan Mas pun disebut akademisi paripurna.
Karya tulisnya menjadi bukti Prof Marwan Mas sebagai intelektual organik.
"Prof Marwan juga akademisi, tulisannya banyak dimuat, sebagai dosen dan akademisi dia sangat kritis dan rasional. Beliau punya legacy berupa buku pengantar ilmu hukum. Itu wujud paripurnanya beliau sebagai akademisi," katanya.
Prof Hamdan Kehilangan
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Prof Hamdan kehilangan atas kepergian Prof Marwan.
Menurut Prof Hamdan, Prof Marwan adalah tokoh sederhana. “Orang yang memilih jalan anti korupsi, kemewahannya adalah kesederhanaan. Jadi bermewah-mewah dalam kesederhanaanya,” kata guru besar UINAM ini .
Profesor kelahiran Bone ini menilai, Prof Marwan sudah komitmen pada jalan integritas dan idealitas.
“Jadi bentangan ideologi seseorang yang menganut paham dan mempraktikan jalan anti korupsi, itu juga memiliki ideologi idealisme itu,” katanya.
Idealisme itu pun dibentangkan dengan cara menulis, bertutur, dan berdialog.
Olehnya, Prof Hamdan menyebut, seseorang yang mengambil jalan seperti Prof Marwan bukan orang ikut-ikutan.
“Karena dia sudah punya bangunan idealisme tentang jalan itu tadi, termasuk jalan kesederhanaan,” katanya.
“Beliau akan sangat bahagia, dan beliau akan berada ridho Allah di surga," ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.