Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Penyebab Kerusuhan Wamena Papua Tengah, Perantau atau Pendatang Jadi Sasaran, Diserang dan Dibakar

Kondisi Wamena Kabupaten Jayawijaya, Papua Tengah kini mencekam dan menimbulkan kerugian.

Editor: Ansar
TribunPapua.com
Sekelompok massa membakar kios milik warga perantau di Kampung Lantipo, Distrik Wamena Kota, Kabupaten Jayawijaya, Papua 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kerusuhan Wamena terjadi lagi akibat beredarnya informasi yang meresahkan.

Kondisi Wamena Kabupaten Jayawijaya, Papua Tengah kini mencekam dan menimbulkan kerugian.

Kios milik warga perantau di Kampung Lantipo, Distrik Wamena Kota, Kamis (23/2/2023) siang dibakar habis.

Pembakaran kios dipicu isu penculikan anak.

Laporan wartawan Tribun-Papua.com, insiden ini berlangsung di dekat Gereja GKI Ukul Ebe Hunik Sinakma, sekira pukul 14.30 WIT.

Warga terprovokasi setelah membaca isu beredar di media sosial, terkait adanya dugaan penculikan anak oleh perantau di darah Distrik Napua.

Dalam info WhatsApp yang beredar, pelaku menggunakan mobil pikup.

Penyebar informasi menuding polisi berupaya melindungi pelaku.

Akibat kabar miring ini, emosi warga tersulut hingga melakukan pembakaran rumah.

 Asap membumbung tinggi hingga membuat warga lainnya ketakutan.

Situasi pun mencekam. Mereka trauma kasus kericuhan 2019 terulang.

Kini, aparat Gabungan TNI dan Polri berada di lokasi untuk meredam situasi.

Hingga berita ini tayang, Tribun-Papua masih berada di lapangan untuk menghimpun keteragan resmi kepolisian.

Pores Jayawijaya pun masih menelusuri ssosok penyebar pesan yang diduga hoaks tersebut. 

Pelanggaran HAM berat

Tragedi kerusuhan Wamena diakui negara sebagai peristiwa pelanggaran HAM berat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui secara resmi terjadinya berbagai peristiwa pelanggaran HAM berat masa lalu, salah satunya Kerusuhan Wamena.

Kronologi kerusuhan Wamena menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyebut kerusuhan yang disebabkan oleh kesalahpahaman terkait isu seorang guru yang disebut melecehkan muridnya dengan perkataan bernada rasial.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan, kesalahpahaman itu terjadi ketika seorang guru di SMA PGRI tengah mengajar dan meminta seorang muridnya untuk berbicara lebih keras.

"Ada seorang guru, itu guru pengganti jadi ketika mengajar sebetulnya kalau menurut versi ibu ini dia tidak mengucapkan 'kera' tapi 'keras'," kata Taufan di Kantor Komnas HAM, Senin (30/9/2019).

Taufan menuturkan, mulanya peristiwa yang terjadi pas Rabu (18/9/2019) itu tak menjadi persoalan.

Persoalan baru muncul tiga hari berikutnya yaitu pada Sabtu (18/9/2019).

Taufan mengatakan, saat itu ada beberapa orang yang marah karena mendapat informasi terkait ucapan guru tersebut.

Namun, kemarahan itu dapat diredam setelah dilakukan klarifikasi yang mengundang guru tersebut beserta murid-muridnya.

"Bahkan setelah sekolah sempat bernyanyi bersama sama dengan murid yang lain karena ada satu muridnya yang ulang tahun, baik-baik saja enggak ada apa-apa," ujar Taufan.

 Namun, suasana tiba-tiba memanas pada Minggu keesokan harinya ketika sekolah tersebut mulai diserang sejumlah

Lalu, pada Senin (23/9/2019) gelombang unjuk rasa pun mulai membesar karena tersulut isu pernyataan guru tersebut.

Menurut Taufan, hal itu mengherankan karena dugaan pernyataan bernada rasialis sudah diselesaikan pada Sabtu.

"Sudah diselesaikan di situ kok tiba-tiba bisa meledak ke mana-mana, datang massa begitu besar dari berbagai penjuru.

Kemudian membakar gedung-gedung, setelah itu terjadi kekerasan yang menimbulkan korban jiwa," ujar dia.

Menurut Taufan, ekskalasi unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan inilah yang mesti diinvestigasi karena muncul dugaan bahwa massa perusuh bukan merupakan warga Wamena.

"Itu yang enggak jelas ini karena banyak juga orang situ yang bilang enggak kenal dengan massanya. Spekulasi ya Pak Bupatinya dan Polresnya bilang itu tidak banyak yang kenal wajahnya, itu orang darimana," kata Taufan

Taufan melanjutkan, dugaan penggunaan senjata tajam dan senjata api yang menyebabkan korban tewas dan luka perlu diinvestigasi lebih lanjut karena ia menduga kerusuhan ini telah dirancang sistematis.

"Enggak jelas jadinya siapa yang melakukan atas kepada siapa, karena semua letusan senjata itu ada di mana-mana itu keterangan dari warga itu mereka tidak bisa dipastikan siapa ini," ujar Taufan.

Adapun kronologi di atas didapat dari tim perwakilan Komnas HAM di Wamena yang melakukan pemantauan di sana. Kendati disebabkan masalah sepele, Komnas HAM mengingatkan pemerintag agar menanggapi peristiwa itu secara serius.

"Ini satu peristiwa yang sebetulnya sudah karut marut sejak lama kemudian ada pemicu sedikit saja menimbulkan besar kerusuhan yang menimbulkan korban manusia dan harta benda," kata Taufan.

Hingga Minggu kemarin, Komnas HAM mencatat ada 31 korban jiwa akibat kerusuhan itu.

Di samping itu, terdapat 8.200 orang yang mengungsi di Polres Wamena, Kodim Wamena, dan Bandra Wamena. Jumlah tersebut belum termasuk ribuan warga lain yang pergi meninggalkan Wamena.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul BREAKING NEWS: Kericuhan di Wamena, Massa Termakan Isu Penculikan Anak hingga Bakar Kios

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved