Viral Pemuda Tertusuk Keris Saat Angngaru Tarian Tradisonal Bugis-Makassar, Tetap Selesaikan Tugas
Netizen menyebut nama pemuda yang Angngaru tersebut adalah Andi Bunging warga Moncongloe, Maros.
Prajurit bersumpah untuk mempertahankan wilayah kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur selangkah pun sebelum mengalahkan musuh yang dihadapi.
Angngaru’ dilakukan bertujuan untuk menambah semangat juang, dengan nilai yang terkandung di dalamnya dimaknai sebagai bentuk jadi diri seorang laki-laki yang sesungguhnya.
Untuk menyatakan eksistensinya sebagai sebagai ksatria, maka prajurit yang telah berikrar, pantang baginya menyerah.
Sejarah Angngaru’
Tradisi mulai dilakukan sekitar abad ke-13 masehi.
Aru pada mulanya sebuah perjanjian yang diucapkan oleh raja kepada dewan adat.
Pada masa damai, di kerajaan Gowa, aru diucapkan oleh raja yang baru dilantik.
Sang Raja berikrar akan setia dan amanah melaksanakan tugas dan kewajibannya di hadapan Dewan Adat Sembilan (Bate Salapang) yang berfungsi sebagai wakil rakyat pada wilayahnya masing-masing.
Bukan hanya Bate Salapang, rakyat yang hadir juga mendengar sumpah raja.
Berikut kutipan Aru seorang raja kepada dewan adat saat pelantikan sebagai berikut:
Karaeng (Raja): “Kau angkat aku menjadi Raja, aku bertitah, engkau patuh. Aku ibarat angin dan engkau daun kayu”.
Setelah itu, Bate Salapang (Dewan Adat Sembilan) menjawab:
“Setelah engkau dilantik menjadi raja, maka engkau resmi menjadi raja. Kami pun menjadi hambamu. Namun Kalau kami menjunjung, tidaklah kami memikul. Kalau kami memikul, tidaklah kami menjunjung.”
“Engkau laksana angin dan kami daun kayu. Namun yang hanya menguning yang engkau rontokkan. Setelah engkau dilantik menjadi raja, hanyalah batang tubuh kami yang mempertuan. Hak milik kami tidaklah mejadi hakmu.”
“Engkau takkan mengambil ayam kami di tempat bertenggernya. Engkau takkan mengambil telur dalam keranjang di pekarangan kami. Engkau takkan mengambil sebutir pun kelapa kami dan setandang pinang kami.”