Headline Tribun Timur
Dosen Teknik Sipil Unhas Farouk Maricar Sebut Saluran Drainase di Makassar Tidak Optimal
Dosen Teknik Sipil Unhas, Farouk Maricari, menyebut beberapa saluran drainase di Makassar tidak optimal dan mengalami penyempitan.
TRIBUN-TIMUR.COM - Dosen Teknik Sipil Unhas, Farouk Maricari, menyebut beberapa saluran drainase di Makassar tidak optimal dan mengalami penyempitan.
Ini mengakibatkan timbulnya banjir saat curah hujan tinggi.
“Ada beberapa contoh saluran drainase di Kota Makassar yang tidak dalam kondisi optimal. Yaitu Cross Drain di Jalan Pettarani yang penuh dengan utilitas seperti kabel dan pipa. Selanjunya Jalan Andi Djemma yang tidak optimal akibat penyangga beton tidak dibersihkan sehingga sampah tersangkut di dalam saluran," jelas Farouk, akhir pekan lalu.
Selain itu, sungai Daya juga disebutnya mengalami penyempitan
"Sementara Sungai Daya yang terletak tak jauh dari Jalan Poros Provinsi dengan lebar 25 Meter, menyempit di Muara menjadi 1 Meter," ucap Farouk Maricar.
Baca juga: Dana Revolusi Drainase Makassar Sebesar Rp115 Miliar
Farouk menegaskan, masyarakat harus menjaga agar tidak membuang sampah di drainase.
Sebab dampak yang ditimbulkan adalah kapasitas saluran berkurang serta terjadi penumpukan pada penghalang tertentu yang menyebabkan saluran tersumbat.
Di sisi lain, Pemerintah harus mengontrol pemanfaatan ruang yang mengganggu sistem drainase yang ada.
Khusus Kota Makassar, sistem drainase yang ada terdiri dari System Drainase Primer berupa sungai dan kanal.
Sungai dan kanal merupakan kewenangan BBWS Pompengan Jeneberang Kementerian PUPR.
Sedangkan Drainase Sekunder atau Tersier menjadi kewenangan Kota Makassar.
"Oleh sebab itu, perlu ada koordinasi antar sektor agar koneksitas tetap terjaga. Pemprov Sulsel diharapkan menjadi koordinator untuk mengatasi perbedaan kewenangan tersebut," kata Farouk.
Farouk mengimbau, curah hujan adalah kondisi alam yang tidak bisa dicegah.
Masyarakat pun hanya dapat melakukan upaya pengendalian dalam rangka mengurangi dampak.
“Perlu melakukan upaya mitigasi bencana sejak dini agar dapat mengurangi dampak genangan di kawasan perkotaan sebab curah hujan tidak dapat dicegah,
diantaranya dengan adanya Kolam Regulasi Nipa-nipa dan Bendungan Bili-bili serta Kolam Retensi untuk pemukiman perumahan dengan memanfaatkan fasum fasos," jelas Farouk.
HL Tribun Timur edisi Selasa (21/2/2023). (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.