Opini
Klakson: Baru
Apa sebenarnya yang baru? Apa sebenarnya yang lama dan usang? Di negeri ini, kita tak pernah mengenal yang baru selain baju baru saat lebaran.
“Selamat tahun baru”, kata orang-orang. Kita tak mengerti apa yang benar-benar baru sebenarnya. Hal lama seringkali kita buang atau tanggalkan dengan ucapan telah kadaluarsa oleh zaman. Kearifan tua kita campakkan begitu saja lantas dicibir karena produk old.
Tetapi ingatlah, dulu, anggaplah era 1970-an, orang-orang merawat jiwa-raganya dengan cara-cara tradisional, dengan cara-cara old. Bila tertusuk paku atau duri, dengan tarasi secuil saja ia bakar lalu ditambalkan pada luka tusukan paku itu. Dan faktanya, Alhamdulillah—sembuh tanpa infeksi.
Saat flu dan demam, mereka tak kenal obat flu yang dijajakan di kios-kios kampung, atau yang diiklankan dimana-mana. Mereka mengatasi flu dengan bawang merah sahaja yang diiris-iris lantas dicampur sesendok minyak goreng, lalu dibaluri sekujur tubuh. Dan faktanya, Alhamdulillah-pulih tanpa sisa.
Kita anggap itu semua telah lapuk. Kita anggap itu semua tak berlaku lagi.
Itu hal lama, bukan baru. Kita sangka, kearifan-kearifan tua itu bak plat kendaraan yang punya masa kadaluarsa kalender. Kita begitu mudah menjadi manusia pelupa. Atau mahluk pengabai.
“Selamat tahun baru”, kata orang-orang. Kebijaksanaan-kebijaksanaan begitu rumit ditemukan. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.